Mencari Bukti

1309 Kata
Shania terus saja menyalahkan dirinya atas semua yang telah terjadi pada Andi. Andaikan saja ia tidak kembali ke rumah, sesuatu yang mengerikan seperti penculikan pasti tidak akan pernah dialami oleh anak itu. Ia berdoa dalam hati, semoga saja Andi baik-baik saja dan terus diberkati di manapun anak itu berada sekarang ini. Shania tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri apabila Andi kenapa-napa nantinya. "Ini semua salah gua Fika. Coba aja gua gak kembali ke rumah, Andi gak akan mungkin diculik kayak gini. Pokoknya kita harus segera menemukannya," ucapnya dengan mimik wajah yang sangat-sangat khawatir dan ketakutan. Fika yang sedang fokus menyetir, menggenggam tangan Shania. "Jangan limpahin semua ke diri Lo sendiri. Gua tahu Lo gak salah, semua yang terjadi udah mengikuti garis takdir. Lo cuma harus fokus sekarang, tugas kita sekarang ini adalah menemukan Andi secepat mungkin untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang tidak baik. Kak Jean juga udah ngerahin para orang-orang terpercaya buat bantu nyari Andi," ucap Fika, mencoba menenangkan Shania. Mendengar perkataan Fika, tetap saja tidak membuat Shania merasa tenang. Dalam hati ia terus melambungkan doa agar tidak satupun mata jahat yang bisa mencederai diri Andi. Perasaan yang Shania rasakan saat ini sangat sulit untuk digambarkan, malahan masalah yang baru saja terjadi di rumahnya sendiri tidak Shania pikirkan lagi. Di kepala gadis itu hanya terisi oleh Andi, di mana anak itu berada, bagaimana keadaannya, dan cara agar ia bisa menemukan anak itu secepatnya. Menggunakan sebuah mobil berwarna hitam milik Fika, Shania dan sahabatnya itu kini sedang menuju sekolah Andi, ingin mendengar kabar lebih lanjut tentang perkembangan pencarian Andi di sana. ***** Bersamaan dengan Fika, Shania berlarian di sepanjang lorong koridor SD Garuda. Keduanya kini sedang menuju ruangan cctv yang merekam tentang segala kejadian di sekolah. Sepertinya mereka tiba di waktu yang tepat, lantaran sekarang hasil pemeriksaan cctv itu sudah keluar. Beruntung sekali Shania datang dengan Fika, karena dengan adanya Fika yang sebagai anggota keluarga Andi, keduanya jadi tidak dilarang untuk mengetahui hasil pemeriksaan cctv itu juga. Karena ruangan cctv itu terlalu kecil dan tidak bisa dimuatkan oleh orang banyak, jadinya Shania, Fika dan beberapa orang suruhan Jean menunggu tepat di depan pintu ruangan tersebut. Namun, dari sini Shania masih bisa melihat aktivitas yang terjadi di dalam ruangan itu melalui jendela bulat transparan yang terletak di dinding pintu itu sendiri. Shania juga bisa melihat Jean yang sedang berbicara serius dengan seorang yang Shania yakini sebagai petugas penjaga cctv itu. Beberapa menit menunggu, akhirnya Jean keluar juga dari ruangan itu. Karena saking tidak sabarannya tadi, Shania dan Fika langsung saja menyerbu Jean. Setelah melihat langsung, barulah Shania menyadari kalau raut di wajah Jean itu benar-benar terlihat kacau. Melihatnya membuat Shania semakin merasa bersalah, karena dirinya lah yang telah membuat hal ini terjadi. "Bagaimana hasilnya, Kak?" tanya Fika dengan menuntut Jean agar segera menjawabnya. Sebelum menjawab, terlebih dahulu Jean sempatkan dirinya sebentar untuk menoleh kepada Shania karena Laki-laki itu baru menyadari kalau ternyata Shania juga ada di sini. "Di rekaman cctv membuktikan kalau setelah keluar dari gerbang sekolah Andi memang menaiki sebuah mobil berwarna hitam. Namun, sayangnya plat nomor mobil tersebut tidak tertangkap oleh kamera. Kita sekarang hanya bisa pergi ke kantor polisi untuk menyerahkan bukti rekaman ini, karena dengan begitu polisi akan membantu kita untuk mencari Andi tanpa perlu menunggu 24 jam lagi," jelas Jean kepada semuanya. Di tangan kanan laki-laki itu juga terlihat sebuah flashdisk kecil berisi salinan cctv tadi. "Kalau begitu tunggu apalagi, Kak. Ayo kita ke kantor polisi sekarang," ajak Fika dan Jean membalasnya dengan anggukan. Sementara semua orang sudah bergegas untuk pergi, Shania malah melamun di tempat. Ia sedangkan memikirkan sesuatu. Menyadari kalau Shania tidak mengikutinya, Fika pun menoleh. Dia memanggil sahabatnya itu untuk segera beranjak dari sana juga. "Shania. Lo lagi ngapain?" ucapnya yang seketika berhasil menarik Shania dari lamunannya. "Ayo kita ikut Kak Jean," lanjutnya mengajak Shania untuk pergi. Akan tetapi, Shania membalas ajakan Fika dengan gelengan kepala. "Lo pergi duluan aja, Fik. Ada sesuatu yang harus gua lakuin di sini," ujar gadis itu. Kening Fika menggerenyit, tapi ia tetap mengiyakan permintaan Shania barusan. "Oke. Kalau urusan Lo itu udah selesai, Lo jangan lupa buat nyusul kami ke kantor polisi ya," pinta Fika dan dibalas dengan anggukan kepala oleh Shania. Setelah matanya tidak lagi mendapati punggung Fika yang berjalan menjauh, barulah Shania hendak beranjak dari sana. Gadis itu masuk ke dalam ruang cctv, di sana masih terdapat dua orang pria yang terlihat sedang berbicara satu sama lain. Shania tahu, kalau salah satu di antara dua pria itu adalah kepala sekolah ini dan yang satunya lagi adalah seorang petugas yang menjadi penjaga cctv. Mendengar dencitan dari pintu yang dibuka oleh Shania, kedua pria itu seketika menoleh. Mereka pikir semua orang telah pergi, tapi masih ada tersisa seorang lagi yaitu Shania. "Ada yang bisa dibantu, Mbak?" tanya sang kepala sekolah itu kepada Shania. "Apakah saya boleh memeriksa rekaman cctv itu?" tanya Shania, memberitahu maksud kedatangannya di sini. Mendengar itu, seketika kedua pria itu saling melempar tatapan. "Rekaman cctv ini sangatlah penting karena ini adalah barang bukti dari tindakan kejahatan. Kami tidak boleh menunjukkannya ke sembarangan orang," ungkap sang kepala sekolah, menjelaskan. Bagi Shania tidaklah salah kalau mereka bersikap tegas dan hati-hati, karena ini menyangkut nyawa seseorang. Namun, Shania tidak akan menyerah. Ia harus bisa melihat rekaman cctv itu untuk memastikan satu hal. "Tapi, Pak. Saya harus melihat rekaman cctv itu karena saya merasakan adanya kejanggalan dibalik menghilangnya Andi. Jika saya melihat rekamannya, saya bisa memastikan apakah itu benar atau tidak. Tolong Pak saya juga ingin Andi dapat segera ditemukan," ucap Shania, memohon dengan sangat. Mereka berdua terlihat terdiam sebentar, mempertimbangkan perkataan Shania barusan. "Sebelum kami menunjukkan rekaman ini. Boleh saya tahu kamu itu siapanya Andi?" tanya mereka. "S-saya ... Saya kakaknya Andi. Iya, saya kakaknya Andi," ungkap Shania yang semulanya ragu, tapi ketika mengingat panggilan Andi padanya gadis itu langsung menjawab tanpa lagi merasa ragu. Mendengar jawaban dari Shania barusan, kedua pria itu tidak lagi punya alasan untuk menolak permintaan gadis itu. "Terima kasih banyak, Pak. Saya janji akan berhati-hati agar barang buktinya tidak rusak," kata Shania yang merasa antusias. Segeralah ia mendekati layar yang sedang memutar sebuah video cctv yang membuktikan kalau Andi memanglah diculik. Gadis itu menatap dengan teliti, tidak ingin barang sedetikpun hilang dari pantauannya. Kening gadis itu seketika mengernyit heran lantaran ia melihat detik-detik sebelum Andi menaiki mobil si penculik itu. Ia keheranan karena melihat seorang wanita yang berpakaian sama dengannya sewaktu dirinya sedang berkerja. Tidak hanya itu saja, wanita itu juga mendandani dirinya menjadi semirip mungkin dengan Shania. Wanita itu sedang melambai-lambaikan tangannya kepada Andi. Sudah Shania duga sedari awal kalau dibalik menghilangnya Andi pasti ada sebuah taktik yang cerdas. Melihat seberapa pintar anak itu, Shania rasa tidak mungkin Andi mau menaiki mobil asing secara sembarangan. Setelah melihat rekaman cctv itu membuktikan kalau apa yang Shania duga itu benar. Andi menaiki mobil asing itu pasti karena mengira wanita di dalam video adalah Shania. Shania memiliki dua opsi sekarang. Opsi pertama, orang yang telah menculik Andi itu pasti seseorang yang telah lama mengintai anak itu. Opsi kedua yang masih sedikit ragu untuk Shania percayai, adalah penculik Andi itu mungkin orang terdekat mereka. Shania bisa berpikir begitu lantaran penculik tersebut menggunakan dirinya sebagai umpan mereka agar Andi tertarik untuk menaiki mobil tersebut, yang artinya mereka pasti sudah tahu tentang hubungan Shania dan Andi. Namun, Shania merasa sedikit heran. Mengapa setelah keluar dari ruangan ini tadi, Jean sama sekali tidak menyinggung tentang wanita itu di hadapan semua orang. Shania ingin tahu, sebenarnya apa yang sedang laki-laki itu pikirkan. Shania kemudian menggelengkan kepalanya, tidak ingin pikiran negatif tentang Jean hinggap di kepalanya. Gadis itu kemudian mengulangi lagi video itu. Ia ingin melihat secara seksama, siapa tahu ia dapat menemukan sesuatu yang dapat mempermudahkan dirinya untuk mencari Andi. Gadis itu kemudian memerhatikan mobil-mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat Andi menghilang, merasa menemukan sesuatu segeralah gadis itu mencatatnya ke dalam kertas kecil yang ia ambil dari tas selempangnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN