Shania berjalan beriringan masuk ke dalam rumah, mereka baru saja pulang dari sekolah anak itu. Hati Shania masih saja mengambang semenjak bertemu dengan Fika tadi, ia masih memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil nantinya. Meskipun begitu, Shania berusaha menutupi masalahnya agar Andi ataupun orang-orang di sekitarnya tidak dapat mengendus masalahnya itu.
Setelah mengantar Andi ke dalam kamarnya, Shania memilih untuk keluar agar anak itu bisa mengganti seragamnya dengan pakaian biasanya. Sebenarnya bisa saja Shania membantu anak itu untuk memakai pakaian, tapi Andi menolaknya dengan tegas karena ia merasa malu jika diperlakukan seperti itu. Andi berkata kalau dirinya sudah bukan anak kecil lagi, ia sudah bisa melakukan segalanya sendiri.
Melihat sikap Andi yang sangat-sangat mandiri di usianya yang bisa dibilang masih kecil, Shania jadi merasa tertampar. Di rumah, ia juga memiliki seorang pengasuh yaitu Bik San. Bik San telah bersama dengannya sedari ia kecil sampai di detik sebelum ia kabur dari rumah. Dulu maupun sampai ia sedewasa ini Shania sering kali bersikap sangat manja kepada pengasuhnya itu, mulai dari mandi, memakai pakaian, makan serta kegiatan-kegiatan lainnya tidak pernah sekalipun Bik san tidak menemaninya. Bisa dikatakan Shania itu sangat bergantung terhadap wanita itu.
Tapi setelah Shania bekerja sebagai pengasuh Andi, Shania merasakan ada banyak perbedaan di antara mereka berdua. Andi yang lebih mandiri, lebih pintar, dan juga lebih pengertian darinya sama sekali bukan tandingan Shania sewaktu ia kecil dulu.
Sewaktu pertama kali ia bertemu dengan anak itu, Andi langsung menghadiahkan penyambutan yang mengejutkan. Shania kira dulu Andi merupakan seorang anak yang sangat nakal. Namun sekarang Shania jadi tahu kalau Andi yang mengerjainya dulu adalah Andi yang belum menerima sepenuhnya kehadirannya.
Andi yang dinilainya dulu sangat nakal sebenarnya adalah Andi yang memiliki sifat sedingin kulkas kepada orang lain, tapi tidak kepada orang-orang yang dirasanya dekat. Shania cukup bersyukur karena ia termasuk ke dalam orang-orang terdekat bagi anak itu.
Gadis itu turun ke lantai bawah, hendak menyiapkan makan siang untuk Andi. Shania tidak perlu lagi memasak karena tugas itu sudah dikerjakan oleh pelayan yang mengurus tentang makanan di rumah ini. Gadis itu hanya perlu menyiapkan makanan yang baru saja selesai di masak untuk ditaruh di atas piring, tidak lupa Shania juga membawa beberapa cemilan serta buah-buahan yang telah di potong agar Andi bisa langsung memakannya nanti.
Setelah semuanya rampung dipersiapkan oleh Shania, gadis itu kemudian berjalan naik ke lantai atas dengan langkah hati-hati karena sekarang ini kedua tangannya tengah memegang nampan berisi makanan. Shania tidak ingin apa yang ia bawa malah berakhir jatuh nantinya. Sayangkan kalau hal itu sampai terjadi, bisa-bisa gajinya yang tidak seberapa itu malah dipotong untuk mengganti kerugian yang telah ia perbuat.
Ketika gadis itu baru saja berhasil menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, Shania mendapati seseorang yang ingin agar ia berhenti.
"Woy pengasuh," panggilnya, dengan nada yang sebenarnya tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai sesama wanita yang sudah bisa dikatakan dewasa karena itu hanya terdengar tidak sopan.
Shania menoleh, ia sudah tahu kalau orang yang memanggilnya itu adalah wanita yang selalu mengaku-ngaku dirinya sebagai nyonya di rumah ini. Sebelum Shania dan Andi kembali dari sekolah tadi, wanita itu memang sudah berada di rumah ini. Dengar-dengar sih karena ingin berkunjung menemui Andi, tapi sayangnya anak itu tidak mau meladeni Bella. Andi mengabaikan begitu saja kehadiran Bella, seperti yang sering kali ia lakukan.
"Iya, ada apa Nyonya?" tanya Shania, walau sudah menoleh ke arah Bella tapi ia masih berdiam diri di anak tangga pertama itu.
"Buatkan saya minuman dingin, saya haus," ucapnya, memerintah dengan gaya. Sekarang wanita itu sedang duduk di sofa ruang keluarga sembari bermalas-malasan dengan handphone yang ada di genggaman tangannya.
"Tapi Nyonya, saya harus mengantarkan makanan ini untuk Tuan Muda," ujar Shania sembari menunjukkan kepada Bella apa yang sedang ia pegang sekarang ini. Meskipun ia tahu kalau Bella pasti sudah melihatnya tadi.
"Buatkan minuman saya dulu, baru urus anak manja itu," ucap Bella, tidak ingin mengalah sedikitpun.
Shania menggelangkan kepalanya. "Tidak bisa, Nyonya. Tuan Muda di atas sedang menunggu saya mengantarkan makanannya sekaray. Saya tidak ingin Tuan Muda merasa lapar karena terlalu lama menunggu makanannya datsng," ucap Shania, menjelaskan. Berharap wanita itu mau mengerti dan membiarkan dirinya pergi.
"Cuma pengasuh aja kok nyolot sih. Apa susahnya coba buatkan minuman saya duluan. Lagipula kalau anak itu memang lapar, seharusnya dia makan di meja makan bukannya makan di dalam kamar. Dasar pemalas," ujar Bella dengan nada tinggi. Ia tidak terima dengan penolakan Shania barusan. Pokoknya Bella ingin segala hal yang diinginkannya bisa ia dapatkan karena cepat atau lambat ia juga akan menjadi pemilik rumah ini nantinya.
Mendengar itu membuat Shania menghela napas, ia sungguhan tidak mengerti mengapa bisa ada seorang wanita yang begitu tidak mau mengalah seperti Bella itu.
"Nyonya, tolong maafkan saya kalau perkataan saya ini lancang karena saya tidak bermaksud untuk menyinggung perasaan Nyonya. Seharusnya Nyonya tahu apa tugas seorang pengasuh itu. Saya memiliki tugas untuk mengurus segala keperluan Tuan Muda Andi, bukan mengurus tamu yang datang ke rumah ini. Kalaupun nyonya ingin minum atau apapun itu, Nyonya sebaiknya meminta kepada pelayan yang tugasnya memang untuk itu. Saya permisi," ujar Shania yang langsung berbalik dan melanjutkan langkah kakinya menaiki satu persatu anak tangga itu. Gadis itu berjalan tanpa sedikitpun menoleh ke arah Bella.
Sedangkan wanita itu kini terlihat terdiam karena perkataan Shania barusan. Setelah gadis yang menceramahinya itu menghilang dari pandangannya barulah Bella tersadar dari diamnya itu. Wanita itu mengepalkan kedua tangannya, ia sungguhan tidak terima atas ucapan Shania padanya barusan.
"Berani-beraninya." Darah wanita itu sangat mendidih sekarang ini. Ingin rasanya ia menjambak rambut gadis yang telah berani mengajari dirinya seperti itu. Dan barusan apa yang ia katakan, 'mengurus tamu yang datang ke rumah ini?' kurang ajar sekali!
Bella tahu kalau ia tidak bisa memberi Shania pelajaran sekarang juga karena ada orang lain di rumah ini, Andi juga ada. Bukalah tempat dan waktu yang tepat kalau ia langsung melabrak Shania. Ia harus menyusun sebuah rencana sekarang juga untuk memberi pelajaran kepada seseorang yang telah berani bersikap lantang seperti itu padanya. Bella tidak akan pernah membiarkan gadis itu lepas begitu saja.
Segeralah Bella bangkit dari duduknya, mengambil tas yang ada di atas meja, kemudian ia berjalan keluar rumah sembari mengotak-atik handphonenya. Ia tengah menelpon seseorang.