11. Soulmate?

1456 Kata
Katia tersentak kaget terbangun dari tidurnya. Lehernya terasa kaku karena posisi tidurnya yang tidak enak diatas sofa. “Kau baik baik saja, Kat?” tanya Mike melongok dari meja dapur. Katia mengelus lehernya berupaya mengingat apa yang diimpikannya. Dalam mimpinya, Katia sedang berada di sebuah pesta bersama teman dan keluarganya. Seseorang tiba tiba menggandengnya, mengajaknya meninggalkan keramaian dan membawanya ke sebuah tempat yang gelap dan sunyi. Pemuda itu berjalan di depannya menggandengnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya memegang sebuah pelindung kepala perak yang biasa di pakai oleh tentara romawi untuk berperang. Katia tidak bisa melihat wajah pemuda itu, tapi rambut keabuan miliknya bergerak seiring dengan langkahnya. Katia merasa aman bersamanya walaupun dirinya dikelilingi oleh kegelapan. “Aku membeli Pizza untuk makan malam” kata Mike membuyarkan lamunan Katia. “Jam berapa ini, Dad?” “Hampir jam 6” Mike berjalan mendekati Katia, “Apa yang terjadi disini? Kenapa ada bubuk kopi bertebaran di mana mana?” Katia melirik ke lantai. Dirinya lupa belum membersihkan bubuk kopi yang di pakainya untuk membuat lingkaran sihir. “Ohh..sorry. Akan kubersihkan sekarang.” “Jangan khawatir, akan kubersihkan nanti. Duduk saja Kat, ada yang ingin aku bicarakan kepadamu.” Katia mengurungkan niatnya untuk bangun. Mike menceritakan pembicaraannya dengan Seth. Katia tertegun mendengar rencana ayahnya dan Seth untuk melindungi dirinya. “Kalian ingin aku pura pura bertunangan dengan Seth dan pindah ke rumahnya?” “Kurasa ini hal yang paling masuk akal untuk saat ini Kat. Aku tidak bisa melindungimu dari tentara bayangan dari alam lain yang mempunyai kekuatan diluar akal manusia, sementara Seth bisa.” Mike melanjutkan berbicara ketika didapatinya Katia hanya terdiam berpikir, “Dia tidak seperti iblis yang kuingat dulu. Kurasa dirinya benar benar ingin melindungimu Kat” Katia tidak yakin bagaimana perasaannya akan rencana pertunangan tersebuti tapi dirinya merasa senang akan bisa berada di dekat Seth.   “Oke, Dad.” Katia mengangguk menyetujui usulan ayahnya. “Jika menurutmu itu adalah jalan terbaik, mari kita coba. Oiya.. besok bolehkah aku ijin untuk tidak sekolah? Aku.. “ “Tentu saja, beristirahatlah sebanyak yang kamu perlukan Kat. Jangan memaksakan diri dulu. Sekarang, yuk kita makan” potong Mike. *** Keesokan harinya kaki Katia sudah tidak terlalu sakit namun lebam di tangannya masih terlihat. Dirinya menelpon Donna semalam memintanya untuk tidak perlu menjemputnya karena dirinya merencanakan untuk tidak bolos hari ini. Donna mengatakan dia dan Ben akan mampir sepulang kampus untuk menjenguknya. Katia berjalan ke ruang makan mencari sarapan duduk di meja makan menyantap pancake buatan ayahnya. Mike sudah berangkat ke klinik pagi itu. “Hanya kamu dan aku Max.” kata Katia pada anjingnya yang duduk di bawah meja makan. Katia tengah menyuapkan pancake kemulutnya ketika di dengarnya ketukan di pintu rumahnya. Max langsung berdiri sambil menggeram dari bawah meja. Katia berjalan menuju pintu dan mengintip ke lubang pengintai yang terpasang di pintunya. Seth! Dibukanya pintu depan, dan dipandanginya sesosok pemuda berambut keabuan yang berdiri di depannya. Walaupun hanya memakai kaos dan celana jeans, sosok Seth mampu membuat jantung Katia berdebar kegirangan. “Hai, boleh aku masuk?” Seth bertanya setelah beberapa saat menunggu Katia yang nampak terpaku di depan pintu. “Ohh..tentu..masuklah” Max tampak berhenti menggeram dan bersembunyi ketakutan ketika Seth masuk ke dalam rumah. “Bagaimana keadaanmu, Katia? Kamu tidak ke kampus hari ini, aku jadi khawatir” “Aku sudah tidak apa apa. Oiya akan kukembalikan kemejamu secepatnya setelah selesai kucuci.” Katia berjalan kearah sofa. Seth mengikutinya dari belakang. “Simpan saja. Aku punya banyak.” Seth melirik kearah lengan Katia yang masih nampak lebam. Katia bisa merasakan wajah Seth sedikit menegang menahan emosi. “Sudah tidak terlalu sakit kok, hanya bekasnya saja yang belum hilang” ujar Katia mengusap lengannya. “Anyway, Dad menceritakan tentang rencana kalian.” “Bagaimana menurutmu?” tanya seth mengalihkan pandangannya menatap wajah Katia. “Mau kah kamu tinggal bersamaku?” “Kamu tahu bagaimana aku selalu mencari keberadaanmu, Seth. Bisa tinggal bersamamu merupakan mimpi yang kuinginkan sejak pertama kita bertemu. Tapi.. bagaimana denganmu? Apakah ini yang kamu mau?” “Apakah kamu memaafkanku telah mengakibatkanmu hidup tanpa seorang ibu?” Seth memandangi wajah Katia tanpa bisa membaca pikiran gadis itu. Katia termenung sejenak sebelum berkata, “Aku mengerti kenapa kamu memburuku. Dirimu hanya berusaha menolong orang yang kau sayangi. Aku mungkin akan melakukan hal yang sama sepertimu bila aku ada di posisi mu.” Katia terdiam menatap lantai, “Kamu pernah bilang kamu tertarik padaku, bagaimana kamu bisa tertarik padaku bila kamu sudah memiliki pasangan? Yakinkah kamu bukan hanya menyukaiku karena wajahku yang mirip Ratumu?” Seth menjulurkan tangannya mengelus bekas luka di wajah Katia. Di elusnya rambut merah Katia yang menyerupai rambut Serafina. “Aku tinggal terlalu lama di dalam kegelapan. Aku tidak pernah merasakan kehangatan di dadaku yang hanya  kurasakan ketika bersamamu, Katia. Aku tidak pernah mencintai Serafina seperti aku mencintaimu saat ini. Kamu membuatku merasa senang dan takut disaat yang bersamaan. Aku yang seharusnya adalah salah satu mahkluk terkuat merasa rapuh saat berada di dekatmu. Di satu sisi, Aku paham bahwa aku seharusnya menyelamatkan Serafina yang telah setia bersamaku, tapi aku juga tidak ingin kehilangan dirimu karenanya. Akan kuberikan segalanya termasuk nyawaku bila ada cara lain untuk menyelamatkan kalian berdua.” Katia bisa melihat bagaimana tersiksanya Seth. Dipeluknya tubuh jangkung pemuda itu. Seth menyandarkan kepalanya ke bahu Katia. Gadis itu kemudian menarik tubuhnya kebelakang tanpa mengalihkan pandangan dari wajah Seth. Bisa dirasakan kupu kupu di perutnya mulai berterbangan ketika pandangan tajam Seth tertuju padanya.  Katia mencondongkan wajahnya kewajah Seth mendaratkan kecupan di bibir Seth yang terasa dingin. Katia bisa merasakan nafas dingin Seth di wajahnya ketika pemuda itu membalas ciumannya dengan penuh gairah. Katia merasakan seluruh badannya merinding membalas belaian tangan Seth di lehernya. Namun tiba tiba Seth mendorongnya menjauh dengan lembut. “Stop, Kat.” Katia bisa merasakan nafasnya yang mulai terengah engah menahaan gairah yang mulai membara. Dahi Katia berkerut bingung kenapa Seth tiba tiba berhenti menciuminya. Katia merasakan seluruh sel di dalam dirinya ingin menjamah Seth dan tidak melepaskannya. “Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?” tanya Katia kebingungan. “Bukan salahmu. Kami pada dewa mempunyai kekuatan berbeda dengan manusia, aku bisa menyakitimu.” “Apa??” “ Aku kadang tidak bisa mengontrol kekuatanku bila terlalu bersemangat. Lagipula aku tahu kalau kamu belum pernah berhubungan badan dengan siapapun, apakah kamu yakin untuk menyerahkan dirimu kepadaku dan tidak dengan remaja seumuranmu?”  “Remaja seumuranku hanya ingin memperkosaku, ingat?” Katia menyenderkan badannya ke sofa merasa frustasi. Seth tersenyum. “Jangan khawatir masih banyak waktu untuk kita bisa bersama.” Seth menarik tangan Katia dan mencium pergelangan tangannya yang lebam. “Seth, apakah roh ibuku ada di duniamu?” “Roh ibumu hancur ketika dirinya membuat mantera pelindung untukmu, Kat. Maafkan aku, tapi dia benar benar telah tiada” Katia merasa sedih tapi juga lega karena ibunya tidak tersiksa di alam kematian. “Apakah manusia yang meninggal masuk ke alam kematian?” “Ya. Tentaraku akan membawamu ke sana.” “Bila Serafina mengambil badanku, akan kemanakah rohku?” “Kurasa Serafina akan menghancurkan roh mu bila dia berhasil masuk ke tubuhmu.”  Tiba tiba Max mengdengking dari bawah meja dapur. “Kurasa Max mau keluar ke belakang.” Kata Katia. “Kamu istirahat saja di sini.” Kata Seth melarang Katia berdiri. “ Max..come!” Anjing itu berjalan mendekat menuruti perintah Seth. Pemuda itu mengelus kepala anjing yang telah duduk di dekat kakinya. “Kurasa Max mulai menyukaimu.” Kata Katia ketika dilihatnya ekor anjing itu mulai bergoyang. “Well.. aku juga punya seekor anjing. Walaupun anjing itu memiliki 3 kepala, tapi pada dasarnya semua anjing sama kan?” Seth berdiri diikuti Max berjalan ke kebun belakang. Jam menunjukkan pukul 4 sore ketika pintu depan rumah Katia diketuk. Seth berjalan ke depan membukakan pintu. “Seth?! Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Donna kaget. Ben tampak ikut terbelalak di sebelahnya. Katia muncul dari belakang Seth, “Hei masuklah Donna, Ben” Kedua teman Katia melangkah masuk melewati tubuh jangkung Seth sambil bertukar pandang. Begitu di dalam Donna menarik tangan Katia ke dapur sambil berbisik, “Apa yang dilakukan Seth disini?” “Ohh.. dia ingin melihat keadaanku, dan sudah disini sejak tadi pagi. Bagaimana kelas?” tanya Katia mengalihkan pembicaraan. “Ini kubawakan buku tugas Biology untuk hari ini. Mungkin Seth juga membutuhkannya karena dia bolos juga hari ini.” Sindir Donna sambil tersenyum. “Oh iya..semua sedang geger hari ini. Brandon masih tidak sadarkan diri dan mengalami gegar otak. Ada yang bilang dia sekarang sedang koma. Mungkin karena kepalanya terbentur pohon dengan keras sekali.”  “Oke... Aku harus bertanya. Ada apa antara dirimu dan Seth?” lanjut Donna ketika melihat Katia melirik kearah Seth. Katia tergagap bingung hendak menjawab apa. “Kami baru saja bertunangan, dan aku akan memintanya untuk tinggal bersamaku” Seth tiba tiba muncul dari belakang Donna. “Hahhh?!? APA!!” Donna hampir tersedak mendengar jawaban Seth. “Bertunangan? Aku saja tidak sadar kalau kalian pacaran. Bukankah kalian baru saja bertemu beberapa minggu yang lalu? Bagaimana ini bisa terjadi?” “Well..Dialah yang menemukanku di dalam hutan dan membawaku pulang semalam” Katia merasa bahwa setidaknya yang diceritakannya bukanlah kebohongan. “Dan lagi kamu tahu bagaimana perasaanku padanya, Donna. Ternyata Seth juga merasakan hal yang sama denganku.” “Tapi, kalian kan masih belum juga lulus. Apa yang akan di katakana ayahmu?” tanya Donna. “Dad sudah tahu dan dia tidak keberatan. Lagipula bukan berarti kami akan menikah sekarang juga kan.” Donna tampak kehabisan kata kata. Dirinya hanya terdiam sebelum akhirnya menyerah. “Kamu adalah teman baikku, tentu akan kudukung semua keputusanmu Kat. Congrats untuk kalian berdua” Katia tersenyum memeluk temannya dengan perasaan lega. Selama sekian tahun, persahabatnnya dengan Donna adalah satu hal yang bisa diandalkannya untuk tidak berubah.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN