Setelah bertemu dengan orangtua Sharon, alhasil Dery sama sekali tidak bisa fokus kepada skripsinya lagi. Seketika saja, ia lupa pada niatnya untuk ke perpustakaan dan mengerjakan revisi yang diberikan oleh Pak Teguh tadi. Mustahil Dery bisa berkonsentrasi di saat ia terus terbayang oleh raut sedih orangtua Sharon yang memintanya untuk menyelidiki kasus kematian putri mereka.
Karena itu, bukannya pergi ke perpustakaan, Dery justru melangkahkan kakinya ke tepi danau, persisnya ke pohon beringin besar yang ada di sana. Tepat dimana mayat Sharon ditemukan minggu lalu. Ia tidak tahu harus memulai dari mana untuk menyelidiki kasus kematian Sharon ini, tapi mungkin saja ada petunjuk yang bisa didapatnya di tempat Sharon ditemukan.
Di lokasi kejadian itu sudah tidak ada apa-apa lagi. Polisi yang kemarin-kemarin sibuk menyelidiki pun sudah tidak ada, bahkan garis polisi yang sempat mengelilingi tempat di sekitar pohon juga sudah dilepas. Dari desas-desus yang Dery dengar, tidak ada barang bukti yang berhasil ditemukan oleh polisi. Bahkan, orangtua Sharon juga bilang jika polisi sudah menemui jalan buntu dan sepertinya juga nyaris angkat tangan karena kematian Sharon terlalu tidak masuk akal untuk dijelaskan secara logika.
Dery sudah berada di bawah pohon beringin tersebut. Sejenak ia mengitari pohon tersebut dan melihat ke tanah, berharap menemukan sesuatu. Namun, sama seperti yang didapati polisi, Dery pun tidak bisa menemukan apa-apa. Nihil. Hanya ada rumput dan kerikil di tanah yang dipijaknya sekarang.
Jika dia polisi, Dery pasti sudah memilih pergi dari tempat itu karena tidak bukti apa pun di sana. Tapi, Dery bukan polisi, dan ia memiliki kemampuan untuk melihat apa yang orang lain tidak bisa terlihat, termasuk para polisi yang sebelumnya ada di tempat ini.
Dery pun mendongakkan kepala guna melihat apa yanga da di atas pohon beringin ini. Jika orang lain memandang ke arah yang sama, pasti mereka tidak akan mendapati apa-apa di pohon itu kecuali ranting, daun, dan sulur-sulur pohon beringin yang menjuntai. Berbeda dengan Dery yang justru melihat beberapa kuntilanak warna-warni bertengger di pohon itu.
Berdasarkan pengalaman Dery selama setahun belakangan ini, kuntilanak yang merupakan hantu paling terkenal di Indonesia ini, rupanya warna-warni. Begitu juga dengan pocong. Entah apa penyebabnya, Dery belum sempat menanyakan itu.
Dengan gerakan tangannya, Dery memanggil para kuntilanak tersebut dan menyuruh mereka untuk turun. Beberapa orang yang melintasi Dery sudah tidak heran lagi melihatnya berinteraksi dengan udara kosong. Banyak yang sudah tahu dengan 'DD' alias Dery Dukun, dan kemampuannya melihat hal-hal tak kasat mata.
"Guys, sini dong. Gue butuh informasi."
Kuntilanak warna-warni itu cekikikan karena dipanggil oleh Dery. Berhubung ini siang hari dan mereka juga sedang tidak berniat jahil pada orang lain, jadi hanya Dery yang bisa mendengarnya.
"Enak aja mau minta informasi, kenalan juga belom, Mas Ganteng," ujar si kuntilanak warna kuning.
"Hadehhh." Dery menepuk dahi. Paling malas kalau sudah bertemu hantu genit begini. Tapi ia sudah tidak heran lagi sih, semenjak mendapat kemampuan melihat hantu tahun lalu, Dery memang lebih banyak menemui spesies hantu genit seperti para kuntilanak rainbow. Seringnya sih, mereka genit karena meninggalnya dalam kondisi masih gadis.
"Cepetan turun dulu deh, entar gue kenalin sama pocong ganteng," bujuk Dery.
"Nggak mau sama pocong ganteng, maunya sama Mas Ganteng aja, boleh nggak?" goda si warna putih.
"Kalian tau nggak kalau gue jago ngebasmi setan? Kalau kalian nggak turun dalam hitungan ketiga, gue basmi mau?!"
"ENGGAK, MAS GANTENG!"
"Buruan turun! 3...2..."
Sebelum hitungan Dery selesai, tiga kuntilanak yang sebut saja Kuning, Hijau, dan Putih itu turun dari pohon dan kini sudah berbaris di depan Dery. Jangan tanya bagaimana bisa Dery tidak takut lagi melihat hantu-hantu ini, padahal wajah mereka semua tidak bisa dikatakan enak untuk dipandang. Jawabannya, Dery hanya mencoba membiasakan diri. Tapi kadang-kadang ia masih juga terkejut jika bertemu hantu yang tampangnya terlalu menyeramkan.
Untungnya, bentuk tiga kuntilanak ini masih dalam tahap wajar. Kecuali rambut yang berantakan dan wajah yang sepucat kertas, rupa mereka masih manusiawi.
"Mas Ganteng galak banget sih! Padahal cuma digodain dikit," sungut si Hijau.
Dery berkacak pinggang dan memasang tampang galak. "Abisnya kalian nyebelin! Gue cuma juga cuma mau nanya."
"Emang mau nanya apa sih, Mas?" tanya Kuning.
Dery menunjuk lokasi persis dimana mayat Sharon ditemukan tempo hari. "Kalian tau kan, kalau beberapa hari yang lalu ada mayat di sana?"
Ketiga kunti itu mengangguk.
"Berarti kalian liat dong kejadian gimana bisa tuh mayat koit dan siapa yang menyebabkannya?"
Kali ini mereka menggelengkan kepala.
"Lah, kok gitu?! Kalian kan tinggal disini, masa bisa nggak liat?!" tanya Dery galak.
"Waktu kejadian, kita lagi nggak disini, Mas. Kita lagi party di pohon beringin fakultas kedokteran, dalam rangka menyambut hantu baru yang guanteenggg banget. Dia mahasiswa kedokteran juga, metong karena kecapekan belajar."
Dery geleng-geleng kepala tidak habis pikir. Ia mau heran kenapa bisa-bisanya para hantu berpesta, tapi ia sendiri sudah beberapa kali menyaksikan kalau memang benar, hantu bisa berpesta selayaknya manusia. Alasan mereka berpesta pun kerap super random, contohnya seperti yang dijelaskan oleh si Putih tadi.
"Jadi, beneran nggak liat nih?"
"Enggak, Mas Dery."
Dery mengernyit. "Kok bisa tau nama gue sih?"
"Siapa sih hantu di kampus ini yang nggak tau sama Mas DD alias Mas Dery Dukun?"
Dery jadi terkekeh sendiri, merasa sedikit bangga karena dirinya terkenal di kalangan para hantu. Kalau begini sih, artis juga kalah pamor. Dery sudah terkenal lintas alam.
"Mayat yang kemarin itu nggak jadi hantu baru di sini apa?"
"Enggak, Mas. Mungkin dia meninggalnya nggak di sini. Biasanya kan, hantu gentayangan di lokasi mereka meninggal."
Bisa jadi. Setahu Dery pun memang begitu, para arwah penasaran ini akan gentayangan tidak jauh dari tempat dimana mereka semua meregang nyawa. Dery sendiri menebak kalau para kuntilanak ini merupakan orang-orang kampus yang dulu pernah gantung diri di pohon beringin ini atau menenggelamkan diri di danau.
Itu berarti, kemungkinan besar tempat ini bukan lokasi sebenarnya Sharon meregang nyawa. Pelaku yang terlibat dalam kematian Sharon hanya membawa mayatnya saja ke tempat ini, entah untuk tujuan apa. Berarti, untuk mencari petunjuk selanjutnya, Dery harus mengetahui dimana lokasi sebenarnya Sharon meninggal.
Mungkin, hantu Sharon ada di sana. Dan Dery pun sangat yakin jika arwah Sharon masih gentayangan karena kematiannya yang sungguh tiba-tiba. Orang seperti Sharon yang memiliki semua yang dia inginkan dalam hidup tentu saja tidak akan rela jika hidupnya berakhir terlalu cepat, kan?
Dery mengetuk-ngetuk jarinya di dagu dan berpikir, kira-kira dimana lokasi kematian Sharon yang sebenarnya. Sharon bisa saja meninggal di suatu tempat di kampus ini, atau bisa juga di luar kampus. Tapi dimana? Dery sama sekali tidak bisa memikirkan apa pun. Banyak kemungkinannya.
Otaknya mulai terasa buntu karena di tempat ini juga sama sekali tidak ada petunjuk yang bisa mengarahkannya ke tempat Sharon sebenarnya meninggal.
"Menurut kalian siapa yang bunuh orang itu?"
Kuning, Putih, dan Hijau sama-sama mengangkat bahu menanggapi pertanyaan Dery. Mereka juga sama clueless-nya.
"Kalau menurut saya sih bukan manusia Mas, bukan juga hantu karena kita nggak sekuat itu," ujar Hijau.
Putih mengangguk, sependapat pada temannya. "Yang bisa bunuh manusia sih biasanya jin atau siluman, Mas."
"Itu sih, jelas. Saya juga tau," sungut Dery. "Tapi, kira-kira jin atau siluman apa? Kalian bisa nebak, nggak?"
Kunti-kunti itu baru mau mangap untuk menjawab pertanyaan Dery ketika secara tiba-tiba terdengar bunyi 'POP!' yang kemudian diiringi dengan teriakan terkejut Dery. Para kunti itu pun juga sama terkejutnya.
Bukan bunyi 'POP' itu yang mengagetkan mereka, melainkan apa yang muncul setelahnya. Out of nowhere, tiba-tiba saja ada seorang perempuan di hadapan Dery. Dari kemunculannya yang begitu saja dari udara kosong, Dery bisa langsung menyimpulkan kalau perempuan ini bukan manusia.
Di dunia ini, manusia mana yang melakukan teleportasi? Jawabannya, tentu saja tidak ada!
Kehadiran perempuan itu sukses membuat Dery melotot dan menganga lebar. Selain karena terkejut, ia juga terpesona. Rasa-rasanya, baru kali ini Dery melihat wanita secantik itu. Tubuhnya cukup tinggi untuk ukuran seorang perempuan dan bentuk tubuhnya ramping, persis seperti tubuh anggota girl band Korea.
Kulitnya sepucat porselen sampai-sampai melihatnya membuat Dery merasa kalau kulitnya dekil sekali. Rambutnya panjang berwarna hitam kecokelatan dengan highlight perak. Dan begitu perempuan itu mendongak untuk menatapnya, Dery langsung bertatapan dengan sepasang mata yang juga berwarna sama dengan rambutnya dan kini menatapnya dingin.
Jujur, Dery terpesona. Hatinya berteriak, Ini hantu jenis apa?! Kok cantik banget?!
Seolah mendapat jawaban atas pertanyaan di hatinya itu, tiba-tiba saja perempuan di hadapan Dery ambruk ke depan, tepat ke arah Dery, sehingga secara refleks Dery bergerak untuk menangkapnya.
"HAH KOK BISA DIPEGANG?!" Dery histeris sendiri, terkejut bukan main karena ia bisa memegang seorang hantu. Para kunti juga kaget dan hanya bisa menganga.
Dari sorot matanya, Dery bisa merasakan kalau perempuan ini--yang entah hantu atau bukan, tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja. Tubuhnya begitu dingin dan ia juga sangat lemas hingga tidak bisa menopang dirinya sendiri.
Dery panik.
"LO INI SIAPA? LO INI APA? SHI-"
Belum sempat ia menyelesaikan umpatannya, perempuan yang ada di pelukannya terlebih dahulu berbisik lirih, tepat di telinga Dery.
"Tolong..."
Hanya satu kata itu yang diucapkan oleh perempuan tersebut, sebelum ia betul-betul tidak sadarkan diri di pelukan Dery.