Memakan Umpan Berupa Kebohongan

1008 Kata
"Sepuluh juta?" ulang Jean. Bella langsung mengangguk aktif, "Iya, Mas. Aku butuh banget uang itu, jadi bisa 'kan kamu langsung transfer uang itu ke rekening aku," ucap Bella sembari memeluk manja tubuh Jean dari belakang. "Bukannya dua hari yang lalu aku udah transfer uang dengan jumlah lebih dari itu, ya?" "Kalau uang itu masih ada, aku gak mungkin minta lagi," ucap Bella. Jean menarik napasnya dalam, tidak dulu menjawab ucapan Bella, ia lebih memilih untuk merenung sesaat. Melihat keterdiaman Jean, wanita itu jadi tahu apa maksudnya. Segeralah ia berganti posisi menjadi menghadap Jean, menempatkan agar laki-laki itu menatapnya dengan lamat. "Kenapa? Kamu gak bisa?" tanyanya dengan nada sedikit tidak terima. Penolakan Jean adalah satu hal yang sangat memalukan baginya. Sudahlah ia bersusah-payah menebalkan muka setelah apa yang terjadi di meja makan tadi pagi, Bella tidak ingin apa yang ia usahakan ini menjadi sia-sia. Dia akan marah kalau hal itu sampai terjadi. Jean kini mendongkak, menatap wanita di hadapannya ini dengan begitu serius. Ia sedang memikirkan serta memilah kalimat yang menurutnya pas, agar tidak menyinggung perasaan Bella karena ia merasa beberapa minggu terakhir ini wanita yang ia pacari itu selalu sensitif terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak pernah ada. "Bella, bukannya aku tidak mempercayai kamu, tapi aku rasa menghabiskan uang dengan jumlah sebanyak itu dalam waktu tidak lebih dari setengah minggu adalah sikap yang tidak baik. Sebentar lagi, kita berdua akan menikah. Kamu harusnya sudah belajar bagaimana mengatur keuangan dari sekarang, biar nanti kamu juga menjadi terbiasa," ucap Jean menjelaskan. Bella Seketika bernapas dengan memburu, ia sangat tidak terima dengan ucapan Jean barusan. "Kenapa? Apa kamu sekarang sudah mulai was-was buat nikah sama aku. Kamu takut jika kamu nikah sama aku, nanti keluarga kamu akan kelaparan karena punya istri yang gak bisa apa-apa selain foya-foya uang kamu. Kalau gitu, kenapa gak dari sekarang aja kamu bilang kalau kamu gak mau nikah sama aku," ucap wanita itu dengan nada amarah karena terbawa emosi. "Bella, bukan begitu maksud aku. Menjalin hubungan pernikahan itu butuh keyakinan yang kuat dan suatu keyakinan itu tidak mudah untuk dirubah hanya karena kita tahu satu kekurangan dari pasangan kita. Lagipula seperti yang aku bilang barusan, kamu bisa memperbaiki kekurangan itu dengan cara mulai belajar dari sekarang," ungkap laki-laki itu, berusaha membuat agar Bella mau mengerti dan menerima pendapatnya karena jujur saja Jean merasa lelah untuk terus-terusan berseteru di saat-saat mereka sudah punya rencana hidup untuk menikah. "Ohhh ... Menurut kamu, hanya karena sering minta uang sama calon suami sendiri itu suatu kekurangan yang fatal. Jadi, selama ini kamu ngeliat aku itu cacat. Aku benar-benar gak ngerti lagi sama sudut pandang kamu mas." Jean menarik napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Memikirkan Bella yang lagi-lagi menangkap maksud ucapannya dari sisi negatifnya saja, membuat Jean tidak tahu lagi harus berkata apa karena ujung-ujungnya pun akan tetap salah di mata wanita itu. "Bella, aku tahu sebenarnya kamu itu mengerti maksud perkataan aku barusan, jadi aku minta berhenti mempertanyakan sesuatu yang sudah kamu ketahui. Itu hanya akan memicu pertengkaran di antara kita berdua dan itu tidak akan berdampak baik terhadap hubungan kita," final Jean, ia sudah tidak ingin lagi meladeni Bella karena di hadapannya sekarang ini masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. Iya, Bella tadi memang datang ke kantor Jean di saat laki-laki itu sedang bekerja. Mulanya wanita itu cuma hendak mengantar makan siang saja seperti yang sering kali dilakukannya. Lama kelamaan ia lalu mengajak Jean membicarakan sesuatu yang serius di waktu yang tidak tepat karena hal itu telah menimbulkan perdebatan di antara mereka berdua. Bella kini tengah memilin ujung rok yang ia kenakan. Wanita itu sedang berpikir, bagaimana pun caranya ia harus bisa mendapatkan uang itu. Harusnya ia tadi tidak membawa emosi saat berbicara hal ini pada Jean, sehingga perselisihan tidak akan mungkin terjadi dan ia juga tidak akan mungkin kesulitan untuk mendapatkan uang itu. "Jean. Sebenarnya aku perlu uang itu bukan untuk diriku sendiri. Aku malu untuk mengatakannya langsung sama kamu, tapi karena situasinya jadi begini. Mau tidak mau aku harus mengatakannya, bukan?" ucap Bella yang seketika berhasil mengalihkan perhatian Jean dari layar komputernya. "Katakanlah, aku siap untuk mendengarkannya," kata Jean sembari memposisikan diri untuk mendengar kelanjutan kalimat dari Bella. "Sebenarnya aku punya keluarga, dia itu anak dari kakak ibu aku. Tepatnya dia adalah sepupu aku. Jadi beberapa hari yang lalu sepupu aku itu datang ke rumah ibu buat minta pinjaman uang untuk biaya operasi anaknya. Sepupu aku itu sebenarnya tidak punya pekerjaan tetap dan tidak punya sedikitpun uang tabungan. Karena ibu juga lagi gak ada uang waktu itu, ibu nanyain ke aku. Awalnya setengah dari lima belas juta yang kamu kasih aku kemarin, aku pinjaman sama dia. Tapi, tahu-tahunya uang itu kurang. Karena kasihan, makanya aku berusaha tanpa malu buat minta uang itu lagi sama kamu," jelas Bella panjang lebar. Karena sebenarnya ia sedang mengarang sebuah cerita berunsur kebohongan, wanita itu berusaha agar tidak berkontak mata langsung dengan Jean. "Kalau memang begitu ceritanya, kenapa kamu gak bilang sedari awal. Aku pasti akan bantu kamu," respons Jean. Kini wajah Bella langsung berubah cerah, Jean benar-benar telah memakan umpan yang ia buat. "Aku terlalu malu buat ngasih tahu kamu tenang hal yang seperti ini." Jean tersenyum. "Tidak perlu malu untuk mengatakan ini. Jika kamu memang perlu uang, jangan segan-segan untuk memintanya. Aku janji tidak akan lagi mempertanyakan untuk kamu apakan uang itu karena aku percaya kamu pasti akan mempergunakannya dengan sebaik-baiknya," ujar laki-laki itu. Bella mengangguk. Kemudian mendekati Jean untuk memberi pelukan dan satu kecupan di pipi laki-laki itu. "Terima kasih, kamu memang selalu jadi yang terbaik," ujarnya sedikit berbisik. Jean menjadi tersipu mendengar itu. "Sama-sama," katanya. Setelahnya, Bella langsung menjauhkan diri. Ia berjalan mendekati meja yang terdapat tasnya. Wanita itu lalu berbalik lagi menghadap Jean. "Aku harus segera pergi sekarang untuk mengantarkan uang itu ke sepupu aku karena anaknya akan melakukan operasi sekarang ini juga, dan sebaiknya kamu juga harus sudah mentransfer uang itu sebelum aku tiba di rumah sakit, oke," ucap Bella memerintahkan. Wanita itu sekarang sudah siap-siap untuk beranjak, tinggal hanya menunggu jawaban Jean atas perintahnya tadi saja. Jean mengangguk, pertanda setuju. "Iya. Hati-hati di jalan."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN