Bab 4

968 Kata
Samudera mengikuti kemauan Ara untuk menonton film sepulang sekolah, tapi di luar dugaan Ara. Dia kira akan jadi quality time mereka berdua, nyatanya salah. Tetap ada Oceana di antara mereka. Rasanya Ara ingin sekali marah tapi rasanya itu tidak mungkin karena sebelum mereka berpacaran, Oceana dan Samudera sudah bersahabat dekat, apalagi Oceana adalah sahabatnya juga. Setelah film Eiffel in Love berakhir, mereka keluar dari bioskop dan makan di foodcourt. "Gue berasa jadi obat nyamuk berada di antara kalian." Oceana menopang dagunya setelah mengunyah aichiro dan memandang Samudera dan Ara secara bergantian. Ara tertawa renyah. "Lumayan lah lo jadi baygon." "Gak apa-apa dong, gue jadi berasa punya dua cewek," ujar Samudera. Ara menoleh dan menatap Samudera dengan kesal, Samudera yang peka dengan perubahan ekspresi gadis itu langsung mengacak rambutnya Ara. "Becanda, sayang." Setelah itu Samudera mencubit pipi Ara dengan gemas, hingga membuat gadis itu meringis dan di akhiri dengan tawa pecah mereka berdua. Fix gue jadi obat nyamuk beneran. Ada perasaan menggelitik di hatinya Oceana melihat Samudera bersikap manis terhadap Ara. Masa sih gue baper lihat mereka? Yakali gue baper sama sahabat sendiri. "Aku ke toilet bentar ya." Ara bangkit dari kursinya kemudian meninggalkan Samudera dan Oceana. Samudera meraih ponsel Oceana di atas meja. "Password-nya masih Ocesayangsam 'kan?" "Iya, belum diganti. Aturannya itu samsayangoce." "Gue mainin HP lo ya," Oceana mengambil ponsel Samudera kemudian mencoba buka password dan tidak berhasil. "Password lo bukan sayangoceana lagi?" Samudera mengangguk. "Bosan, jadi diganti." Oceana merengut kesal. "Diganti apa?" "Myoceana." Oceana langsung tersenyum dan dia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. "Jangan sampai Ara tahu password kita, bisa-bisa dia labrak gu-" Belum selesai Oceana melanjutkan ucapannya, Ara sudah kembali ke tempat itu. "Password apa?" Oceana menatap Ara kaget. "Password-" Tak ingin mendengarkan penjelasan Oceana, Ara langsung meraih tasnya di atas meja kemudian melenggang pergi tanpa sepatah kata. "Sam, lo kok malah diam?" "Terus gue harus kejar dia ala film India gitu?" "Pacar lo ngambek, astaga." "Lagi PMS kali," ujar Samudera sekenanya, kemudian ia bangkit dari tempat duduknya. "Kuy cabut." Oceana benar-benar bingung dengan jalan pikiran Samudera, pacarnya marah bukannya dikejar atau dibujuk malah diam saja. ♥ ♥ ♥ Sebuah mobil terparkir rapi di depan rumah Oceana. Mereka turun dari mobil tersebut dan melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah, terlihat Bunda-nya Oceana sedang membaca majalah di ruang tamu, dia langsung mempersilakan Samudera duduk, setelah itu Oceana naik ke lantai dua untuk mengganti seragamnya. "Apa kamu tidak keberatan tiap hari mengantar-jemput Oceana? kamu bukan grab pribadi Oceana lho," ujar Vina yang diakhiri kekehan pelan darinya. "Sama sekali gak, lagian kan rumahnya Samudera sama Oceana searah ke sekolah jadi sekalian aja." "Tante dengar dari Oceana, kamu juga sama pacar kamu." "Kebetulan aja, kalau dia lagi gak bawa kendaraan sendiri. Tapi walaupun dia gak bawa kendaraan sendiri dan aku bawa motor tetap gak bisa antar dia pulang soalnya gak mungkin naik motor bertiga." "Padahal Oceana bisa aja bawa mobil ke sekolah biar ga merepotkanmu. Tapi katanya kamu yang larang." Samudera membenarkan pernyataan tersebut karena Samudera sudah nyaman pulang-pergi bersama Oceana. "Aduh aku sampai lupa, tujuan aku mampir mau ketemu Bang Ian." Samudera pamit kepada Vina kemudian naik ke lantai dua, di mana kamar Adrian berada. Adrian ini adalah kakak laki-lakinya Oceana yang sekarang kuliah di Bandung, katanya dia lagi liburan makanya pulang sekarang. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Samudera langsung nyelonong masuk dan ia mendapati Adrian sedang tiduran sambil memainkan ponselnya. Samudera baring di sebelah Adrian. "Bang, kangen gue sama lo." Adrian menoleh. "Gaya lo kangen, bukan gue kali tapi Oceana 'kan?" "Kalau Oceana tiap hari juga ketemu kali." Adrian menatap intens Samudera. "Jadi kapan lo bakal jadiin adik gue pacar lo?" Samudera mengendikkan bahunya. "Gue 'kan udah sama Ara, kalau sama Oceana mah friendship goals." "Friendship rasa relationship gitu?" tanya Adrian, lalu ia kembali memainkan ponselnya. Samudera memikirkan perkataan Adrian, ia memang sayang sama gadis itu tapi bukan berarti ia ingin menjadikan Oceana sebagai miliknya. "Hati-hati baper sama sahabat sendiri," ujar Adrian. Samudera bangkit dari ranjang Adrian kemudian ia ke kamar Oceana yang berada di sebelah kamar ini. Seperti biasa Samudera langsung masuk dan melihat Oceana yang lagi baca n****+. "Babe, jalan kuy," ajak Samudera, yang sudah duduk di ranjangnya Oceana. Oceana menutup novelnya. "Kemana lagi? Tadi 'kan abis dari mall." "Kalau jalan sama lo gue gak pernah bosan." "Mending lo bujukin Ara yang masih ngambek." "Malas, nanti juga baik sendiri." Mengabaikan ucapan Samudera, Oceana kembali melanjutkan bacaannya yang tertunda. "Na, main ludo kuy. Yang kalah harus nurutin kemauan yang menang." Oceana menggeleng tetap fokus pada novelnya. "Lo 'kan licik kalau main ludo." "Ayolah, sayang." Oceana tetap tidak merespon. "Siapa tahu lo menang, ya 'kan Na?" Ia menghela napasnya dan mengangguk. "Oke, gue pasti menang." Mereka mulai memainkan permainan itu, Oceana yang mainkan yang warna hijau dan Samudera yang berwarna biru. Dan akhirnya permainan tersebut dimenangkan oleh Oceana.         Samudera mengaku kalah dan dia pasrah memenuhi segala permintaan Oceana. "Jadi lo mau apa?" "Satu hari quality time berdua, waktu gue ulang tahun nanti." "Sip, 1 Maret?" Oceana mengangguk. "Gue mah lahir 1 Maret 2001 kalau Abang Justin Bieber 1 Maret 1994, anggap aja gue Selena Gomes-nya Abang Justin, tapi mudaan gue sih daripada Selena Gomes." "Bukanlah, lo itu Oceana-nya Samudera." Gak boleh baper sama sahabat sendiri. "Cie yang sebentar lagi 17 tahun, seumuran sama gue." "Gak lah, tuaan lo. Gue mah otw 17 dan lo otw 18." "Dan sebentar lagi gue tamat SMA, baik-baik ya sayang di SMA tanpa bang Sam." Oceana bersandar ke pundak Samudera. "Lo gak boleh kuliah jauh, di Jakarta aja ya, Kak." Samudera mengacak rambut Oceana. "Sayang aja jangan Kak." "Kan nyatanya lo kakak kelas gue." Samudera membaringkan tubuhnya di kasur Oceana, refleks Oceana juga ikut berbaring kemudian Samudera memeluknya. "Ayahhhhhh, Bundaaaaaaa nikahin Samudera sama Oceana secepatnya mereka tiduran sambil pelukan," teriak Adrian yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu kamar Oceana. ♥ ♥ ♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN