MIMISAN

1443 Kata
Pov. Layla Di UKS gue baikan. Ternyata bolos enak juga ya, beralasan sakit pada mata pelajaran yang kurang dikuasai efektif dilakukan untuk anak gak jago olahraga kek gue. Nilai rata-rata perlu disuyukuri mengingat bagaimana buruknya pengambilan nilai voli tadi, seandainya gue gak mimisan, gue yakin angka 60 akan merusak kesumpurnaan raport gue. PD banget,, yah gue kan pintar, bego di atletis aja. Sebuah tangan ramping menyibak tirai hijau yang menutupi ranjang di mana gue beristirahat "Lo kenapa ?" tanya Tiara "Mens ?" Aku mau nyaut "Itu kan lo" tapi tertahan "Mimisan" jawabku sambil tersenyum begok. Dia cantik, aura kecantikannya membuat gue terintimidasi. "Lo memang gitu ya ?" tanya Tiara, wajahnya berkedut "Gak bisa olah raga. Sering seperti itu ya, kalo pintar akademis biasanya bakal culun olahraganya" Senyum gue langsung hilang. Iya memang gua lemah di olahraga cuma bisa gak sih gak dibahas seolah lo itu sempurna di segala bidang. Sebagai anak yang selalu dapet rangking ego gue terluka mendengarnya "Terimakasih aku tersanjung Tiara. Kamu sungguh menghibur. Tapi bisa gak aku ditinggal aja" Aku menaikkan selimut UKS, ingin menutup semua wajahku dengan selimut garis-garis biru. Tiara terkekeh "Ya udah aku tinggal ya" Dia tertahan "BTw aku pacaran sama Rama" What ? mereka pacaran. Aku menahan tanganku, kembali melihatnya. Agak Syock karena gak tahu akan hal itu. Kupikir dia gak tertarik sama Rama. "Gue harap lo gak dianter pulang lagi sama cowok orang !" wajahnya keliatan tidak ramah lagi seperti pertama kali kami berkenalan saat MOS. Kini dia keliatan kaya penyihir. Tinggi, cantik dan pucat. Mengerikan. Diapun pergi menutup kelambu UKS. Meninggalkanku dalam kebingungan dan rasa bersalah karena udah pulang bareng bacarnya. Aku bangun dari tidurku, terduduk melongo sendiri. Apaan di labrak pacar orang ? Aku memejamkan mata. Cara Tiara menatapku barusan, merupakan isyarat kebenciannya padaku. Tiba-tiba darah kembali menetes dari hidungku "SUS AKU MIMISAN LAGI" teriakku ketakutan, hampir menangis melihat darah jatuh ke kaos olahragaku. Sus di sekolahku itu baik banget, plus cerewet, plus tukang gosip, plus bisa ngeramal. Gak penting banget. "Ini kamu ke kamar mandi yang di belakang itu ya ganti bajunya ?" tanyanya secara tiba-tiba. Kok dia tahu ? "Iya kayaknya hantunya gak suka jadi dia neror kamu, ini darahnya si hantu keluar dari hidungmu" dia keliatan sungguh-sungguh, tangannya menutup lubang hidungku dengan kain kasa. Dia memukul punggungku agar aku duduk agak condong kedepan, agar mengurangi aliran darah yang keluar. Aku mendengus kesal "Ini karena hidungku ke bentur bola, di bagian sini ada pembuluh darah dan itu rentan kalo kena pukulan" Aku kesel ngomel sendiri "Sus lulusan keperawatan gak sih ?" "Idih ni bocah di kasi tahu juga" Dia mendongakkan daguku dengan kasar " cebit sedikit hidungmu" Meski ucapannya gak masuk akal, caranya menghentikan pendarahanku lumayan efektif. Ternyata dia memang lulusan keperawatan, bukan perdukunan. *** "Cie mimisan" bisik Rama yang jadi gelak tawa satu kelas. Pak Husain masuk untuk mengajarkan Fisika pada kami. Dia mengetuk ngetuk papan meminta ketenangan di kelas "Anak anak sudah bisa mengukur dengan jangka sorong ?" "Belum lah pak kan belum diajarin" Seloroh Arman, sahabat karib Rama. "Ketua kelas siapa di kelas ini ?" "Belum ada pak" Jawab Zoe "Saya aja pak" Rama mengajukan diri. Manusia terPD di jagat raya ini memang ada. Suatu hari ketika di Idonesia Raya ini sudah tidak ada yang mau jadi presiden karena utang negara kita terlalu banyak, mungkin saja Rama akan mengajukan diri untuk jadi presiden. Dan aku yakin dia akan memulai sebuah perang. "Ya udah kamu sama Layla pergi ke lab Fisika ambil lima belas jangka sorong" "Saya aja pak" Zoe mengajukan diri, maksudnya supaya dia bisa berduaan sama Rama. Seluruh kelas tahu isi kepala Zoe. Sudut mataku menangkap raut wajah tidak menyenangkan Tiara, kali ini ditujukan pada Zoe. Dia gak suka ada orang ganjen-ganjen sama pacarnya. "Kamu tahu seperti apa jangka sorong Zohriatun ?" Zoe, nama panjangnya Zohroatun Munawaroh. Dia selalu memperkenalkan dirinya sebagai Zoe pada siapa saja kecuali guru-guru. Zoe menggeleng "Kalau Layla pasti sudah belajar sebelumnya, soal jangka sorong kan ? dia anak olimpiade jadi pasti tahu" Semua kelas skut tidak ada yang bisa mengajukan diri lagi "Nanti diperiksa dulu Jangka sorongnya ya Layla, soalnya beberapa gak bisa digunakan. Pastikan itu sama petugas lab" "Kenapa kita gak praktik ke lab Fisika aja pak ?" tanya Salman "Raja Arab ! Lab sedang digunakan kelas dua belas. Kita gak boleh menganggu aktifitas anak kelas dua belas, paham ?!" "O gitu ya pak" "Sudah sana Rama !" "Nih ya culun, gue ajarin lo caranya lari biar gak ngos-ngosan. Kaki harus numpu di sini.." dia pasang kuda-kuda untuk lari, maksudnya mencontohkan ke gue. Gue melongos, bodo amat. Gak mau gue dengerin dia ngomong. Lanjut aja jalan ke Lab. Jam pelajaran Fisika pendek cuma dua jam, gue gak mau kehilangan menit-menit gue yang berharga cuma buat dengerin dia. Gue yakin maksudnya bukan buat ngajarin gue, tapi buat ngejek gue. "Iiii si culun diberitahu yang bener juga !" Dia mengejarku "Nanti balesannya lo ajarin gue pake jangka sorong, gimana ?" Aku berbalik badan berkacak pinggang, menghentikkan langkahnya. Dia mundur satu langkah takut gue pelototin "Eh Goku !" "Nama gue Rama ! Bukan goku" "Tapi rambut orenye lo mirip goku dan terserah gue dong mau panggil lo apa aja. Lo aja panggil nama gue pake nama Lela. Siapa namanya Lela ? Gue Layla. Akey. Anyway. Gue gak mau banyak ngomong sama pacar orang !" Gue harus tegas dalam menetukan batasan dengan pacar orang "Pokoknya jangan sering sering ngomong sama gue. Gue udah di warning sama cewek lo" Aku merentakkan tangan mengukur jarakku dengan dia "Pokoknya sebentangan tangan, lo gak boleh ngelebihin jarak yang gue buat" "Wah, emang siapa cewek gue ? Kok gue sendiri kebetulan gak tahu ya kalo gue punya cewek" dia mengetuk ngetuk dagunya matanya melirik ke atas langit seolah mencari ilham "Tiara" jawabku "Tiara ngaku cewek gue. Wah. Wah. Sebuah status yang pantas dirayakan" Gue menghela nafas dan lanjut jalan, memutuskan untuk gak peduli. Laboratorium kami jauhnya minta ampun berada di belakang perpustakaan dan sederet dengan laboraturium kimia, Biologi dan Kelas bahasa. Laboratorium Kimia membuat gue bergidik seperti melihat hantu. Gue belum belajar Kimia sama sekali. Gue gerogi bisa gak ya gue menaklukkan mata pelajaran itu. Gue tanya Kenan katanya Kimia adalah mimpi buruknya. Serem kan ? Padahal gue bisa taruhan loh, kakak gue pinter. "Eh emang Tiara ngomong gitu ke lo ?" Lanjut lagi prihal Tiara "Gue heran ya sama kalian, kok pacaran gak sepakat gitu sih ?" Kami sedang menunggu petugas lab membawakan kami jangka sorong dari gudang penyimpanan "Emang lo pernah pacaran ? Tahu orang pacaran itu kek gimana ?" Gue gak bisa menjawab. Gue terlalu cupu untuk pacaran. Anyway dalam pikiran gue, gue masih terlalu kecil untuk pacaran. Nyokap bokap gak ngelarang, ngebebasin malah tapi gue selalu punya kontrol diri yang baik. Gue tahu prioritas gue apa. Gue suka belajar dan senang memecahkan masalah, tapi gak suka cari-cari masalah ? bagi gue pacaran itu kayak cari masalah. Males ! "Ih diem aja, gue nanyak elo kabel tower !" "Kabel tower ?" "Iya behel lo mirip kabel tower" Aku mengertakkan gigi, marah sudah sampe di ubun ubun "RAMBUT LO TU KEK JAGUNG" gue menelik sepatunya "Apanya yang nyentrik. Lo tahu gak si sepatu lo tu norak" lalu anak-anak kelas tiga satu persatu masuk ke ruang Lab. Mereka menyoraki gue dan Rama. Dan tertawa-tawa karena Rama gue katain. Gue syock plus malu. "Udah udah jangan kelahi kalian berdua, ntar jodoh loh" Mbak Sami, petugas Lab datang dengan dua box berisi jangka sorong. Rama menyenggolku "Lo bilang gue apa tadi ? culun ?" "Butuh bantuan gak ?" Disanalah aku melihat Kak Yoga. Masyallah, ini yang dinamakan cowok ganteng. Ampe meleng mata gue ngeliat dia. Kak Yoga menunduk membantu Mbak Sami "Banyak banget Mbak ?" "Iya pak Husain butuh lima belas. Udah lama gak dipakai. Gak tahu mana yang berfungsi" "Sini biar aku bantuin" Kak Yoga senyum sama gue. Mampus ! gue tiba-tiba lemes. Ya ampun kek di serang bintang bintang rasanya. "Kenapa lo ?" "Ah ?" aku terbangun dari lamunan "Bantuin tuh, gue kan gak tahu yang mana yang berfungsi, yang mana gak. Gue aja baru tau kalo jangka ada yang disorong" seloroh Rama penuh kebodohan. Oh ! Aku tersenyum pada Kak Yoga Rupanya Rama kenal Kak Yoga "Ga, senyum temen gue cakep ya, ada relnya" ujarnya menaik-turunkan alisnya meminta pendapat Kak Yoga, yang ditanggapi hanya dengan tawa kecil. Seketika lenyaplah senyum gue. Gue jadi insecure, gak berani buka mulut sepanjang memeriksa jangka-jangka itu. Semudah itu Rama merenggut kepercayaan diri gue. Gue sumpahin punya bini berbehel dia. Setelah selesai memilih kami kembali ke kelas. Meski sudah duduk di bangku ku, aku masih mengingat kekehan kak Yoga ketika Rama bilang gigiku kek rel kereta. Aku tertunduk lesu. Mama mau buka behel...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN