Bab 3. Reza Menunggu Claudia

1154 Kata
Happy Reading Claudia mematung saat baru saja masuk ke dalam rumah. Reza menatap tajam ke arah sang istri yang saat ini terlihat salah tingkah. Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore, akan tetapi lihatlah, Claudia baru saja pulang, kemana saja wanita itu dari jam 2 siang tadi. Apakah jalan dengan pria asing yang tadi makan siang di restoran bersamanya? "Seharusnya dia yang duduk di sini dan menunggu kepulanganku, bukan malah sebaliknya!" Reza bergumam dengan penuh kekesalan di dalam hatinya, sedangkan kedua matanya terus memandangi sosok Claudia yang baru saja masuk ke dalam rumah. Claudia sendiri akhirnya berhasil menguasai dirinya dan menganggap bahwa dia tidak melihat keberadaan Reza di ruang tamu itu. Ah, maksudnya dia mengabaikan keberadaan Reza seperti yang sering dilakukan pria itu selama ini. Claudia berjalan masuk ke dalam rumah tanpa menatap Reza membuat pria itu bersedekap d**a sambil menyilangkan kakinya. "Lihatlah, tanpa memiliki sedikitpun rasa bersalah setelah seharian menghabiskan waktu bersama laki-laki lain, dia bahkan mengabaikanku!" batin Reza terlihat semakin suram. Semakin lama, entah kenapa Reza merasa ada sesuatu yang berbeda di dalam relung hatinya saat melihat langkah kaki Claudia yang berjalan hendak melewatinya. Semacam ada perasaan aneh yang membuat jiwa kelelakiannya terasa terganggu, tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Claudia di restoran tadi. "Kenapa baru pulang?" Akhirnya Reza meruntuhkan egonya untuk bertanya. Membuat langkah kaki Claudia berhenti. Siang tadi, pada akhirnya Reza dan Bianca lebih dulu pergi dari restoran, Reza bersikap seolah tidak peduli dengan keberadaan Claudia di sana dan tidak menganggap kehadiran wanita itu. Meskipun dalam hatinya merasa ada sedikit perasaan tidak rela saat melihat istrinya bersama dengan laki-laki lain, ada rasa ingin menghampiri yang semakin lama semakin tidak bisa dia tahan hingga kemudian membuatnya memutuskan untuk pergi dari sana secepat mungkin. Kini, melihat kembali perempuan itu di depan matanya, tanpa sadar membuat Reza kembali mengingat apa yang telah dilakukan oleh Claudia di restoran siang tadi hingga membuatnya langsung bertanya dengan nada yang tidak enak di dengar di telinga. "Siapa pria itu, Claudia?" Claudia mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan reaksi yang diberikan oleh suaminya itu. Sebab, tidak biasanya Reza ikut campur dan merasa penasaran dengan semua aktifitasnya di luar rumah, terutama siapa saja yang bertemu dengan dia di luar sana. Akan tetapi kali ini kenapa berbeda? Kenapa tiba-tiba Reza bertanya seperti itu? "Claudia, aku bertanya kepadamu! Katakan kepadaku siapa pria itu, siapa pria yang kamu temui di restoran tadi?!" Reza merasa geram dengan reaksi yang ditunjukkan oleh Claudia yang hanya diam tanpa menjawab pertanyaan yang dia berikan hingga membuatnya meninggikan suara di depan perempuan itu. "Apa kamu benar-benar sedang bertanya kepadaku siapa laki-laki yang bersamaku di restoran tadi, Mas?" "Tidak usah banyak bicara, Clau! Cepat katakan saja siapa laki-laki itu," sentak Reza, mulai merasa tidak sabar untuk mendengar jawaban yang keluar dari mulut Claudia beserta penjelasannya. "Hahaha, baiklah, biar aku katakan! Pria itu adalah Adnan, dia kakak seniorku di kampus dulu, memangnya kenapa kamu bertanya seperti itu, aneh sekali." Reza membulatkan kedua matanya saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut Claudia, tidak pernah wanita itu bersikap demikian terhadap dirinya. Tetapi kenapa hari ini justru berbeda? "Clau, kau tidak lupa kan dengan statusmu saat ini? Seharusnya kamu tidak boleh melakukan semua itu, kamu tidak boleh berbuat hal seperti itu lagi dengan laki-laki lain." Kedua bola mata Claudia seketika membulat dengan sempurna saat dia mendengar perkataan yang keluar dari mulut Reza, tetapi tidak lama setelah itu Claudia sudah bisa menguasai dirinya sendiri dan ia langsung mengubah raut keterkejutan itu menjadi kekehan pelan yang keluar dari mulutnya. "Apa kamu benar-benar serius mengatakan kalimat itu kepadaku, Mas?" tanya Claudia. "Atas dasar apa kamu mengatakan kalimat seperti itu kepadaku dan melarang aku untuk dekat dengan siapapun yang aku mau, apa kamu lupa kalau kamu juga melakukan hal yang sama di belakangku?" Reza terkejut mendengar ucapan istrinya. Pria itu juga tidak tahu kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti ini pada wanita yang sudah menjadi istrinya selama setahun ini. "Aku—" "Ah, sepertinya kata-kata itu sudah tidak lagi sesuai dengan kenyataan yang ada. Bukankah kamu sendiri juga berdekatan dengan wanita lainnya dan bahkan melakukan semua itu terang-terangan di depanku, lalu atas dasar apa aku harus menuruti ucapanmu itu?" Claudia tidak bisa menutupi kekehan sinis yang terucap dari bibirnya, seolah dia sedang meledek kepada Reza tentang apa yang dikatakan oleh pria itu kepadanya. Bagaimana bisa pria itu melarang dirinya melakukan apa yang selama ini dilakukan juga olehnya? "Clau, aku tidak bermaksud seperti itu. Lagi pula aku hanya mencoba mengingatkan kamu dengan statusmu sekarang. Kamu adalah seorang istri dan sebagai seorang istri bukankah sudah seharusnya kamu menjaga dirimu dari laki-laki lain dan tidak berdekatan dengannya seperti yang kamu lakukan di restoran tadi?" Seketika itu pula ekspresi di wajah Claudia langsung berubah usai mendengar apa yang dikatakan oleh Reza, tidak ada lagi tatapan mencemooh dan juga meledak pria itu, yang ada hanyalah tatapan tajam yang penuh dengan kebencian dan kemarahan yang siap untuk tumpah kapan saja. "Apa, Mas?! Bisa aku minta kamu mengulangi perkataan itu sekali lagi," tanya Claudia dengan nada bicara yang terdengar tidak bersahabat sama sekali. "Claudia, aku hanya mengingatkan kamu agar tidak membuat nama baikmu menjadi buruk! Kamu—" "Berhenti berbicara omong kosong, Mas! Berhenti bicara seolah-olah kamu pedulikan aku di sini karena kenyataannya selama ini kamu tidak pernah peduli kepadaku," sentak Claudia dengan penuh amarah. Hilang sudah kelembutan yang ada di wajahnya selama ini, hilang dan berganti dengan raut penuh amarah yang siap untuk meledak di depan Reza seperti sebuah bom yang ditimbun sejak lama dan kini sudah waktunya ia untuk meledak, mengeluarkan semua isinya yang bisa menghancurkan segalanya. "Kamu bicara dan mengingatkan tentang statusku sebagai seorang istri, memangnya selama ini kamu pernah menganggap aku sebagai istrimu? Tidak, Mas!" seru Claudia. "Kamu tidak pernah menganggap aku sebagai istrimu dan memperlakukan aku selayaknya seorang istri yang sesungguhnya, bahkan kamu sendiri jelas secara terang-terangan berhubungan dengan wanita lain di depan mata istrimu sendiri! Lalu sekarang kamu memperingatkanku dengan dalih mengingatkan aku untuk menjaga nama baikku karena statusku sudah berubah menjadi seorang istri? hahaha, kamu lucu sekali, Mas!" Reza mematung. Dia seperti menjilat ludahnya sendiri, tetapi entah kenapa melihat Claudia bersama pria lain membuat egonya tersentil. "Ya, kamu memang benar kalau aku sudah menjadi seorang istri. Akan tetapi, kamu lupa kalau aku seorang istri yang tidak pernah dianggap oleh suaminya!" Claudia benar-benar meluapkan segala sesak yang sejak tadi dia tahan, kedua matanya menyorot dengan tajam ke arah Reza. "Clau ...." lirih Reza dengan tatapan penuh harap, pria itu benar-benar merasa kehilangan seluruh kosakata yang dia miliki. Seolah semua kata yang ada di dalam kepalanya menghilang dan pergi entah kemana, menghilang tanpa jejak menghadapi kemarahan Claudia yang belum pernah dia lihat sebelumnya. "Sudahlah, Mas! Tidak perlu mengatakan banyak omong kosong di depanku, kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya jadi aku ... lagi pula, bukankah di awal pernikahan kita sudah berjanji untuk tidak mencampuri urusan masing-masing, jadi mau aku dekat dengan siapapun itu bukan urusanmu!" seperti boom yang meledak, kini ucapan Reza dibalikkan begitu saja oleh Claudia. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN