Sidir Hospital, Sidir, Ingerdia
Tahun 2045 Bulan Maret
Seminggu telat berlalu, sejak Alison di temukan terdampar di pelabuhan di puing-puing kapal yang rusak dari tahun 1994. Saat ini Alison masih terbaring di ranjang rumah sakit kota Sidir, Costa masih menunggunya sejak hari itu, sesekali Andreas mengunjungi atau sekedar memberitahu tentang keadaan negara, bahkan mengurus pekerjaanya.
Ada sebab mengapa Costa menunggu dan menjaga Alison hingga ia terbangun, menyembunyikan Alison dari banyak orang, karena jika sampai orang-orang tahu tentang keberadaan Costa itu akan menjadi masalah.
Bahkan pihak rumah sakit tak tahu apapun tentang Alison, karena Costa mengatakan bahwa Aliosn adalah saudara perempuannya yang tenggelam karena belajar berenang di pantai terdekat.
Rumah sakit juga tak mengorek lebih jauh tentang itu, mereka hanya butuh di bayar lalu mengerjakan tugasnya, terlebih lagi Costa adalah salah satu orang terpenting di Ingerdia, anggota senat yang tahun ini menyalonkan diri menjadi kandidat presiden.
Hal itulah yang membuat Costa tak bisa bergerak sedikit saja untuk membuat masalah yang mencurigakan, karena segala gerak dirinya akan menjadi salah satu berita paling hangat untuk media, dan bahan terbaik lawannya untuk menjatuhkan dirinya.
Terlepas dari itu sekarang ini ia harus menjaga Alison, perempuan yang ada di depannya, yang belum ia tahu sepenuhnya, hanya sebuah spekulasi tentang siapa dirinya.
“Sudahkah kau selesai pekerjaanmu?” tanya Costa saat ia menghubungi Andreas dari salah satu sambungan telephone.
Andreas mengatakan bahwa pekerjaanya hampir selesai dan sebentar lagi akan datang kerumah sakit, Andreas juga mengatakan ia sedang berusaha menyelesaikan secepat mungkin.
Andreas adalah satu-satunya asisten terbaik yang dimiliki Costa, bahkan sudah bersama dengan Costa sebelum sang majikan masuk kedalam dunia politik. Andreas pintar mengatur jadwal, mengurus soal media, dan dengan cepat membuat semua seakan baik-baik saja di mata masyarakat.
“Ini di mana?” ujar sebuah suara, Costa langsung menoleh kebelakang, mendapati Alioson yang sudah membuka matanya dan berusaha bangun dari tempat tidurnya.
Costa dengan sigap menahan tubuh Alison agar tak bangun, karena tubuhnya masih belum begitu stabil. Dengan lemas Alison tak menolak hal itu, karena ia tak mungkin menolak. Kemudian matanya menatap Costa secara perlahan, ia ingin mempertanyakan siapa laki-laki yang ada di depannya, dimana ia, bagaimana ia bisa berada disana, dan banyak pertanyaan lainnya, tapi tubuhnya tak begitu kuat untuk bertanya.
Melihat Alison yang sudah bangun, Costa langsung menekan tombol di dekat ranjang yang langsung menghubungi sang dokter dari ruang kerjanya. Setelah sang dokter menerima, muncul hologram diri sang dokter.
“Dok, saudara saya sudah bangun,” ujar Costa memberitahu sang dokter lewat hologram tersebut.
Sang dokter bernama Pablo secara langsung mengaktifkan program kesehatan jarak jauh, mengecek tubuh Alison dari ruang kerjanya, dan memeriksa bagaimana keadaan Alison.
Hologram Healty adalah sebuah proyek terbaru rumah sakit yang dikembangkan secara masal untuk memungkin para dokter untuk mengejek kesehatan pasiennya tanpa harus datang keruangan, hal itu berguna mengantisipasi para dokter untuk hanya datang pada mereka yang benar-benar terdesak, mendahulukan yang berkepentingan.
Bukan berarti yang tak mendesak tak mendapat perawatan, HoTy juga sudah dibuat cukup simpel dengan bentuk yang sederhana, memudahkan para dokter melihat pasiennya dari mana pun. Proses program tersebut sama seperti dokter datang ketempat sang pasien, pengechekan kesehatan pun sama, hal itu lebih efisien dan efektif.
Sementara Costa masih menunggu dokter memeriksa, saat Andreas datang menemui Costa, dengan cepat Costa membawa Andreas keluar dari ruangan Alison, membawanya menjauh drai area rumah skait, karena ia yakin Andreas membawa berita yang cukup menengangkan.
“Bagaimana?” tanya Costa langsung saat mereka duduk di bangku taman rumah sakit.
“Aku sudah selesai membereskan kapal itu, pelabuhan sementara aku tutup, tapi sudah aku buka lagi, dan...” ujar Andreas memotong perkataannya. “Aku menemukan ini.”
Andreas mengeluarkan sebuah tas pinggang kecil, lalu mengambil isi dari tas itu, sebuah tabung berukuran se-ibu jari yang dulu di pakai Alison untuk menyimpan tanaman yang ia temukan di hutan sss, Manaus.
“Apa itu?” tanya Costa lagi. Ia sebenarnya tahu itu tabung penyimpan bahan penelitian yang sudah umum di gunakan di Lab nya, tapi untuk apa dan apa isinya.
“Ini tabung penyimpan bahan penelitian, isinya serbuk fungi jenis langka, jika benar perempuan itu dari tahun 1994, kenapa ia bisa memiliki tabung ini? Sementara produksi masal tabung ini di mulai awal tahun 2030, 15 tahun lalu. Dan fungi langka ini bahan yang produksi yang paling di cari untuk obat HIV.”
Costa berusaha memahami perkataan Andreas, ia mulai menerka bahwa Andreas memikirkan apa yang ia pikirkan sekarang.
“Maksudmu perempuan itu bukan orang biasa?” tanya Costa memastikan pikirannya, Andreas mengangguk dengan ucapan Costa.
Itu akan menjadi masalah yang semakin rumit jika orang-orang tahu keberadaan Alison, terlebih lagi sepertinya banyak hal yang harus ia tanyakan pada Alison.
***
“Kau sudah bangun,” ujar Costa saat kembali masuk kedalam kamar Alison, sementara Andreas tak ikut karena masih memiliki urusan yang penting menurutnya, padahal hanya bertemu Martha, sang kekasih.
Alison yang mendapat pertanyaan dari Costa hanya bisa diam, bukan masih lemah tapi ia tak tahu harus mengatakan apa, karena tak paham dengan yang di ucapkan Costa. Ingerdia memiliki bahasa nasional sendiri.
“Aku tidak paham apa yang kamu katakan,” ucap Alison dengan bahasa inggris, membuka suaranya.
Costa menggaruk belakang kepalanya, lalu duduk di dekat ranjang sambil mengulas senyum tipis. Ia lupa jika Alison bukan orang dari Ingerdia, yang pasti tak mamahami bahasa yang Costa gunakan.
“Maaf aku lupa tentang itu.” Kini Costa menjawab dengan bahasa yang sama di gunakan oleh Alison. “Aku Costa, namamu siapa?”
“Orang biasanya memanggilku, Alison. Kalau aku boleh tahu, aku dimana? Aku pikir aku sudah mati setelah terseret gelombang laut. Aku ingin menanyakan itu tadi sebelum kau keluar kamar,” ujar Alison, bicaranya sudah nampak pulih karena obat yang di berikan perawat bereaksi sepenuhnya dengan tubuhnya.
“Kau sekarang di rumah sakit kota Sidir, kau akan di rawat disini sampai sembuh.”
“Sidir? Aku belum pernah mendengar nama kota itu, negara mana? Sepertinya aku sudah belajar tentang kenegaraan sejak sekolah dasar.”
“Kau yakin tak tahu kota Sidir?” tanya Costa, lalu Costa berjalan menuju jendela ruangan itu, lalu membuka tirainya dan memperlihatkan sebuah panorama kota indah dengan beberapa gedung pencakar langit, tidak banyak tapi nampak megah. “Ini kota Sidir, sebuah kota newmetropilis terbesar yang paling terkenal di seluruh dunia.”
“Kau bohong, mana ada kota metropolis yang lebih besar dari New York, Berlin, ataupun London.”
Setelah mendengar perkataan Alison, Costa lalu menceritakan semua hal tentang kota Sidir dan Ingerdia, serta bagaimana Costa menemukan Alison yang terdampar di dekat pelabuhan kapal seminggu yang lalu.
Alison yang memang sepenuhnya belum pulih berusaha mencerna setiap omongan Costa, ia merasa seperti di dongengi dan seperti melihat film-film dengan genre ilmiah yang selama ini ia tonton, meskipun dengan alur yang membosankan.
Dari cerita Costa, kota-kota besar seperti Berlin, London maupun Paris tak lagi eksis sejak mengalami pandemi wabah pada tahun 2020. Amerika pun terpecah menjadi beberapa bagian karena negaranya mengalami inflasi dan krisi perekonomian selama bertahun-tahun.
Alison semakin tak percaya bahwa negara adidaya sekuat Amerika bisa mengalami defisit keuangan, bahkan perkonomiannya anjlok dalam beberapa tahun itu sangat aneh.
“Aku ingin melihat kalender,” ujar Alison pada Costa, Costa lalu mengambilkan kalender yang tak jauh dari ranjangnya.
Di kalender itu menunjukkan bulan mei tahun 2045, atau sekitar 50 tahun lebih dari tahunnya sendiri.
Alison bingung dengan sendiri, ia mulai berpikir bahwa mungkin otaknya mengalami pergeseran karena terkena puing-puing kapal.