Part 6. Permintaan Elaine

1543 Kata
Setelah kemarin telah melakukan kesalahan kali ini Razel tidak ingin membuat kecewa semua orang dengan melakukan pekerjaannya dengan maksimal, karena Giovani sudah tidak di sekolah itu lagi maka murid Razel yang tersisa hanya Sembilan orang saja. Razel sangat merindukan keberadaan Giovani di kelas itu meskipun Giovani sangat nakal, namun semenjak tidak ada dia kelas jadi lebih tenang. Anak-anak sudah mau mendengarkan Razel dan sekarang mereka sedang sibuk mewarnai gambar yang telah di berikan Razel sebelumnya. “ Bu guru, Edith pipis di celana.” Seru Marcel yang membuat semua anak-anak kompak menertawakan Edith. Razel langsung ke tempat anak itu dan membawanya ke ruang ganti, sementara bekas air kencing yang tersisa di serahkan kepada tukang bersih-bersih sekolah yang juga mengambil peran dalam hal tersebut. Tanpa rasa jijik Razel membersihkan bagian bawah Edith kemudian menggantikan pakaian baru untuknya, sekolah menyediakan pakaian ganti jika salah satu murid mengalami hal seperti ini sehingga Edith dapat bersih kembali. “ Kalau mau buang air kecil lapor ke ibu ya, jangan di biarkan sampai seperti ini.” Ucap Razel dengan sangat lembut. Setelah mereka selesai, keduanya kembali di dalam kelas namun murid-murid itu kembali menertawakan Edith dengan menyebutkan tukang ngompol. Sontak Razel marah dan ini adalah kali pertamanya Razel marah di hadapan semua murid, kemarahan Razel berhasil membuat semua diam dan setelah itu mereka meminta maaf kepada Edith. “ Ingat ya, ibu nggak mau kalau di kelas ini ada yang suka membully temannya. Kalian semua adalah teman, nggak boleh ada yang saling ejek mengejek. Paham.” “ Paham bu guru.” Setelah semua kembali kondusif pelajaran kembali di lanjutkan, Razel memantau mereka semua sejauh mana tugas yang di berikan telah di selesaikan. Dan ternyata semua murid hampir selesai mewarnai gambar yang di berikan meskipun pewarnaanya ada yang diluar garis gambar. ** Sebuah mobil hitam baru saja berhenti di pelataran mansion mewah, banyak dari bawahan organisasi itu membungkuk di kedua sisi halaman yang membentang panjang lebih dari 20 meter ke arah mobil tersebut. “ Selamat datang kembali bos.” Ucap puluhan orang itu kepada satu pria yang baru saja turun dari mobilnya. Di temani oleh beberapa orang penting lainnya yang berjalan tepat di belakang, mereka masuk ke dalam mansion mewah itu menuju satu ruangan yang mereka tuju. “ Papa.” Seru seorang anak perempuan yang langsung berlari memeluk kedatangan pria itu. Felix Felice merupakan ketua dari organisasi mafia bernama Black Dragon, dia merupakan salah satu orang berbahaya di Prancis yang memiliki begitu banyak koneksi penting dengan para pejabat ataupun orang ternama di Prancis. Felix telah kembali dari Brasil setelah dua tahun menghilang karena urusan pribadi, dua hari yang lalu putrinya yang bernama Elaine telah tiba duluan di Paris bersama Eddie yang merupakan tangan kanan Felix yang paling di percaya. “ Bagaimana kabarmu ? “ Tanya Felix pada Elaine ketika dia berhasil menggendong anak itu. “ Baik , Elaine senang akhirnya bisa bertemu dengan papa lagi.” Seru gadis kecil itu sambil mengecup mesra pipi Felix dan membuat semua orang di ruangan tersebut ikut gemas dengan tingkahnya. “ Tidak ada sesuatu yang terjadi kan selama aku tidak ada disini.?” Tanya Felix pada mereka yang bertugas menjaga Elaine selama dia dalam perjalanan kemarin. “ Tidak ada tuan.” Balas Eddie tegas. Elaine kemudian meminta turun dari gendongan papanya, dia berlari menuju meja kecil tempatnya bermain barusan dan menunjukkan sesuatu kepada Felix. “ Apa ini.?” Tanya Felix tidak mengerti saat Elaine memberikan gambaran kepadanya. “ Elaine mau ketemu mama.” Lontar Elaine seketika membuat semua orang di ruangan itu terkejut. “ Elaine menggambar papa, mama, dan Elaine di buku ini. Kita harus cari mama pa, Elaine mau mama.” Lanjut Elaine lagi sambil menatap wajah Felix dengan tatapan yang memelas. “ Kamu ke kamar dulu ya, nanti kita bicara soal ini lagi.” Ujar Felix langsung di patuhi oleh Elaine. Salah satu anak buah Felix membawa Elaine ke kamarnya, di mansion mewah itu memang tidak ada seorang wanita dan semuanya adalah pria sehingga ketika menyebut kata Mama di sekitar mereka tentu saja membuat mereka terkejut. “ Ku beri dua menit untuk kalian menjelaskan apa yang telah terjadi selama aku tidak ada disini.” Ucap Felix dengan tatapan dingin yang membuat semua para bawahan takut melihatnya. Eddie selaku yang menjaga Elaine saat Felix tidak di Paris menjelaskan apa yang terjadi kepada Elaine dua hari yang lalu, dia tahu akan semarah apa Felix kepadanya nanti tapi dia lebih takut jika tetap merahasiakan itu dari Felix. Eddie memberitahu Felix bahwa mereka berhasil menemukan Elaine dari salah satu postingan seorang wanita di media social, dia memposting foto Elaine dengan menutup wajahnya dan memberikan keterangan bahwa anak itu dia temukan di jalan saat dia hendak pulang ke rumah. Dari informasi itulah Eddie melacak si pengguna akun tersebut dan memastikan sebelumnya bahwa itu bukanlah tipuan. Eddie dengan tiga orang lainnya kemudian berhasil menemukan alamat wanita itu dan berhasil menemukan Elaine dalam keadaan baik-baik saja. Setelah Eddi menjelaskannya dia memanggil beberapa pengawal yang waktu itu menjaga Elaine saat perjalanan pulang dari bandara menuju mansion, para pengawal itulah yang menjaga Elaine ketika gadis itu menghilang. “ Pergi dari tempat ini dan jangan pernah kembali lagi.” Ucap Felix yang tidak membutuhkan mereka berempat. “ Tuan, kau tidak perlu memecatnya.” “ Diam Eddie, kalau kau keberatan kau bisa pergi dari tempat ini juga.” Potong Felix seketika membuat Eddie terdiam. Keempat pengawal itu kini telah di lepas jabatannya dan di usir dari mansion secara tegas oleh Felix, keputusan Felix adalah mutlak dan tidak ada yang berani untuk menentangnya. ** Malam harinya Felix baru saja duduk di kursi singgasananya di dalam ruangan pribadi yang tidak boleh sembarangan orang boleh masuk. Pintu baru saja terketuk dan itu adalah Eddie yang datang membawa sesuatu yang di perintahkan oleh Felix sebelumnya. “ Apa semua sudah lengkap.?” “ Sudah tuan, aku mengumpulkannya dari orang-orang yang ahli dalam hal tersebut.” “ Kau boleh keluar.” Setelah Eddie meninggalkan ruangan itu, Felix membuka dokumen data pribadi seseorang yang ingin di lihat oleh Felix dengan teliti. Dari hasil yang di dapat tampak terlihat dengan jelas wajah tidak peduli Felix pada orang itu, dia bahkan sampai tidak mengerti kenapa putrinya menyebut Razel sebagai mama. Felix meletakkan dokumen itu di atas mejanya kemudian beralih dari ruangan itu menuju sebuah kamar yang terdapat tepat di sebelah ruangannya. Kamar itu terlihat sudah gelap dan hanya da lampu tidur karakter di samping tempat tidur, terlihat gadis kecil yang sedang tertidur pulas sambil memeluk boneka kesayangannya. Felix duduk di sebelah gadis kecil itu sambil membelai rambutnya dengan lembut, melihat putrinya yang tidur dengan sangat pulas membuatnya merasa senang. Lalu pandangan Felix tak sengaja tertuju pada kertas gambaran Elaine yang di perlihatkan kepadanya sebelumnya. “ Maaf kalau papa tidak bisa membuatmu untuk bertemu dengan wanita ini.” Felix meraih kertas itu dan meremuknya dengan kasar, lalu dia meninggalkan kamar Elaine dengan sangat hati-hati. ** Suara tangis yang begitu keras membuat satu mansion terbangun dan panic mendengarnya, Elaine yang baru saja terbangun langsung menangis histeris di kamarnya kemudian Eddie dan beberapa pengawal terbangun dan langsung melihat keadaan Elaine saat ini. “ Ada apa nona? Kenapa kamu menangis.?” Tanya Eddie berusaha untuk menggendong namun di tolak Elaine dengan paksa. “ Gambar mama papa hilang, seseorang telah mencurinya.” Isak Elaine sambil menunjuk tempat dimana dia menempel gamar itu sebelumnya. Eddie pun memerintah semua bawahan untuk mencari gambar itu di setiap sudut mansion itu. Elaine masih memangis dengan keras sampai Felix pun terbangun di buatnya. “ Siapa yang membuatnya menangis pagi-pagi seperti ini.?” Tegur Felix yang datang ke kamar itu masih dalam keadaan mengantuk. “ Seseorang mencuri gambarnya tuan, dia menangis menginginkan gambar itu lagi.” Balas Eddie sontak membuat Felix menelan ludah dengan susah payah. Elaine hanya ingin di gendong oleh papanya saja dengan menghampiri Felix dengan manja, dia mengadu sekali lagi tentang gambarnya dan Felix tetap tidak mengaku bahwa dia yang telah membuang gambar itu. “ Sudah jangan menangis lagi ya, kita bisa menggambarnya lagi nanti.” Bujuk Felix dan akhirnya membuat Elaine mendengarkan ucapannya. “ Sekarang kamu tidak perlu sedih lagi, oke.” Lanjut Felix setelah meletakkan Elaine di atas tempat tidurnya lagi. “ Aku mau sekolah pa.” “ Siapa yang mengajarmu soal itu? Dari mana kau tahu tentang sekolah.?” “ Dari mama, mama adalah guru di sebuah TK di kota ini. Elaine mau di ajar sama mama.” Felix melirik Eddie dan mengira hal itu tidak di jelaskan kepadanya sebelumnya, padahal Eddie sendiri baru tahu kalau Elaine tahu tentang sebuah sekolah. “ Tapi kamu tidak perlu sekolah, papa bisa mendatangkan banyak guru di rumah ini untuk kamu.” “ Nggak mau, aku mau sama mama.” “ Berhenti menyebut wanita asing itu sebagai mama mu, dia bukan mama kamu.” “ Tapi dia baik dan penyayang, dia memberiku makan dan mengikat rambutku. Dia mama ku papa.” “ Bagaimana kalau kita sarapan lalu setelah itu kita main bersama.” Ajak Felix sontak membuat Elaine langsung melupakan soal sekolah dan wanita yang dia sebut mama barusan. Felix sangat sibuk dengan tugasnya sebagai pemimpin dan hampir tidak pernah menghabiskan waktunya dengan Elaine, meski begitu dia sangat menyayangi Elaine dan memberikan kehidupan seorang tuan putri kepada anak itu. Alasan mengapa Elaine begitu senang akan bermain bersama Felix karena hal itu jarang mereka lakukan, kebahagiaan Elaine seketika berubah hanya dengan mengajaknya bermain bersama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN