Dia

1255 Kata
Aruna menggelengkan kepalanya dan ia tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya. Laki-laki yang membuatnya akhirnya memilih untuk tidak pulang menemui Oma Mentari setelah ia selesai wisuda. Kelvin menatap Aruna dengan tatapan kesal, ia yakin jika Aruna telah menyinggung laki-laki yang telah membuatnya memohon agar memberikan dana segar untuk mempertahankan perusahaannya. "Kenapa harus aku Mas Kelvin? Aku sama sekali tidak mengenal dia," lirih Aruna berbohong. "Yang jelas hanya kamu yang bisa membujuknya untuk membantu perusahaan kita," ucap Kelvin. "Kenapa tidak mencari investor lain?" Tanya Aruna. Kelvin menatap Aruna dengan dingin "Kamu kemana saja? Kamu sekarang menanyakan apakah aku tidak mencari jalan lain? Aruna, dia itu pemilik saham terbesar di perusahaan kita dan niat dia memang ingin mengambil perusahaan kita, pengusaha licik yang hanya ingin mendapatkan keuntungan dengan cara apapun," ucap Kelvin. Ia sudah berusaha meminta bantuan beberapa pengusaha lainnya, namun permintaannya itu ditolak karena terkait dengan laki-laki itu. "Aku akan membantu tapi aku mohon aku tidak ingin terlibat dengan dia!" Pinta Aruna. "Tidak bisa, hanya itu pilihan kita, jika kita minta bantuan dengan pihak lain, bisa saja dia mengambil alih kepemimpinan perusahaan karena dialah pemilik saham terbesar," ucap Kelvin. Aruna terlihat sangat putus asah dan ia terduduk lemah, ingin rasanya ia menangis saat ini juga namun ia menahannya karena ia tidak ingin Omanya dan Kelvin tahu, apa yang terjadi padanya dan laki-laki itu. "Jika kamu masih menganggap Wiyasa adalah bagian dari dirimu, aku mohon selamatkan keluarga kita. Kalau perusahan kita bangkrut, tidak ada lagi tempat bagi kita di Rumah ini ataupun menyelamatkan properti keluarga kita lainnya," ucap Kelvin. "Apa maksudmu Mas?" Tanya Aruna. Keluarganya tidak mungkin bangkrut begitu saja karena ia tahu seberapa banyak kekayaan yang dimiliki Omanya ini. Mentari menghembuskan napasnya dan ia menatap Aruna dengan sendu "Oma yang salah mendidik Papi kalian hingga dialah yang menjadi penyebab keluarga kita harus menghadapi ini semua," lirih Mentari. Ia hanya memiliki dua orang anak dan dulu ia beranggapan jika anak laki-laki lebih mampu mengelolah perusahaan, hingga ia mengabaikan anak perempuannya yang ternyata lebih bisa dipercaya dalam mengelola perusahaan. "Sekarang jangan saling menyalahkan yang terpenting kita membujuk Gatra Candrama, agar mau membantu kita!" Ucap Kelvin membuat jantung Aruna berdetak dengan kencang, karena nama laki-laki itu terdengar jelas ditelinganya. Mentari memegang tangan Aruna dan ia menatap Aruna dengan sendu "Oma tidak pernah merasa begitu buruk seperti ini Aruna, Oma tidak berdaya, Oma sudah tua dan tinggal menunggu ajal menjemput Oma, namun Oma tidak ingin hasil jeripayah orang tua Oma hilang begitu saja!" Lirih Oma Mentari dan air matanya menetes. Wiyasa grup baginya adalah hidupnya dan ia ingin anak cucunya melanjutkan perjuangannya menjaga dan membantu Wiyasa grup agar semakin maju. Aruna memeluk Oma Mentari dan ia ikut meneteskan air matanya "Bantu keluarga ini bangkit Aruna, Gatra menginginkan kamu yang ikut berkerja sama dengannya," ucap Mentari. "Aruna, sebagai Kakak sulungmu aku tahu selama ini Orang tua kita, tidak memperlakukanmu dengan baik tapi aku mohon kali ini bantu keluarga kita, kamu seorang Wiyasa dan sepatutnya kamu membantu kita Aruna!" Pinta Kelvin putus asa. Kelvin merasa Aruna memilki hubungan khusus hingga Gatra Candrama yang terkenal berwajah malaikat yang memilki sifat seperti iblis itu ingin bertemu Aruna. "Apa yang harus aku lakukan, kalau yang dia minta kepadaku untuk menjadi pelacurnya maaf, aku tidak mau!" Lirih Aruna. Wajah Aruna memang sangatlah cantik dan sejak dulu ia bahkan memiliki deretan fans yang menyukainya di sekolah hingga ia kuliah diluar negeri. Pintar, cantik dan berwawasan tinggi membuatnya menjadi salah satu mahasiswa berprestasi yang paling diminati para lelaki yang berada disekitarnya. "Tidak Aruna, Candrama adalah keluarga terhormat dan Oma yakin dia pasti akan menghormatimu dan hanya ingin kamu yang menangani proyek bersamanya. Kamu lulusan terbaik dan sudah sepantasnya kamu membuat orang lain tertarik mengajakmu berkerjasama," ucap Oma Mentari. "Beri aku waktu untuk berpikir!" Pinta Aruna dan ia melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja Mentari dengan air mata yang menetes. Aruna menuju kamarnya dan ia membuka pintu kamarnya lalu mengedarkan pandangannya melihat kondisi didalam kamarnya yang ternyata sama sekali tidak berubah. Aruna melangkahkan kaminya mendekati cermin, ia menatap dirinya dicermin dan ia memejamkan matanya lalu mengingat dengan jelas bagaimana ia jatuh cinta dengan laki-laki yang disukai sahabatnya sendiri sejak lama. Aruna ingat bagaimana ia menemani Citra sahabatnya itu yang memintanya untuk menemaninya menemui Gatra beberapa kali ketika ia remaja. Dulu sosok laki-laki idamannya adalah Gatra meskipun ia harus menyimpan rasa sukanya itu rapat-rapat karena memikirkan perasaan sahabatnya hingga ia menganggap cinta monyetnya itu hanyalah rasa kagumnya kepada sosok Gatra. Namun semuanya berubah ketika ia kembali bertemu dengan Gatra Candrama. "Aku membencimu," lirih Aruna dan ia terduduk lemas dan akhirnya meringkuk dilantai. Ia mengingat bagaimana ia harus menjalani hari-harinya di Apartemen gelap bersama laki-laki gila yang memaksanya untuk menjadi miliknya. Laki-laki berwajah malikat yang terlihat sangat ramah dan baik hati didepan orang-orang, namun sebenarnya laki-laki itu adalah seseorang yang sakit jiwa hingga membuatnya hancur dan terpuruk. "Aku tidak ingin bertemu dengannya lagi," lirih Aruna dan ia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau diperlakukan seperti itu lagi, dia gila. Dia hiks...hiks..." tangisan Aruna seperti biasa hanya ia sendiri yang mendengarnya. Dulu saat ia berhasil lari dari seorang Gatra Candrama, ia hampir saja mengakhiri hidupnya karena merasa tidak berharga. Ia bahkan pernah melaporkan Gatra Candrama ke pihak yang berwajib saat di Amerika namun Gatra yang licik mengatakan jika apa yang ia lakukan bersama Aruna itu semua karena rasa cintanya. Gatra bahkan melalukan segala hal hingga membuatnya menandatangani pendaftaran pernikahan hingga apapun yang ia laporkan kepada polisi hanya dianggap pertengkaran bisa yang dihadapi pasangan muda karena Gatra memiliki kekuasaan untuk melakukan apapun. Gatra memang tidak bertindak kasar seperti memukulnya namun ucapan dan tindakannya yang lain membuat Aruna ketakutan. Aruna ingat bagiaman Gatra mengancam akan menyakiti kucing kesayangannya jika berani melawannya atau Gatra akan menghancurkannya dengan memanipulasi pikirannya yang pastinya akan membuatnya merasa sinting tinggal bersama Gatra. Aruna paling takut ketika senyuman ramah Gatra itu terlihat dibirnya dan ia tahu sesuatu akan terjadi dan benar saja, laki-laki yang mendekatinya tiba-tiba menjauh darinya dengan alasan tidak ingin terlibat dengan orang gila seperti Gatra. Pergi melarikan diri dari Gatra adalah menjadi rencananya dan ia sengaja bersembunyi agar Gatra tak pernah menemukannya lagi. Air mata Aruna menetes deras mengingat kebenciannya pada sosok Gatra sang iblis yang memaksanya untuk mencintainya. Sebenarnya tak perlu dipaksa karena Aruna memang menyukainya sejak dulu namun, penolakan Aruna karena Citra membuat Gatra menggila dan akhirnya melakukan perbuatan hina itu. Malam-malam panas yang ia lewati bersama Gatra dan juga Gatra yang hanya akan datang menemuinya ketika malam membuat harga diri Aruna hancur hingga menganggap Gatra hanya menganggapnya sebagai pelacur Aruna memeluk dirinya sendiri sambil meringkuk dilantai, ia tidak akan membiarkan Gatra mengetahui keberadaan kedua putrinya dan jika Gatra tahu, Gatra pasti akan mengambil kedua putrinya itu darinya. "Dia tidak boleh tahu kehadiran anak-anak," lirih Aruna. "Mereka anak-anakku dan bukan anaknya, tapi kalau aku menolak untuk menemuinya bagaimana dengan Oma?" Lirih Aruna. Aruna tidak ingin putri-putrinya itu melihat sosok Ayahnya yang menggila yang sering mengancam dengan mengeluarkan pistolnya dan terlihat membereskan pistol itu dengan sapu tangannya sambil mengancam. Siapapun yang berani mendekatimu, akan dipastikan hidupnya akan segera berakhir. Aruna dihantui ketakutan hingga rasa takutnya itu membuat hatinya membeku dan ia mengubur perasaan cintanya menjadi benci. Aruna kembali mengingat ucapan Kelvin yang mengatakan jika kemungkinan besar keuarganya dijebak hingga bangkrut. Apalagi saham terbesar saat ini telah dimiliki Gatra. Aruna tidak tahu apa yang direncanakan Gatra dan ia tidak ingin terbawa permainan Gatra yang pastinya ingin meminta hal yang menguntungkan darinya. "Jika saja kalian tidak ada nak, mungkin Bunda memilih meninggalkan semuanya nak. Kalian itu harapan Bunda dan karena kalian berdua Bunda bertahan," ucap Aruna.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN