Pencurian

1160 Kata
Jek memegang ponsel di telinganya, tersambung pada Frans yang sedang ada di ruang kerja rumah tinggalnya. “Empat truk kontainer baru saja di berangkatkan menuju pelabuhan," ucapnya, menginfokan pada orang di seberang sana. “Ke mana tujuan mereka?” tanya Frans dari seberang panggilan. “Siapa yang mengawal?” “Dewa yang mengawal langsung truk-truk tersebut, Tuan. Saya dengar benda itu akan diberangkat menggunakan kapal kargo menuju Melaka, pesanan Sultan Automotif Asia.” Sudut bibir Frans menyeringai kejam, tatapan matanya memandang lurus ke gerbang rumahnya yang tampak dari jendela ruang kerja. Rumah tempat tinggal Frans di pinggiran kota Jakarta sudah tampak sepi meskipun baru jam delapan malam. Kirana, istrinya Frans yang sedang mengandung 7 bulan telah tidur duluan demi kesehatan bayi dalam kandungannya. “Jika Dewa yang mengawal langsung truk-truk kontainer tersebut, itu berarti barang yang mereka kirim sangat berharga dan penting,” gumam Frans tidak jelas di telpon yang masih tersambung dengan Jek. “Sultan Automotive Asia …,” tambah Frans bergumam lebih jelas di dengar oleh Jek. “Apa keputusanmu, Tuan?” tanya Jek tidak ingin mendahului Frans mengambil keputusan. Sebagai pria kejam yang telah malang melintang di dunia bawah, Frans bisa tidak berperikemanusiaan jika keputusannya didahului dan tidak memuaskan hati pria itu. “Bereskan Dewa dulu,” titah Frans. “Lalu datangkan truk untuk mengambil pesanan yang sedang dalam pengiriman itu. Kerjakan semuanya tanpa masalah! Bunuh di tempat siapapun yang melawan," tambah Frans yang ditanggapi Jek dengan mengangguk patuh dan seringai sinis terbit pada ujung matanya yang tidak bisa di lihat oleh atasannya. Hal yang sama juga terjadi pada Frans, bola matanya berkilat di bawah cahaya lampu temaran ruangan kerjanya, memandang jauh melewati gerbang rumahnya. “Kau yang memulai Raffa. Aku sudah menawarkan kerjasama secara baik-baik padamu, tapi kau malah menghinaku!” dengkus Frans sembari mengeluarkan napas kasar melewati lubang hidungnya. Frans beranjak keluar dari ruangan kerja, kembali ke kamar tidurnya dan mendapati Kirana sedang tidur miring di atas ranjang. “Kau milikku, Kirana. Mantan kekasih bodohmu itu sebentar lagi akan menerima karmanya akibat dari kebodohannya," bisik Frans seraya mencium daun telinga Kirana yang juga dia ulas dengan lidah panasnya. “Frans ….” Kirana mendesah lirih, kelopak matanya masih terpejam tetapi Frans telah mengganggu tidurnya. Telapak tangan besar Frans menangkup buat d**a Kirana yang tumbuh semakin besar seiringi usia kandungan istrinya itu. “Aku masih mengantuk …,” protes Kirana yang tubuhnya benar-benar lelah akibat dari kandungannya yang semakin besar, tetapi pola makannya berantakan dan sesekali masih muntah. “Tidurlah, aku tak akan lama.” Frans telah mengurai kancing piyama Kirana hingga lepas semuanya dan mulai menciumi buah d**a istrinya itu hingga turun ke perut besarnya. Meskipun Frans bisa saja mendapatkan wanita di luar sana dengan mudah, tetapi malam ini dia ingin merasakan keberhasilannya menyabotase pengiriman pesanan onderdil Raffa untuk Sultan Automotive Asia. Frans sudah sangat percaya diri jika Jek akan berhasil dalam aksinya. Karena itu Frans juga ingin membuat perayaan kecil karena dia juga berhasil merampas Kirana dari Raffa. Frans tidak peduli dengan penolakan Kirana. Baginya wanita hanya perlu membuka paha dan tidak berhak untuk menolaknya apalagi jika telah ia nikahi. Sangat jauh berbeda ketika Frans pertama kali menjadi teman curhat Kirana saat mendapati Raffa berkhianat padanya. Kini Frans yang manis dan perhatian sudah tidak ada lagi. Tak jarang, Kirana juga mencium aroma menyengat dari parfum wanita lain ketika Frans pulang menjelang dinihari dan langsung melebarkan pahanya untuk dia hunjam. “Frans … perutku sedang tidak nyaman,” rintih Kirana ketika Frans semakin mendesak tubuhnya di ranjang. Frans mencekal dagu Kirana, “Aku sedang ingin merayakan kemenangan denganmu. Seharusnya kamu melayaniku dengan senang hati, karena setelah ini kamu akan ku berikan uang belanja jumlah besar," sahutnya. “Atau kamu ingin aku mendatangi wanita lain?” tambah Frans dengan seringai senyuman licik saat melihat Kirana mendesah pelan. *** Dewa dan truk pertama baru saja tiba di pelabuhan diikuti oleh truk kedua dan ketiga. Tetapi setelah di tunggu beberapa menit, truk ke empat tidak kunjung tiba. Jantung dalam rongga d**a Dewa berdentam-dentam, semua ponsel anak buahnya aktif namun tidak seorangpun yang menjawab panggilan telpon. Pun juga sama dengan sopir serta kernet truk ke empat. Pria bertubuh atletis itu segera menghubungi Raffa di panggilan telpon, “Bos, truk kita di sabotase. Truk ke empat tidak kunjung sampai di pelabuhan dan semua panggilan telponku pada para pengawal yang mengiringi truk bagian belakang tidak ada yang menjawab,” jelas Dewa dengan hati-hati pada Raffa. Raffa yang masih berada di bar bersama Samir, memandang pria bertubuh besar di depannya itu tajam. “Kau belum memberitahu untuk siapa Frans bekerja, Sam! Truk pengirimanku ke Sultan Automotif di sabotase!” ujar Raffa sembari bangkit berdiri dan keluar dari ruangan VIP tempatnya sebelumnya bertemu dengan Samir. *** Satu jam sebelumnya, Tepat saat empat truk akan melewati tempat sepi menuju pelabuhan, Jek beserta anak buahnya telah tiba di lokasi dan bersiap melakukan aksi mereka. Tiba-tiba lampu pada sisi jalan mati dan suasana menjadi gelap karena hutan dan semak perdu di kiri kanan jalan menuju pelabuhan yang perjalanan mereka tinggal empat puluh puluh dua menit lagi sampai. Jek meloncat naik pada sisi samping sopir truk ke empat dan membuat truk tersebut terhenti mendadak. Dor, dor … dor-dorrr!!! Mobil berisi para pengawal yang mengiringi truk ke empat ditembaki secara membabi buta yang suaranya seperti petasan dari kejauhan. “Cepat, pindahkan semua isi kontainer ke truk kita!” titah Jek melalui radio yang terpasang di telinganya ketika melakukan misi agar saling terhubung dengan semua rekannya. “Ka-kalian?” sopir truk yang sebelumnya mendapatkan bogem dari Jek, berusaha mengangkat kepalanya yang tersandar pada sudut truk dan bertanya terbata. “Ini adalah akibat dari bos kalian yang sombong! Salahkan saja dia!” dengkus Jek sembari menendang tubuh kernet yang telah tewas di samping sopir jatuh dari truk dan pria itu pun meloncat keluar meninggalkan sang sopir yang dibiarkan hidup. Jek menyeringai sinis di balik kain hitam yang menutupi separuh wajahnya, memperhatikan sekelilingnya. Beberapa tubuh pengawal yang melakukan perlawanan pada anak buah Jek, tewas berlumuran darah di jalanan. Roda ban mobil para pengawal serta truk di tembaki. Menginjak pergelangan tangan salah satu pengawal yang berusaha merayap perlahan untuk meraih pistolnya yang terlempar jauh. “Bergegaslah cepat!” seru Jek pada anak buahnya yang sibuk memindahkan isi dari truk ke empat ke truk yang mereka datangkan ke lokasi. “Kami sudah selesai!” sahut salah satu pria pada Jek. Jek meraih ponselnya dan menghubungi Frans, “Satu truk berhasil diamankan!” lapornya yang juga segera menutup telpon karena Frans menjawab sambil menggeram seperti sedang berada di atas tubuh wanita. Dia sangat paham jika bosnya sangat tidak suka diganggu jika sedang menuntaskan urusan bawah perutnya. Baru saja Jek dan anak buahnya menghilang pergi membawa hasil curian ke arah lain, Raffa dan Dewa tiba lokasi dan menemukan anak buah mereka terbaring sekarat di jalanan. Beberapa tewas dengan luka tembak. Suara rintihan dari area sopir truk terdengar. Dewa segera naik ke atas truk dan membantu sang sopir turun yang di tatap Raffa dengan wajah dingin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN