Adik Sepupu Jean

1024 Kata
Seorang gadis berambut hitam panjang dan lurus, berbadan langsing dengan jeans hitam yang memiliki model sobek di lutut kakinya masuk ke dalam kediaman Abirama. Gadis cantik itu sepantaran Shania, tidak perlu menunggu pintu rumah dibuka oleh penghuni rumah, ia tanpa segan-segan membukanya sendiri dan langsung masuk ke dalam. Matanya berpendar ke sekeliling ruangan rumah megah itu, ia tengah mencari seseorang, tapi orang yang dicarinya itu tidak juga muncul. Melihat cemilan yang tertata rapi di atas meja ruang tamu, ia langsung berjalan dengan lincah menuju ke sana. Tangannya menyomot satu toples yang berisi camilan kesukaannya. Kakinya yang kebetulan hanya mengenakkan alas kaki berupa sandal, di angkat ke atas sofa di mana ia duduk. Melihat remote tv yang tergeletak begitu saja di atas meja, gadis itu kemudian mengambilnya karena pikirnya memakan camilan kurang lengkap jika tidak dibarengi dengan hiburan. Hitung-hitung sebagai kerjaan sampingan sembari menunggu orang yang ia cari. "Ya ampun ... Ada Non Fika rupanya," kata Bibi Iyem yang baru saja pulang dari pasar setelah selesai membeli bahan makanan untuk dimasaknya nanti malam. Fika segera menoleh. "Ehh ... Bibik. Iya, Bik. Fika baru aja sampai, tapi rumahnya kok kosong melompong kayak gini? penghuni lainnya mana? Andi juga gak kelihatan? Kak Jean nya belum pulang kerja ya?" Fika langsung memborbardir wanita tua itu dengan berbagai macam pertanyaan sekaligus. Bibi Iyem hanya geleng-geleng kepala, ia sudah sangat hafal dengan kebiasaan adik sepupu dari majikannya itu. "Den Jean belum pulang dari kantor, kalau Den Andi bentar lagi juga pulang dari sekolah," kata wanita beruban itu. Sudah lama berkerja di sini, Bibi Iyem jadi terbiasa memperkirakan kegiatan yang dilakukan oleh majikannya dan perkiraan itu biasanya tidak pernah meleset. "Ohh ... Gitu, ya udah deh. Fika tunggu aja mereka sampe pulang. Soalnya ada urusan penting, mau ngomong sama Kak Jean sekaligus mau ketemu Andi," ucap gadis itu sembari manggut-manggut. "Kalau gitu, Bibi masuk ke dalam ya. Kalau kamu butuh apa-apa, tinggal panggil Bibi. Bibi ada di dapur." Mendengar itu, alis Fika terangkat. "Kebetulan banget nihh, Bi. Fika haus, boleh pesan yang seger-seger gak, Bik?" Tidak hanya melalui kata-kata, gadis itu juga memegang lehernya agar kesan seseorang yang kehausan benar-benar tersampaikan kepada Bibi Iyem. "Haus ya?" Fika mengangguk. "Mau yang seger-seger?" Lagi, Fika mengangguk. Sembari tersenyum penuh arti, Bibi Iyem lalu berkata. "Air got dikasih es batu kayaknya seger deh, kamu mau Bibik bikinin?" tawar Bibi Iyem yang sontak membuat Fika menggeleng cepat. "Bibi mah gitu, masa cewek secantik Fika ini dikasih air got sih. Gak level tahu, Fika laporin sama Kak Jean baru tahu rasa," ucap Fika. Keduanya lalu tertawa secara bersamaan. Fika memang sangat suka mencandai orang-orang di sekitarnya, sedangkan Bibi Iyem yang selalu menerima candaan dari Fika menjadi terbiasa. Tampaknya wanita tua itu sekarang sudah bisa mempraktekkan ilmu yang Fika miliki. "Bibi bikinin yang biasa aja ya?" tawar Bibi Iyem, kali ini ia serius dengan ucapannya. Maksud dari kata biasa di sini adalah jus stroberi, minuman yang selalu Fika pesan ketika ia berkunjung di sini. Baik dalam bentuk minuman maupun masih utuh menjadi buah, Fika sangat menyukai dan hobi memakan buah berwarna pink kemerahan itu dan Bibi Iyem sangat mengetahuinya. "Boleh itu, Bik. Tapi jangan pelit-pelit kasih madunya." Bibi Iyem tidak menjawab, ia hanya memberikan acungan jempol saja, kemudian berlanjut berjalan menuju dapur. Fika kini melanjutkan kegiatannya menonton film yang scene sudah banyak terlewatkan. ***** Sudah hampir mencapai satu jam Fika menunggu, tapi orang-orang yang ditunggunya belum juga kembali ke rumah. Padahal semua camilan yang ada di atas meja sudah hampir habis dimakan oleh Fika, minumannya juga sudah habis, serta kini gadis itu juga tidak lagi fokus memperhatikan film yang masih memutar di tv. Fika sudah merasa sangat bosan. Dia jadi menyalahkan dirinya karena datang terlalu awal, padahal ia sangat tahu kalau rutinitas Jean untuk bekerja itu sangat padat dan keponakannya juga memiliki jam pulang sekolah yang sangat lama, tapi kenapa ia masih bela-belain untuk datang ke sini. Ahhh ... Semua ini karena amanat dari sang Ibunda tercintanya, andaikan ia pergi jalan-jalan saja tadi sebelum ibunya ingin hendak ingin memanfaatkan jadwal kuliahnya yang sedang kosong hari ini. Benar kata seseorang, penyesalan selalu datang di akhir, kalau di awal itu namanya pendaftaran. Fika mendadak cekikikan sendiri karena mengingat sosok seseorang yang mengatakan hal itu padanya. Namun, ia langsung menggelengkan kepalanya. Raut cekikikan tadi sudah tergantikan dengan keterdiaman, gadis itu mengingat sesuatu yang menurutnya sangat menyedihkan untuknya. Tidak ingin berlarut-larut, gadis itu kemudian bangkit dari dudukannya. Hendak akan ke toilet untuk membasuh wajahnya yang terasa kusut akibat rasa kantuk yang mulai menyerang. Bersamaan dengan Fika yang sudah masuk ke dalam bilik yang disebut toilet, sebuah mobil yang menaungi Andi dan Shania di dalamnya baru saja tiba dan kemudian terparkir sempurna di halaman rumah. Anak itu kini sudah kembali dari sekolahnya. Andi dan Shania kemudian berjalan beriringan masuk ke dalam. Meski sebenarnya merasa sangat lelah karena berjam-jam duduk di bangku sekolah tadi, tapi itu tidak menyulutkan semangat Andi untuk terus berbicara dengan Shania. Ketika mereka sudah berada di dalam, Andi mengernyitkan kening melihat meja di ruang keluarga sudah berantakan seperti kapal pecah. Banyak makanan yang berhamburan di lantai dan meja, semua tutup toples berada tidak pada tempatnya. Tv yang menonton dirinya sendiri, serta bantal-bantal sofa yang berserakan di lantai. Shania juga ikut terkejut, selama ia tinggal di rumah ini tidak pernah sekalipun gadis itu mendapati ruang keluarga se-berantakan sekarang ini. Gadis itu tidak habis thinking, memikirkan siapakah dalangnya. Bella? Tidak mungkin karena wanita itu sudah keluar dari rumah bersamaan dengan Jean yang berangkat kerja tadi pagi. Namun, semua itu tidak lagi menjadi fokus utama Andi. Karena anak itu sekarang tengah memerhatikan sebuah tas yang ada di atas meja sana. Seperti rumah ini baru saja kedatangan tamu dan Andi sendiri sudah bisa menebak siapa tamu itu. Di lain tempat, Fika ternyata sudah menyelesaikan urusannya di dalam toilet. Sebelum benar-benar keluar, terlebih dahulu ia merapikan penampilannya. Menyingkirkan sisa-sisa makanan dan sedikit noda jus yang tidak sengaja tumpah mengenai bajunya tadi. Setelah dirasanya semuanya sudah selesai, gadis itu kemudian keluar dari sana, hendak kembali ke tempat semula ia menunggu. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, gadis itu di kejutkan dengan apa yang ia lihat. Ia bahkan sampai membekap mulutnya karena saking tidak percayanya tadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN