Part 16. First Time

1637 Kata
Hugo tertawa sangat gembira malam itu, dia kembali menuangkan minuman di gelas Felix dan bahkan ikut minum bersama teman lamanya tersebut. Wanita itu sudah menunggu tiga jam untuk segera di antar pulang ke rumahnya, kemarin dia sudah tidak pulang ke rumah dan sudah pasti sepupunya akan sangat khawatir menunggunya tanpa kabar. Ponselnya sudah mati total kemarin, tidak ada charger yang sesuai dengan ponselnya di rumah itu sehingga dia hanya dapat pasrah. Razel bisa saja pulang dengan taksi, namun untuk mendapatkan sebuah taksi pun dia harus berjalan berkilo-kilo meter dari mansion sampai ke jalan raya. Lokasi mansion itu memang berada di tengah-tengah hutan yang sulit di jangkau oleh orang-orang, tak heran mereka bergelar mafia yang sulit di lacak. Elaine sendiri sudah tidur sejak tiga jam yang lalu, Razel sudah memastikan bahwa anak itu tidak akan bangun sampai besok. Di mansion hanya ada beberapa pengawal saja yang tersisa setelah sebagian dari mereka pergi bersama bos mereka. “ Hey, sampai kapan aku harus menunggu? Kemana Eddie, kenapa dia belum kembali.?” Tanya Razel pada salah satu pengawal yang berjaga di sekitar kamar Elaine. “ Sebentar lagi mereka kembali.” Jawabnya di susul dengan suara deru mesin mobil yang baru saja memasuki pelataran halaman. Razel mengintip dari jendela ruang tamu dan mendapati beberapa mobi telah memenuhi halaman, kemudian mereka terdengar sangat panik dengan membawa salah satu pria yang tak sadarkan diri memasuki rumah. Dengan mata kepala Razel, dia melihat sosok Felix yang tak sadarkan diri di tangan para anggotanya. Setelah memastikannya kenapa ternyata Felix hanya mabuk, dan sudah menjadi kebiasaan Felix tak sadarkan diri jika dia sedang mabuk. “ Wah cupu sekali, seorang pria tapi tidak bisa menahan kuatnya alkohol.” Ledek Razel menahan tawa melihatnya. Karena sekarang mereka telah kembali, Razel hanya perlu menunggu Eddie siap untuk mengantarnya. Dia pun duduk di salah satu sofa dengan sabar menunggu mereka selesai. Tak lama setelah itu Eddie pun muncul, Razel dengan penuh semangat berdiri dari tempatnya. Dia sudah sangat siap untuk pulang malam ini, namun ternyata Eddie bukan bermaksud ingin mengantarnya melainkan dia di panggil oleh Felix di kamarnya saat ini. “ Kenapa dia memanggilku lagi.?” Tanya Razel tidak mengerti. “ Dia sadar dan tiba-tiba memanggilmu, sebaiknya kau temui dia dulu lalu setelah itu aku akan mengantarmu pulang.” Ujar Eddie. ** Pintu kamar Felix baru saja di buka oleh Razel, terlihat ruangan yang cukup gelap di dalam sana dan hanya ada satu penerangan lampu di sudut kamar yang membuatnya bisa melihat sosok Felix sedang duduk dengan menggunakan sebuah bathrobe berwarna hitam. “ Ada apa kau memanggilku kemari? Aku sudah harus pulang malam ini.” Sahut Razel dengan sangat berhati-hati, karena entah mengapa dia sangat takut terhadap Felix yang berpenampilan seperti itu. Razel bingung dengan Felix yang sekarang sudah kembali sadar padahal beberapa saat yang lalu masih tak sadarkan diri, Razel menarik kata-katanya tentang Felix yang cupu terhadap alkohol setelah tahu dia lebih hebat dari dirinya. “ Duduk disini.” Titah Felix sambil menunjukkan satu kursi di hadapannya kepada Razel. Razel pun mematuhinya dan segera duduk disana, dia memandang wajah Felix yang masih terlihat seperti orang yang sedang mabuk. Kemudian saat Felix menatapnya dengan tatapan tajam sontak membuat Razel langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat. “ Jadi bagaimana dengan menjadi guru private Elaine? Apa kau mau menerimanya.?” Tanya Felix membuat Razel kembali menatapnya dengan heran. “ Jadi hanya karena ini kau memanggilku kemari, kau bisa menanyakan besok atau lusa. Sekarang aku mau pulang.” Protes Razel. “ Aku mau jawabannya sekarang.” “ Ya..ya.., aku mau menjadi guru private Elaine.” “ Bagus, mulai besok datang kemari pukul 6:30 pagi dan pulang setelah Elaine tidur sekitar pukul 8:30 malam.” “ Kau benar-benar manusia yang tidak berperasaan, bagaimana dengan waktu libur ku.?” “ Kau bisa libur di hari minggu.” “ Baiklah, kalau sudah selesai aku ingin pulang.” Ketika Razel hendak beranjak dari kursinya, tiba-tiba saja Felix menarik tangan Razel dengan kuat. Razel menoleh kaget melihatnya, dan sekarang Felix bergerak menarik Razel menuju tempat tidur. Razel di lempar ke atas tempat tidur hingga membuat roknya tersibak dan memperlihatkan paha indahnya yang begitu mulus. Razel menutupnya dengan cepat dan berusaha untuk melarikan diri. Kedua tangan Felix menahan tubuh Razel untuk tetap berada disana, dia bahkan mempersilahkan Razel berteriak jika dia ingin. Sayangnya percuma saja dia berteriak karena orang-orang diluar sana tidak akan ada yang mendengarnya karena kamar itu telah di lapisi anti kedap suara. “ Apa yang mau kau lakukan padaku.?” Tanya Razel menatap Felix dengan tatapan yang tajam. “ Aku sangat membenci wanita, tapi entah mengapa aku tidak bisa membencimu.” Ucap Felix membuat Razel terkejut bukan main. Sekilas Razel melihat sisi lain dari Felix yang dia kenal baru-baru ini, ekspresi yang saat ini di lihat Razel bahkan belum pernah di tunjukkan Felix kepada siapapun selain satu orang yang dulu pernah mengkhianatinya. “ Felix, sadarlah. Kau pasti masih mabuk kan.?” Lontar Razel berusaha menyadarkan Felix yang saat ini menatap Razel dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Felix langsung mendekatkan wajahnya kepada Razel dan mencium wanita itu dengan waktu yang lama, awalnya terlihat ada penolakan dari Razel namun ketika Felix merenggangkan pegangannya dengan lembut Razel tak lagi melawan. Razel menerima ciuman panas itu dari Felix tanpa merasa jijik, kemudian dia sadar apa yang di lakukan Felix sudah melewati batas. Razel menahan tangan Felix untuk menyentuhnya lebih jauh, namun pandangan tulus Felix seakan ikut memabukkan Razel sehingga dia tidak bisa melawan lagi. “ Dia laki-laki tampak yang seksi, wanita mana pun pasti akan menginginkannya. Dan mungkin aku sudah jatuh ke dalam perangkap pria sialan ini.” Benak Razel pasrah mengikuti apa yang di arahkan oleh Felix. Malam itu Razel melakukannya bersama Felix, dia tahu apa yang dia lakukan sehingga menggunakan pengaman agar tidak terjadi sesuatu yang tak di inginkan ke depannya. ** “ Nona muda, kamu tidak boleh masuk ke sana.” Eddie sudah mencegah Elaine untuk masuk ke dalam kamar Felix pagi itu, namun sayang dia gagal dan hanya dapat menutup wajahnya dengan kedua tangan dan pasrah jika nanti dia mendapat teguran dari Felix. “ Mama..Papa.” Seru Elaine di depan tempat tidur ukuran King size milik Felix. Di atas tempat tidur masih ada Razel yang tertidur dengan pulas setelah apa yang dia lakukan bersama Felix semalam, dan di sebelahnya ada Felix yang perlahan sadar dan melihat putri kecilnya sudah naik di atas tempat tidur. “ Kalian tidur bersama.?” Ucap Elaine sontak membuat Razel membuka kedua matanya dengan lebar dan tersadar dengan apa yang terjadi semalam. Razel masih bertelanjang tanpa menggunakan sehelai pakaian apapun di tubuhnya dan berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut, sementara Felix dengan terang-terangan duduk di sebelahnya tanpa busana dan meraih Elaine ke dalam pelukannya. “ Kau benar-benar ayah yang m***m, bagaimana mungkin kau tetap santai dengan keadaan seperti ini di depan putrimu.” Tegur Razel ketus. “ Kenapa kalian berdua tidak pakai baju.?” Tanya Elaine semakin membuat Razel tidak bisa berkata-kata lagi. “ Mama tidur bersama papa semalam, mama dan papa merasa kepanasan makanya kami berdua tidak memakai pakaian apapun.” Jawab Felix. “ Dasar laki-laki bodoh, kenapa dia berkata seperti itu di depan anak kecil.” Benak Razel yang merasa sangat malu kali ini. “ Ikut papa, kita harus membiarkan mama memakai pakaiannya kembali.” Ajak Felix menggendong Elaine turun dari tempat tidur. Bathrobe semalam yang di kenakan oleh Felix di pakai kembali, setelah itu Felix membawa Elaine keluar dari kamar agar Razel bisa menggunakan pakaiannya kembali. “ Ada apa denganku? Semalam aku tidak bisa menolaknya.” Razel kembali di buat frustasi dengan kejadian semalam. Wajah Razel mendadak panas dan dia merasa sangat malu, kejadian semalam terbayang-bayang jelas di kepalanya saat ini. Dia ragu apakah hari ini dia bisa fokus menjalani hari-hari? Namun di samping itu ada perasaan senang yang tidak bisa di jelaskan oleh kata-kata. ** Sarapan dimulai pukul 7 : 00 pagi, di meja makan sudah ada Felix, Elaine, dan juga Razel. Saat itu Elaine ingin makan di pangkuan Razel sehingga dia duduk di sana sambil menikmati sarapan paginya dengan sangat gembira. Saat itu Razel merasa tubuhnya kurang sehat, tubuhnya terasa pegal-pegal dan mungkin itu karena semalam. Saat Razel melirik Felix, dia terlihat tidak memasang wajah bersalah sama sekali. “ Apa semua pria melakukan hal itu dengan santai? “ benak Razel sinis. Felix sadar bahwa saat itu Razel merasa kurang nyaman dengan keberadaan Elaine di pangkuannya, melihat Razel yang tetap membuat Elaine merasa nyaman cukup membuatnya tersentuh. “ Elaine, duduk di kursimu sendiri.” Sahut Felix. “ Tidak mau, Elaine Cuma mau sama mama.” Tolak anak itu dengan ketus. “ Elaine, duduk di kursimu dan makan.” Sentak Felix berhasil membuat Elaine takut dan meminta kepada Razel untuk memidahkannya di kursi miliknya sendiri. Razel menyadari bahwa dia akhirnya mencapai batasnya, meskipun dia tahu bahwa Felix hanya berteriak kepada Elaine karena menyadari dirinya yang merasa tidak nyaman, Razel menatapnya dengan tatapan sinis. Namun Razel kembali mengalihkan pandangannya setelah kalah saing dari tatapan Felix yang jauh lebih tajam. Felix bukanlah tipe pria yang hanya memperhatikan Elaine tapi dia juga memperhatikan sekitarnya, dan barusan teriakan Felix bukan karena dia marah melainkan itu bukti bahwa Felix sangat tegas kepada putrinya sendiri dan tidak ingin mengajarkan Elaine menjadi anak yang merepotkan orang lain terus menerus. “ Hari ini mama akan mengajarimu seperti yang dia lakukan di TK, jadi bersikaplah dengan baik.” Sahut Felix setelah itu menghampiri Elaine untuk memberikan ciuman perpisahan. Elaine menolak ciuman Felix untuk pertama kalinya setelah ia selesai sarapan pagi, Elaine masih marah pada Felix setelah di gertak harus duduk di kursinya sendiri. “ Elaine tidak boleh begitu sayang.” Lontar Razel yang akhirnya membuat Elaine luluh. “ Hati-hati papa.” Elaine memberikan kecupan pada Felix setelah itu moodnya kembali berubah sangat baik. Felix pun pergi bersama Eddie dan para pengawal, terkadang Razel penasaran kemana mereka pergi dan apa saja yang mereka kerjakan sampai harus pulang di malam hari.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN