Danau kampus yang disebut oleh Hantu Skripsi letaknya dekat dengan gedung fakulas Dery, sehingga tidak butuh lama baginya untuk berlari kesana. Begitu Dery sampai disana, sudah ramai orang-orang yang berkumpul karena penasaran. Semua kalangan warga kampus ada disana, mulai dari mahasiswa, dosen, petugas keamanan, ibu-ibu penjual di kantin, hingga makhluk halus penunggu kampus pun ikut heboh dan melayang mengerubungi lokasi kejadian.
Mereka semua mengerumuni satu titik yang ada di bawah pohon beringin. Banyak dari mereka yang terlihat ngeri, ada pula yang menangis, dan ada pula yang memilih tidak terlalu dekat dengan lokasi tapi bergosip heboh mengenai mayat yang ada di bawah pohon itu. Para dosen dan petugas keamanan sudah sibuk dan mencoba menertibkan massa. Di antara mereka juga sudah ada yang menelepon polisi serta petinggi kampus untuk memberitahu apa yang terjadi.
Walau tubuh Dery terbilang besar dan tinggi, namun ia berusaha untuk menyelipkan diri hingga dirinya sampai di barisan kerumunan paling depan. Beberapa orang sempat memarahi Dery karena laki-laki itu yang menyerobot tempat mereka. Tapi Dery tidak peduli dan hanya menggumamkan maaf seadanya. Ia sudah terlalu penasaran dan ingin membuktikan sendiri apakah yang dibilang Hantu Skripsi memang benar.
Begitu dirinya sampai di barisan depan, Dery nyaris saja jatuh lemas ke tanah karena apa yang dilihatnya. Di bawah pohon beringin besar itu, persis di tepi danau, memang ada mayat seorang perempuan. Tidak ada jejak luka di tubuhnya atau darah yang mengindikasikan bahwa ia mati karena dibunuh atau disakiti orang lain. Tapi, semua orang yang melihatnya pasti tahu kalau perempuan meninggal dengan cara yang tidak wajar.
Entah penjelasan ilmiah seperti apa yang bisa menjelaskan kondisi kematian perempuan itu. Tubuhnya membiru dan seolah menyusut. Dery juga bingung bagaimana menjelaskannya, karena ia baru pertama kali melihat yang seperti ini. Yang pasti, kondisinya sangat mengenaskan karena sekujur kulit di tubuh mayat itu seolah tertarik, menyusut, hingga terlihat hanya seperti tulang berlapis kulit. Benar-benar mengerikan. Dery tidak akan heran jika banyak yang bermimpi buruk setelah melihat mayat itu.
Dery sempat bertanya kepada orang-orang di sekitarnya mengenai identitas mayat tersebut, namun belum ada yang tahu karena memang petugas keamanan diinstruksikan oleh dosen untuk tidak menyentuh mayat itu sama sekali hingga polisi datang. Sementara seluruh wajah mayat tersebut tertutup oleh rambut panjangnya hingga orang-orang tidak bisa melihat.
Mereka juga tidak bisa mengenalinya hanya lewat pakaian yang menempel di tubuh mayat itu saja. Tapi, mereka semua menebak jika mayat itu merupakan mahasiswa dari kampus ini. Dery juga berpikiran yang sama.
Tidak lama kemudian polisi dan tim forensik datang, lalu memasang garis polisi untuk memisahkan kerumunan dengan lokasi kejadian tempat polisi akan menyelidiki. Namun, kerumunan yang ada masih bertahan walau sudah dibatasi oleh polisi, karena mereka penasaran dan ingin mengetahui secara langsung siapa identitas mayat tersebut. Dery juga masih bertahan disana karena penasaran. Kakinya sama sekali tidak ingin pergi dari sana.
Dari tempat Dery berdiri, ia bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan oleh polisi. Ia melihat ketika polisi mulai mencari identitas dari mayat tersebut, juga melihat ketika polisi dan tim forensik menyibak rambut mayat tersebut hingga wajahnya terlihat.
Banyak orang yang terkesiap ketika mereka mengenali wajah mayat yang tewas dengan keadaan kedua mata masih melotot dan terbuka. Walau wajahnya sudah membiru dan cekung hingg tulang pipinya tercetak jelas, tapi beberapa yang ada disana masih bisa mengenali siapa mayat itu, tidak terkecuali Dery.
Bukan hanya karena identitas mayat itu yang memang terkenal di kampus mereka, tapi karena Dery baru saja berinteraksi dengannya minggu lalu, bahkan semalam ia mendapat transferan uang dan pesan darinya!
Iya, mayat itu, yang tubuhnya membiru dan menyusut dengan sangat mengerikan, adalah Sharon.
***
Dery langsung memilih pergi dari lokasi kejadian begitu menyadari jika mayat itu adalah Sharon. Tanpa bisa dicegah, tubuhnya gemetaran, dan ia pun berlari sejauh mungkin dari tempat kejadian itu, sembari berusaha mengenyahkan bayangan wajah Sharon yang sudah tewas dengan kedua mata melotot.
Walau sudah pernah melihat berbagai jenis hantu yang lebih menyeramkan daripada kondisi Sharon tadi, Dery justru merasa lebih takut ketika melihat mayat Sharon. Bukan karena mayat Sharon yang terlihat seram, tapi karena Dery kenal Sharon! Mereka belum lama berinteraksi dan entah bagaimana, tiba-tiba saja kejadian ini terjadi.
Bayangan Sharon yang cantik, anggun, dan manis seketika lenyap dari benak Dery, tergantikan oleh Sharon yang tergeletak di tepi danau tak bernyata dengan kondisi tubuh membiru dan menyusut bak tengkorak berlapis kulit. Dery bahkan sudah tidak bisa lagi mengingat bagaimana senyuman manis Sharon yang memesona, ia justru hanya ingat wajahnya yang cekung dan matanya yang melotot dengan kondisi tubuh tak bernyawa lagi.
Tanpa sadar Dery berlari jauh menuju fakultasnya. Ia berhenti begitu sudah sampai di bagian belakang gedung fakultas yang sepi dan muntah di selokan yang ada disana. Mengeluarkan semua ampas pisang goreng yang tadi dimakannya di rumah sebagai sarapan. Dery benar-benar mual mengingat mayat Sharon tadi, dan tubuhnya masih gemetar hebat hingga berkeringat dingin.
Setelah muntah, Dery terduduk lemas di bangku batu yang letaknya tidak jauh dari sana. Biasanya tempat itu digunakan oleh anak-anak fakultasnya untuk nongkrong sambil merokok, tapi sekarang sepi dan tidak ada satu pun yang ada disana sehingga Dery sendirian. Sepertinya mereka semua sedang berada di tempat kejadian Sharon ditemukan.
Tangan Dery gemetaran ketika ia melihat ponsel dan membaca ulang pesan masuk dari Sharon. Ia bahkan belum sempat membalas pesan itu yang ternyata dikirimkan oleh Sharon semalam, sekitar pukul sebelas saat Dery sudah tidur. Transferan uangnya juga masuk sekitar pukul itu, menandakan bahwa semalam Sharon masih hidup. Entah kapan dan bagaimana ia meregang nyawa dalam rentang waktu tengah malam hingga pagi ini.
Setelah reda dari keterkejutannya, Dery pun baru bisa berpikir jernih. Ia membuka akun i********: milik Sharon untuk melihat unggahan terakhir di instastory miliknya. Ternyata, sekitar pukul dua belas Sharon masih update, memperlihatkan kalau perempuan itu sedang dugem di sebuah kelab malam bersama teman-temannya. Setelahnya, tidak ada unggahan lain, itu yang terakhir.
Berarti, Sharon tewas setelah ia pulang dari kelab malam itu. Tapi, bagaimana cara Sharon tewas? Dibunuh? Kalau iya, bagaimana caranya terbunuh? Sama sekali tidak ada luka di tubuh Sharon yang terlihat, bahkan darah pun tidak terlihat menetes sama sekali di dekatnya. Lalu, harus seperti apa seseorang membunuh hingga bisa membuat tubuh Sharon yang ramping namun sehat itu, jadi menyusut dan berubah seperti tengkorak berlapis kulit? Dery sungguh tidak mengerti.
Kepalanya juga jadi sakit memikirkan kontaknya yang mungkin saja termasuk ke dalam salah satu kontak yang dihubungi Sharon terakhir kali sehingga bisa saja, nanti Dery akan dihubungi polisi untuk dimintai keterangan mengenai kematian Sharon.
***
Mengingat Sharon merupakan seorang selebgram yang memiliki pengikut hampir satu juta di akun i********: miliknya, tentu saja kabar kematian Sharon menyebar dengan begitu cepat. Tidak hanya dibicarakan di kampus mereka, tapi juga sudah di seantero Indonesia karena banyak yang mengenal Sharon, ditambah lagi beberapa orang yang ada di lokasi kejadian tadi mengabadikan video mayat Sharon, membagikannya ke media sosial, hingga sekarang video tersebut sudah jadi viral.
Dery masih berada di kampus sekarang, namun ia sudah berada di kantin dan tidak lagi sendirian. Ia bisa mendengar semua orang yang ada di kantin membicarakan Sharon. Bahkan, para makhluk halus yang ada di sekitarnya juga ikut bergosip mengenai Sharon. Kematiannya benar-benar sudah mengguncang dunia nyata, dunia maya, hingga dunia lain.
Mereka semua merasa ngeri dan tidak menyangka dengan kematian misterius Sharon yang tiba-tiba. Beberapa bahkan terlihat sangat sedih karena Sharon adalah teman mereka. Sharon memang terkenal supel dan memiliki banyak teman di berbagai fakultas, meskipun ia sendiri merupakan mahasiswa dari fakultas Hukum.
Walau berada di kantin, Dery sama sekali tidak nafsu makan. Ia mual melihat makanan karena masih terbayang-bayang mayat Sharon, sehingga dirinya hanya memesan es teh manis untuk menemaninya duduk di kantin bersama teman-temannya.
"Gila, kabar kematian Sharon cepet banget nyebar, sampe trending di Twitter." Banu, salah satu teman Dery sekaligus partner-nya dalam membuat podcast horror menunjukkan layar ponselnya yang menampilkan trending di Twitter dan ada nama Sharon disana.
Dery melengos, memilih untuk tidak melihatnya. Ia masih tidak sanggup membahas tentang Sharon.
"Itu karena videonya banyak yang nyebar dan jadi viral," balas Rachel, teman Dery satu lagi yang juga anggota tim dari podcast Dery Dukun.
"Polisi tadi udah ngasih pernyataan singkat sih, katanya di mayat Sharon nggak ditemuin luka parah sama sekali, dan belum tau penyebab kematiannya apa. Mayatnya masih harus diotopsi lagi."
"Tapi meninggalnya nggak wajar banget karena badannya bisa sampe nyusut begitu. Kalau emang dibunuh, pake cara apa coba? Gue sama sekali nggak terpikir apa-apa. Kalau pun nggak dibunuh juga gara-gara apa? Kok bisa tiba-tiba Sharon meninggal disana? Aneh banget."
"Ini di Twitter banyak yang berteori sih, katanya nggak mungkin Sharon meninggal karena ulah manusia. Pasti ada hubungannya sama hal mistis, kayak disantet gitu."
"Apa diganggu hantu? Eh, tapi Dery sendiri bilang kalau hantu nggak punya energi sekuat itu untuk nyakitin manusia. Iya kan, Der?"
Dery yang sedari tadi hanya membiarkan Banu dan Rachel mengobrol perihal Sharon pun hanya mengangkat bahu. "Gue nggak tau, gue juga kaget banget dan bingung," ungkapnya jujur. "Masih nggak nyangka."
Banu menepuk-nepuk pundak Dery. "Itu karena lo semalem masih dihubungin sama Sharon, gue ngerti."
Rachel mendekat pada Dery dan berbicara dengan nada berbisik agar tidak didengar oleh yang lain. "Tapi, Der, lo nggak liat hantunya Sharon kah?"
Dery menggelengkan kepala. "Sama sekali nggak ada. Kalau pun ketemu juga gue langsung tanya apa penyebab kematiannya dia."
Banu dan Rachel menghela napas.
"Gue juga yakin sih kalau kematian Sharon yang nggak wajar ini nggak mungkin ulahnya manusia. Terlalu aneh."
Dery mengungkapkan apa yang dipikirkannya sejak tadi. Sama seperti yang lain, Dery memang berpikir jika mustahil kematian Sharon karena ulah manusia. Kalau pun berhubungan dengan hal-hal mistis ia tidak bisa menebak apa atau siapa yang melakukannya.
Tapi Dery agak takut jika yang menimpa Sharon berhubungan dengan pengusiran hantu di rumahnya waktu itu. Jika memang iya, maka ada andil Dery dalam kematian Sharon dan ia tidak bisa untuk tidak merasa bersalah memikirkannya.
Nggak, nggak. Nggak mungkin. Dery mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Hantu-hantu di rumah Sharon kemarin tidak lah sekuat itu hingga bisa menewaskan Sharon karena marah. Lagipula, Blacky sudah membawa hantu-hantu tersebut ke tempat yang jauh dan aman.
Tapi gimana kalau ada hantu yang terlewat dan ternyata jauh lebih kuat?
Sungguh, terkadang Dery benci dengan suara yang ada di kepalanya.
"Der, lo nggak mau nyoba nyelidikin kasus Sharon ini? Gue barusan check komen aku medsos kita, ada beberapa yang minta kita bikin konten tentang Sharon karena tau lo sekampus sama dia," ujar Rachel yang kini sedang membaca komentar masuk di ponselnya.
Banu mengangguk setuju. "Bagus tuh, Der. Kayaknya bakal pecah deh kalau kita bikin tentang misteri kematiannya Sharon."
Andai saja Dery tidak dihubungi Sharon semalam atau tidak pernah bersinggungan dengan Sharon, mungkin ia akan menyetujui ide dari teman-temannya itu karena memang membuat konten tentang Sharon akan menjadi kesempatan untuk menaikkan nama podcast horror miliknya. Yang mana artinya, kesempatan cuan buat Dery.
Tapi, bukannya mengiyakan ide tersebut, Dery justru memilih beranjak dari duduknya.
"Mau kemana, Der?" tanya Banu yang kaget karena Dery tiba-tiba ingin pergi.
"Ketemu Pak Teguh. Tadi gue belum selesai bimbingan," jawab Dery seadanya sebelum ia berjalan pergi meninggalkan meja kantinnya, tanpa menoleh lagi pada Banu dan Rachel.
Memikirkan penyebab kematian Sharon bemar-benar membuat kepala Dery pening. Tapi ia sudah memutuskan untuk tidak mau ikut campur dan tidak mau pula mencari tahu. Terlalu takut dengan kenyataan jika mungkin saja, ia memang terlibat dalam kematian Sharon yang mengerikan itu.