Alison dan keenam krunya sampai di Bandar Udara Internasional Eduardo Gomes, di Manaus terminal dua, setelah perjalanan beberapa jam dari Tegel di Berlin.
Ini penerbangan pertamanya yang memakan waktu hampir 14 jam, seluruh badannya cukup ngilu. Maka dari itu Alison berburu naik mobil saat jemputan sampai di depan mereka.
Dari dalam mobil ia bisa melihat sekeliling kota Manaus yang indah, apalagi saat penerbangan terakhir tadi Alison tak berhenti melihat liukan sungai sss yang tertutupi hutan hijaunya. Benar-benar indah, seperti yang di katakan dokter Deren.
Tak berapa lama Alison sampai di penginapan yang akan ia tinggali selama dua minggu di Brazil, untuk malam ini ia dan krunya beristirahat sebelum melakukan penelitian menyusuri hutan sss esok.
“Letakkan kopernya di situ, Mias,” ujar Alison pada asistennya dari Lab sengaja ikut. Mereka bertujuh, tiga asisten dan empat bagian peneliti termasuk Alison. “Besok bangunkan aku sebelum jam lima, aku ingin menikmati kota ini pagi hari.”
Mias mengangguk dan tersenyum, kemudian berlalu pergi dari kamar Alison. Sementara Alison setelah membersihkan dirinya, ia kemudian bersiap untuk tidur.
***
Keesokan harinya, saat hari benar-benar pagi, Mias membangunkan Alison seperti permintaannya. Alison menikmati pagi dengan tenang, aroma hutan hujan sss tercium tenang meskipun sedikit jauh.
Setelah selesai dan hari nampak terik, Alison menyegarkan dirinya, mandi dengan air hangat. Membereskan dirinya, lalu berjalan keluar kamarnya menemui krunya yang mungkin sudah menunggu.
Ternyata benar dokter Deren, dokter Brian, dokter Gustaf, si Ketua kru itu dokter Richard, dan ketiga asisten mereka sudah menunggu. Mereka membahas rute, dokumen dan beberapa hal yang mungkin akan di lakukan selama penelitian
“Kita akan menyusuri anak sungai sss menggunakan perahu nanti, setelah selesai dari Lab Manaus.”
Begitu ucap dokter Richard sebelum akhirnya mereka meninggalkan penginapan dan menuju Laboraturium yang ada di Manaus. Sebuah Laboraturium kesehatan yang sedang melakukan uji coba vaksin untuk penyakit.
Perjalanan tak begitu panjang untuk menuju ke Lab itu, hanya beberapa menit saja dengan menggunakan mobil pribadi. Meskipun Lab itu sedikit menjauh dari sisi kota Manaus.
Alison dan krunya sampai di Laboraturium yang memiliki bangunan dengan lima tingkat, keseluruhan berwarna putih seperti kebanyakan tempat kesehatan dan sains di mana-mana.
Saat sampai disana mereka di sambut dua orang laki-laki dan perempuan yang menggunakan Snelli, mereka memperkenalkan Laboraturium yang di beri nama Manaus Healty itu. Isi Lab itu cukup membuat Alison kagum, banyak alat-alat yang tak pernah dilihat selama ini.
Dilantai pertama adalah lobi, lantai kedua khusus mengurusi tentang biohewan yang membuat dokter Deren begitu senang, lantai ketiga khusus mengembangkan obat-obat terbaru serta vaksin, lantai keempat mengurus biotani yang ada disekitar hutan dan sungai sss, lantai kelima tempat pembuat alat dan mesin sebagai bagian membantu mengurus Lab, serta balkon atas adalah sebuah taman mini, segala jenis tumbuhan obat, baik yang langka maupun biasa ada.
“Ini apa? Bonsai Jepang?” tanya Alison begitu ia berada di taman mini itu, matanya tertuju pada sebuah tumbuhan kecil dengan batang putih dan daun hijau kuning.
“Bukan, dok. Itu tumbuhan baru yang kami temukan di perbatasan Kolombia hulu, kami beri nama Malus Ligustrum, karena tumbuhannya mirip bonsai kuning sementara sejak kami temukan pernah berbuah sekali mirip apel RD,” ujar seorang laki-laki yang tadi menyambutnya, yang kini mengikuti Alison meninjau taman.
“Lalu,” Alison nampak begitu tertarik.
“Kami sudah menelitinya, struktur buahnya memang tak bisa di makan, karena ada racun, tapi isi bijinya bisa kami proses sebagai obat kanker, karena sifatnya penghalau racun.”
“Wah, aku baru tahu jika ada tumbuhan seperti ini.” Alison semakin terpukau dengan tumbuhan seperti itu, belum pernah selama ini ia melihat atau mendengarnya. Ini mungkin satu dari banyaknya tumbuhan langka yang berada disini, yang sebagian besar belum ia lihat.
“Tumbuhan yang akan dokter dan kru teliti sepertinya akan jauh lebih membuat dokter tercengang,” ucap laki-laki itu, Alison mengerutkan keningnya seolah berpikir.
“Kenapa?”
“Seminggu yang lalu saat seorang nelayan melewati sungai, ia mengira itu jenis fungi kelas Zygomicetes, tapi setelah kami teliti itu jenis tumbuhan baru dan bagian struktur batangnya berkayu. Dalam percobaan itu bisa jadi inimun yang baik untuk tubuh, kami mengembangkannya untuk obat HIV/Aids, karena perkiraan 20 tahun dari sekarang penyakit itu akan memakan populasi hampir 40 juta penduduk dunia.”
Alison terus bertanya soal tanaman di sana, tapi dokter Deren sudah memanggilnya untuk melakukan penelitian kehutan sss, setelah kepala Laboraturium itu prof Reinhard melepaskan mereka, sembari memberikan mereka sebuah alat yang mungkin berguna nanti.
Beberapa saat perjalanan menuju anak sungai sss dari ujung kota Manaus. Setelah tak bisa terjangkau kendaraan, mereka memilih menggunakan perahu mesin. Sungai yang indah dengan air jernih, di samping hutan hujan rimbun yang tenang, kicaun burung-burung langka dan kerumunan hewan liar menemani perjalanan mereka.
Alison tak henti mengambil gambar dengan kameranya, sebagai bagian dari ekspedisi penelitian itu.
“Kau tahu, hutan sss ini memiliki luas hampir enam juta dan ada sembilan negara yang langsung berbatasan salah satunya Brazil,” celetuk dokter Deren pada Alison yang masih sibuk dengan kameranya.
“Iya, apa jadinya jika hutan sebesar ini terbakar? Apa akan terjadi perubahan iklim? Bagaiamana jadinya dengan pemukiman disini?” tanya Alison.
“Tidak untuk sekarang, mungkin beberapa tahun lagi akan terjadi dan akan ada kemungkinan paling besar dalam sejarah,” ujar dokter Richard, tumben sekali ia mau berbiacara dan ikut anggotanya berdiskusi. Karena sebagai lulusan Doktor Kehutanan dan profesor ahli botani ia sangat mencintai hutan.
“Prof, apa anda peramal sampai tahu begitu?” gumam dokter Brian.
“Aku keturunan suku maya,” ujar dokter Richard, mereka tahu itu hanya sebuah guyonan, meskipun tak ada sedikitpun raut tersenyum. “Coba kalian lihat, keserakahan manusia semakin brutal, ada atau tidaknya konspirasi hutan ini pasti mengalami hal serupa seperti hutan lainnya.”
Kedelapan orang lainnya, termasuk Alison, pembawa perahu dan seorang pemandu penelitian itu mengangguk tanda setuju dengan ucapan dokter senior dan ketua penelitian itu.
Setelah menyusuri sungai sss, mereka melewati rimbun hutan yang masih cukup lebat, pohon yang tinggi menjulang dan rindang, kadang membuat orang berpikir tak mungkin terjadi kebarakan, namun jika keserakahan manusia sudah mencapai batas apa yang bisa di lakukan.
Mereka masih masuk kedalam hutan itu, mungkin sedikit aneh mengingat profesor Reinhard mengatakan bahwa yang menemukan tumbuhan langka itu seorang nelayan, apa ia sedang memancing tapir di dalam hutan itu?
Tak berapa lama mereka sampai di tempat yang sudah di beritahu para dokter Manaus tadi, mereka menemukan segerombol tumbuhan mirip jamur yang berwarna terang, batasnya keras dan tak seperti jamur lainnya, memiliki kepala yang cukup unik berwarna kuning kemerahan.
Alison mengambil gambar, dan mulai mencatat struktur tumbuhan itu, ia mulai menyamakan fungi itu dengan lima kelas lainnya.
“Ini kelas baru, meskipun mirip dengan Zygomicetes,” ujar Alison yang semakin tertarik dengan tumbuhan itu.
“Bagaimana kita mengambil benda ini? Kita tak mungkin membiarkannya tersentuh tangan.”
“Coba dokter gunakan ini, sepertinya akan berguna,” ujar Brian menyodorkan alat yang diberikan profesor Reinhard tadi.
Alison mengambil alat itu, menekan tombolnya dan membuka tabungnya. Ketika di arahkan pada bagian jamur itu, seketika saja masuk kedalam tabung dan menjadi partikel seperti bubuk.
“Jamurnya hilang?” tanya dokter Deren, saat jamur itu hilang.
“Mungkin terurai dalam tabung ini.” Setelah mengucapkan hal itu, Alison memberikan tabungnya pada dokter Brian yang lansung memasukkan dalam tas.
Kesembilan orang itu masih berada disana, melakukan penelitian lebih lanjut tentang tumbuhan dan hewan, sampai akhirnya mereka pulang membawa tabung itu ke Laboraturium Manaus untuk di teliti lebih lanjut.