Ditempat yang Nyaman

1135 Kata
Bintang sesekali melirik Ike yang saat ini duduk disampingnya, sambil memangku Dara. Kakaknya ini terlihat kurus dan raut wajahnya sarat akan kesedihan yang mendalam. Bintang sebenarnya ingin tahu bagaimana keadaan Ike, namun ia menahan dirinya untuk tidak bertanya jika Ike tidak ingin bercerita banyak dengannya. "Sebenarnya waktu Mbak akan menikah, Mbak mau menghubungi Papi dan kamu, tapi Mbak merasa Mbak nggak boleh merusak kebahagian kalian," ucap Ike. "Mami masih merasa bersalah sama Papi karena telah bertengkar dengan Papi dimasalalu dan sebenarnya Mami menyesal memilih bercerai dengan Papi. Tapi Mami terlalu malu untuk kembali, terlebih lagi Papi telah menikahi lagi dengan perempuan yang dijodohkan Nenek," ucap Ike. "Bintang tahu Mbak, Mami sudah nggak ada. Bintang dan Papi juga pernah datang ke makam Mami yang saat itu baru kita temukan. Dulu Papi merasa bersalah karena ngelepasin Mami begitu saja, apalagi membiarkan Mami membawa Mbak pergi. Papi stres berat apalagi aku dulu sering sekali menangis tapi keegoisan orang tua kita yang salah paham, tidak mampu membuat keduanya mempertahankan rumah tangganya. Papi merasa bertanggung jawab sebagai pemilik perusahaan dan sering kali mengabaikan Mami, hingga Mami merasa Papi memiliki perempuan lain. Papi menikah lagi ketika tiga tahun berpisah dari Mami dan sebenarnya saat itu, keputusan yang sangat berat. Tapi untungnya istri baru Papi adalah perempuan yang sangat baik Mbak," jelas Bintang. "Sebenarnya hiks...hiks...Mbak malu tiba-tiba mencari kalian, padahal Mbak pernah mau pulang dan menemui Papi ketika Mami udah nggak ada, tapi Mbak takut. Mbak takut Papi dan Kakek akan menolak kedatangan Mbak. Makanya Mbak menghubungi kamu Bintang, Mbak nggak punya siapa-siapa lagi, Suami Mbak jahat dia berselingkuh dengan perempuan pilihan keluarganya dan semua keluarga suami Mbak, tidak ada yang memihak Mbak Bintang hiks...hiks...," tangis Ike. "Kenapa mereka seperti itu? Apa karena menganggap Mbak ini sebatang kara hingga mereka berani menjahati Mbak? Aku dan Papi selama ini mencari keberadaan Mbak, tapi selalu saja perempuan yang bernama Niken itu bukan Mbak," ucap Bintang. "Mami mengganti namaku karena dia takut Papi akan mengambil aku dan Mami akan sendirian, namaku yang dulunya bernama Niken Rahayu Wardana diganti menjadi Ike Rania Wardani," ucap Ike. Apalagi Ike dan Maminya dulu sengaja selalu berpindah kontrakan karena takut Papi menemukan mereka. "Sekarang nggak ada yang perlu Mbak kahwatirkan, pilihan Mbak mencari aku lebih dulu, memang sangat aku harapkan. Sebenaranya aku tidak suka memiliki media sosial, namun agar bisa bertemu dengan Mbak aku akhirnya sengaja memilikinya dan berharap Mbak akan menghubungiku. Ternyata doa aku dan Papi selama ini terkabul Mbak," ucap Bintang membuat Ike menganggukkan kepalanya dan ia pun merasa sangat beruntung, karena bisa bertemu dengan adik kandungnya ini. Beberapa menit kemudian mereka sampai disebuah Rumah mewah yang besar dan jantung Ike berdetak dengan kencang. Rumah ini terlihat sangat jauh lebih mewah dan luas dibandingkan Rumah keluarga suaminya. Mereka keluar dari dalam mobil dan langkah kaki Ike terhenti, Bintang yang sedang menggendong Dara juga ikut menghentikan langkah kakinya dan ia melihat kearah Ike. "Apa kabar Kakek dan Nenek?" Tanya Ike. "Alhamdulilah keduanya sehat Mbak," ucap Bintang. "Ayo masuk Mbak, jangan ragu Rumah ini rumah kita Mbak!" Ucap Bintang. "Iiiiya..." ucap Ike gugup. Bintang mengajak Ike menuju lift dan ia tahu Ike mungkin sangat asing dengan rumah ini, karena rumah ini telah banyak dirubah menjadi Rumah yang lebih modern, bahkan saat ini Rumah ini memiliki lantai tiga. "Dulu nggak ada lift dan semuanya sudah berubah," ucap Ike. "Iya Kakek membangun Rumah ini menjadi lantai tiga karena ia berharap ketika hari besar, semua cucu-cucunya akan pulang termasuk Mbak, bahkan Kakek telah menyiapkan kamar milik Mbak," jelas Bintang membuat Ike terkejut. Tenyata Kakeknya itu masih mengingatnya dan ia sangat beruntung karena masih bisa dipertemukan dengan Kakek dan Neneknya, yang telah sangat tua saat ini. "Mereka akan sangat senang karena bisa bertemu cicitnya tapi Mbak hmmm setelah Mbak pulang kemari..." ucap Bintang terhenti. "Mbak tahu apa maksud kamu, kemungkinan Mbak tidak bisa bebas melakukan apa saja seperti dulu itu sangatlah tidak mungkin lagi," ucap Ike. "Ya, apalagi Mbak telah mengalami hal buruk dengan...hmmm...pilihan Mbak," ucap Bintang. "Tapi Mbak, Mbak masih punya kesempatan jika Mbak tidak mau tinggal disini dan subuh nanti aku akan mengantar Mbak ke Apartemenku, agar tidak perlu bertemu keluarga kita yang lain!" Ucap Bintang. "Tidak, Mbak sudah memutuskan untuk menerima resikonya, asal Mbak bisa bertemu Kakek, Nenek dan Papi!" ucap Ike. "Alhamdulilah," ucap Bintang karena dengan begitu ia juga bisa bertemu dengan Kakak sulungnya ini tiap hari. Bintang sangat kesal karena suami Ike telah berani menyakiti Ike dan ia akan memberikan mereka pelajaran. Bintang akan segera menyewa pengacara terkenal, untuk mengurus proses peceraian dan ia ingin Ike didampingi oleh pengacara handal, agar putusan hak asuh Dara juga akan berada di tangan Ike. Mereka masuk kedalam lift, Bintang menekan tombol tiga dan tak butuh waktu lama, mereka sampai di lantai tiga. Rumah ini memang sangat luas dan didepan lift bahkan ada ruang besar tempat berkumpul dan memiliki sofa bahkan Tv besar yang mewah sebelum menuju koridor lainnya yang sepertinya, merupakan koridor yang tempat dimana kamar-kamar yang ada dilantai ini berada. Bintang berhenti disebuah kamar dan ia membuka pintu kamar ini. "Ayo masuk Mbak!" Ucap Bintang. Ike menganggukan kepalanya dan ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar mewah ini. Kemewahan inilah yang ditinggalkan Maminya hanya karena merasa cemburu dan juga salah paham kepada sikap sang Papi. Jika dulu Papi dan Maminya bisa berkomunikasi dengan baik, mungkin tidak akan terjadi perceraian. Perceraian orang tuanya sangat berbeda dengan perceraiannya yang memang dipenuhi dengan luka, ia selama ini berusaha bertahan dan ingin mempertahankan rumah tangganya, namun ternyata berakhir dengan penghianatan yang sangat melukai dirinya. Tidak ada kesempatan kedua baginya, untuk dilukai lagi oleh Andi, ia juga tidak akan pernah mau dimadu apapun itu dan kali ini ia akan mengikuti semua keinginan keluarga Papinya, karena hanya merekalah yang ia miliki. Bintang membaringkan Dara keatas ranjang dan ia mencium dahi Dara dengan lembut. Ike bersyukur adiknya terlihat tumbuh dengan baik, bahkan ia masih saja terlihat penyayang seperti dulu. Dulu berat sekali baginya harus berpisah dari Bintang yang begitu manja padanya "Mbak istrirahat ya Mbak! nanti kalau ada apa-apa Mbak bisa menghubungi aku, besok pagi aku bakalan jemput Mbak dikamar ini untuk sarapan bersama. Kamarku berada di paling ujung Mbak!" ucap Bintang membuat Ike menganggukkan kepalanya. Bintang memeluk Ike dengan erat dan Ike baru merasa jika tubuh adiknya ini jauh lebih besar darinya. Bahkan Bintang sudah seperti Kakaknya yang ingin melindunginya dan Ike merasa tenang, berada dipelukan adiknya ini. "Mbak tenang saja apapun yang terjadi aku akan berusaha melindungi Mbak, mungkin yang akan berat saat menghadapi Kakek, tapi kunci dari kasih sayang dikeluarga ini adalah Nenek," ucap Bintang membuat Ike memganggukkan kepalanya dan ia tersenyum. Bintang pamit kembali ke Kamarnya dan saat ini Ike menatap wajah cantik putrinya yang sedang tidur terlelap. "Tenang sayang kita di rumah Opa, Opa pasti sangat menyayangi kamu!" ucap Ike dan ia meneteskan air matanya sambil membaringkan tubuhnya disamping Dara, lalu ia memejamkan matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN