Hari minggu pagi di jadikan Razel sebagai waktu untuk mencaritahu kebenaran tentang keluarga Giovani. Dia ragu jika orang tuanya adalah pemilik perusahaan perhiasan mewah, untuk itu dia mencari kata kunci pada pencariaan di internet dengan menyebutkan nama papa Giovani yaitu Fernandez.
Nama Fernandez tentang papa Giovani muncul di pencarian pertama, dengan artikel yang berjudul “ Pengusaha perhiasan sukses tahun ini”. Razel membaca isi artikel tersebut untuk mencari bukti, namun yang dia dapat hanyalah bagaimana Fernandez membuat perusahaan itu sukses atas kerja kerasnya selama beberapa tahun terakhir.
“ Bukan ini yang ingin ku tahu.” Kemudian Razel kembali membuka kata kunci tentang gangster dan mafia di kota Paris.
( Sekelompok gangster Sisilia telah mengacau dan merugikan banyak pihak)
( Gangster mulai meresahkan warga, siapa pemimpinnya?)
Dari beberapa artikel itu tidak menyebutkan siapa ketua dari gangster tersebut, namun Razel mendapatkan satu bukti yang mengacu pada tato ular yang dia lihat di tangan Alvero.
( Tato ular melambangkan anggota dari gangster Sisilia)
“ Dugaanku benar, Giovani berada di lingkungan yang tidak baik.” Gumam Razel sambil menatap kalimat barusan dengan teliti.
“ Apa yang kau lakukan.?” Tegur Sabrina yang baru saja kembali dari dapur dengan membawa mie instan buatannya.
“ Kau tahu anak murid laki-laki di kelasku yang sering ku ceritakan padamu, “
“ Tahu, Giovani itu kan.”
“ Benar, sepertinya dia adalah anak dari ketua gangster Sisilia itu.”
Sabrina yang mendengarnya langsung tersedak dan segera membuat dirinya merasa lebih baik, ucapan Razel barusan terdengar sangat konyol di telinganya dan dia tidak percaya bahwa anak seorang gangster di titip di sekolah umum seperti itu.
“ Itu tidak mungkin, lagi pula siapa yang akan menitip anaknya sekolah di tempat seperti itu? Kau tahu rahasia keluarga gangster dan mafia itu sangat tertutup.” Sahut Sabrina.
“ Tapi aku sangat yakin, melihat Giovani yang tidak menyukai papanya sendiri dan selalu kabur dari rumah membuatku percaya dengan semua itu.”
“ Sekarang biar ku tanya padamu. Kalau kau sudah tahu dia anak ketua gangster itu apa yang akan kau lakukan selanjutnya.?” Tanya Sabrina mulai serius.
“ Tentu saja menyelamatkan Giovani dari mereka, aku akan melaporkan kepada polisi bahwa anak itu tidak bahagia berada di keluarganya.” Jawab Razel dengan santai.
“ Jangan konyol Razel, kau ini orang luar. Bagaimana pun juga Giovani adalah anak mereka sekalipun mereka ketahuan bahwa papanya adalah ketua Gangster, itu tidak akan membuat perubahan apapun.”
“ Sebaliknya kau yang akan mendapat masalah karena berani berurusan dengan mereka.” Lanjut Sabrina seketika membuat Razel terdiam.
**
Alarm yang disetel oleh ponsel berbunyi tepat waktu Razel membuka matanya dengan linglung dari tidurnya. Mematikan alarm, dan duduk di tempat tidur dengan otak kosong beberapa saat sebelum kesadarannya berangsur-angsur kembali ke dirinya dan kemudian bangkit untuk mandi.
Ketika Razel baru saja keluar dari kamarnynya, dia telah melihat Sabrina yang baru saja meletakkan makanan di atas meja. Melihat Razel yang baru saja bangun dan hendak ke kamar mandi membuat Sabrina kembali menahan langkahnya.
“ Ingat untuk tidak melakukan hal konyol seperti yang kau pikirkan semalam, kau hanya orang luar yang tidak berhak ikut campur dengan urusan orang lain.” Lontar Sabrina menatapnya lurus.
“ Kau berisik.” Balas Razel dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
**
Razel telah sampai di sekolah dan langsung berdiri di pintu masuk kelas untuk menyambut anak-anak muridnya, hari ini semua lengkap termasuk Giovani yang datang di antar oleh Alvero. Sebelum Giovani di serahkan kepada Razel, wanita itu sempat menatap Alvero dengan tatapan serius namun dia ingat dengan ucapan Sabrina sehingga membuatnya memilih untuk diam.
Dan setelah semua murid masuk ke dalam kelas, Razel pun mengawali kelas hari itu dengan memutar video anak yang menanyakikan sebuah lagu untuk meningkatkan rasa semangat mereka untuk memulai kelas setelah kemarin menikmati libur sekolah.
Sambil berterpuk tangan mengikuti irama nyanyian, pandangan Razel menyisir semua murid di depannya dengan teliti sampai pada akhirnya dia mendapati Giovani yang lesu dan tidak bersemangat seperti biasa.
Giovani hanya menundukkan wajahnya dengan tampang sedih yang membuat Razel penasaran, dia pun menghentikan pemutaran video dan menghampiri Giovani.
“ Gio kenapa.?” Razel menyentuh lengan Gio namun langsung di tepis olehnya.
“ Ah, sakit.” Keluh anak itu sambil menjaga jarak dari Razel.
“ Maaf, ibu nggak sengaja. Lengan Gio kenapa? terus kenapa Gio dari tadi murung.?” Tanya Razel benar-benar di buat penasaran dengan keadaan anak itu.
Giovani tidak menjawab apa-apa dan sebaliknya Razel semakin khawatir dan menyuruh Giovani untuk istirahat sampai kelas berakhir. Anak itu hanya mengangguk pelan dan merebahkan kepalanya di atas meja.
“ Aku jadi tidak tega melihatnya seperti itu, tapi kelas ini tidak boleh berhenti begitu saja hanya karena satu orang.” Benak Razel terpaksa harus melanjutkan kelas hari itu.
**
Setelah jam istirahat tiba, semua murid membentuk lingkaran untuk menikmati makan siang mereka. Sementara itu Razel menghampiri Giovani lagi dan mencoba membangunkan anak itu, namun rupanya Giovani sudah tak sadarkan diri dan tubuhnya begitu panas.
Tanpa menunggu waktu lama Razel langsung menggendong tubuh Giovani, dia mendatangi kelas Ms. Hwang untuk sekali lagi menitipkan kelasnya karena dia harus membawa Giovani ke rumah sakit.
Kebetulan madam Charlotte saat itu hendak keluar karena suatu urusan, melihat Razel menggendong Giovani dengan panik membuatnya langsung menyuruh mereka untuk naik ke atas mobil.
“ Ke rumah sakit sekarang, Giovani sakit dan aku tidak tahu kalau demamnya setinggi ini.” Ucap Razel yang kemudian membuat madam Charlotte langsung memutar arah menuju rumah sakit.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Razel terus meminta maaf pada Giovani karena tidak menyadarinya sebelumnya. Razel menyesal dan akan segera membawanya ke dokter, dia bahkan tidak menghubungi kedua orang tua Giovani untuk meminta izin dan melakukannya nanti setelah Giovani mendapat perawatan.
Setibanya di rumah sakit, Giovani langsung di bawa ke ruang UGD oleh beberapa perawat. Sementara itu Razel meminta kepada madam Charlotte untuk sekiranya menghubungi kedua orang tua Giovani untuk datang melihat putra mereka.
**
Saat ini Giovani telah selesai di periksa oleh dokter dan dia harus di rawat di rumah sakit karena demamnya sangat tinggi dan terdapat beberapa luka lebam di sekujur tubuhnya, dokter beranggapan bahwa lebam yang terdapat di tubuhnya adalah bekas pukulan dan bisa jadi karena dia pernah jatuh sehingga membuatnya berbekas seperti itu.
Saat ini di ruangan itu hanya ada Razel sebab kepala sekolah sudah pergi beberapa saat yang lalu, Razel baru akan pergi setelah kedua orang tua Giovani datang menggantikannya.
Razel menghampiri Giovani yang sedang terbaring di atas tempat tidur, kini Razel dapat melihat lebam di lengan Giovani yang sebelumnya sempat dia pegang dan membuat Giovani meringis kesakitan.
“ Siapa yang melakukan semua ini padamu nak.” Ucap Razel dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Tak lama kemudian Alvero datang setelah mendengar kabar bahwa Giovani di larikan ke rumah sakit oleh Razel. Kedatangan Alvero saat itu membuatnya memotret kondisi Giovani untuk di kirim ke Fernandez papa Giovani.
“ Dimana orang tua Giovani? Dia harus melihat putranya sekarang.” Sahut Razel.
“ Mereka tidak bisa datang, keduanya sangat sibuk.” Jawab Alvero.
“ Kalau begitu apa kau tahu dengan luka lebam di sekujur tubuh Giovani? Apa dia sudah jatuh sehingga membuatnya lebam.?”
Alvero mendekati Giovani dan menutup tubuh anak itu dengan selimut, dia kemudian menyuruh Razel keluar karena posisinya sekarang adalah yang akan menjaga Giovani.
“ Tapi aku belum~”
“ Bu guru, kami bisa saja melaporkanmu atas tindakanmu yang tidak meminta izin kepada keluarganya karena telah membawa anak ini ke rumah sakit. Tapi aku berbaik hati membebaskanmu, dan kau boleh pergi sekarang.” Ujar Alvero penuh penekanan.
Razel tahu ini adalah kesalahan tapi mau tidak mau dia harus pergi, sebelum benar-benar meninggalkan ruangan itu dia sempat menghampiri Giovani dan mengusap kepalanya sebentar.
“ Ibu guru pulang dulu ya.” Gumam Razel dan segera meninggalkan ruangan tersebut.
**
Keesokan harinya setelah jam sekolah selesai, Razel sengaja datang ke rumah sakit dengan membawa makanan yang sengaja dia buat untuk Giovani. Setibanya di rumah sakit dia menuju ruangan Giovani kemarin di rawat, dan sebelum masuk ke dalam kamar tersebut dia mencoba untuk memberanikan diri karena mungkin di dalam sana sudah ada orang tua Giovani.
Suara ketukan pintu sebanyak tiga kali telah di lakukan oleh Razel, namun dia tidak melihat tanda-tanda ada yang membukakan pintu. Alhasil dia ingin masuk secara langsung, ketika knop pintu di buka dia pun masuk dan di buat terkejut sebab kamar itu sudah kosong.
“ Loh? Kok nggak ada.?”
Pada saat itu ada perawat yang kebetulan lewat dan membuat Razel menanyakan keberadaan Giovani kepadanya.
“ Kemarin saat orang tuanya datang dia sudah di bawa pulang oleh mereka.” Jawab perawat itu.
“ Di bawa pulang? Bukannya pasien masih sakit dan dokter sendiri bilang kalau harus di rawat satu sampai dua hari.”
“ Maaf, soal itu pihak keluarganya yang ingin membawa anak mereka pulang.”
“ Terima kasih suster.” Ucap Razel yang tak bisa berkata-kata lagi.
Razel berjalan sampai ruang tunggu di rumah sakit, dia menjatuhkan tubuhnya dengan lemah. Kotak makanan yang sejak tadi dia bawa hanya dapat di lihatnya dengan tatapan sendu.
“ Bagaimana mungkin mereka membawa pulang anak yang masih dalam perawatan rumah sakit.” Ucap Razel sambil mengepal kuat tangannya.
**
Satu minggu telah berlalu sejak hari itu, Giovani sudah tidak masuk sekolah dan kabarnya masih sakit. Razel tidak mau tinggal diam, dia harus memastikan apakah benar Giovani sakit atau semua itu hanya alasan orang tuanya saja.
Sepulang sekolah, Razel mendatangi ruangan madam Charlotte untuk meminta alamat Giovani. Namun permintaan Razel di tolak oleh madam Charlotte karena itu merupakan pelanggaran privasi.
“ Izinkan saya untuk pergi kesana, saya memiliki perasaan buruk tentang Giovani.”
“ Razel, tidak semua urusan orang lain harus kau tangani. Giovani sudah berada di tangan yang tepat, dia pasti mendapatkan perawatan terbaik di rumahnya sekarang.”
“ Kumohon madam. Saya janji setelah memastikan dia baik-baik saja, saya tidak akan menimbulkan masalah apapun.”
Melihat Razel yang begitu memohon untuk di berikan alamat Giovani kepadanya perlahan membuat madam Charlotte luluh, dia pun membuka buku data diri siswa kemudian menunjukkan alamat rumah Giovani kepada Razel.
“ Terima kasih madam Charlotte, saya akan segera melihat keadaannya.” Ucap Razel yang kini sudah berhasil mendapatkan alamat tersebut.
**
Razel tiba di salah satu rumah yang di sebutkan oleh alamat yang dia dapatkan, wajahnya kebingungan melihat catatan alamat dengan rumah yang ada di depannya sekarang.
Rumah di depan Razel saat ini tidak menggambarkan rumah pemilik dari perusahaan perhiasan, bahkan bisa di katakana rumah itu sangat sederhana dan mengapa terlihat begitu sepi seperti tidak ada penghuni di dalam sana.
Razel mencoba mengetuk pintu pagar rumah tersebut dan memanggil nama Giovani berulang-ulang, namun setelah beberapa kali di panggil dan tidak mendapatkan jawaban dari dalam sontak membuat Razel semakin bingung apakah benar ini adalah alamat rumah Giovani tinggal atau bukan.
Untuk memastikan dirinya tidak salah alamat, Razel mencoba menghubungi madam Charlotte. Panggilan berhasil terhubung dan Razel kembali mencocokkan alamat tersebut secara detail, dan ternyata alamatnya tidak salah dan sesuai dengan data yang ada di sekolah.
“ Ini aneh, alamatnya sudah sesuai tapi sepertinya rumah ini tidak berpenghuni.”
“ Saat Giovani mendaftar di sekolah ini, orang tuanya yang mengisi alamat tersebut jadi ku rasa tidak ada kesalahan dalam alamatnya.”
“ Baiklah, kalau begitu terima kasih madam Charlotte.”
Razel kembali mengecek rumah itu apakah benar-benar kosong atau ada seseorang di dalam sana, ketika dia hendak memanjat pagar tersebut seseorang langsung datang menegurnya.
“ Apa yang kau lakukan? Kau ingin mencuri ya.?” Sahut seorang wanita setengah baya yang membuat Razel menghampirinya dengan cepat.
“ Bukan..bukan, saya datang kemari untuk bertemu dengan tuan Fernandes.” Jelas Razel kemudian.
“ Tuan Fernandes? Tidak ada nama seperti itu di kompleks ini.”
“ Tidak ada? Mungkin kau salah alamat nona.”
“ Tapi alamat yang saya dapat menunjukkan bahwa itu adalah rumah tuan Fernandes.”
“ Kau salah, rumah itu sudah tidak berpenghuni sejak dua tahun yang lalu.”
“ Tidak berpenghuni katamu? “ Razel tampak syok saat mendengarnya, lalu alamat ini kenapa di masukkan ke dalam data pribadi milik Giovani.
Wanita itu pamit undur diri dan Razel masih berdiri di depan rumah itu sambil meremukkan kertas yang ada di tangannya. Kecurigaannya semakin bertambah tentang orang tua Giovani, dan itu sudah cukup membuktikan bahwa mereka adalah kelompk gangster Sisilia yang sedang banyak di bicarakan oleh orang-orang saat ini.
**
Toko perhiasan milik pengusaha terkenal Fernandes Antonio saat ini tengah di datangi oleh sekelompok polisi untuk di selidiki terhadap laporan yang baru saja masuk hari ini.
Dalam laporan tersebut menyebutkan bahwa Fernandes telah menyiksa putranya sendiri dan di sebutkan bahwa dia merupakan ketua dari kelompok gangster Sisilia.
Tak terima dengan tuduhan tersebut, Fernandes berusaha untuk membela diri namun kepolisian sudah mengeluarkan surat tangkapan dan akan meelanjutkan instrogasi di kantor polis. Fernandes pun menyuruh Alvero untuk memanggil pengacaranya dengan sikap yang tenang dan santai untuk membuktikan kepada mereka bahwa semua itu adalah tuduhan palsu.
Setelah di bawa ke kantor polisi dan di wakili langsung oleh sang pengacara, Fernandes terbukti tidak bersalah. Dia di perbolehkan pulang oleh pihak kepolisian, namun sebelumnya dia ingin tahu siapa yang telah melaporkan hal ini dan polisi menjawab bahwa pelapor adalah seorang guru TK yang mengajar di tempat Giovani sekolah.
“ Apa yang akan kita lakukan tuan? Apa kita akan membuat wanita itu masuk penjara atas perbuatannya.?” Tanya Alvero pada Fernandes begitu mereka sudah masuk ke dalam mobil.
“ Jangan, biarkan saja. dia tidak akan pernah bisa melaporkan aku setelah ini.” Jawab Fernandes tetap santai.
“ Lalu kemana kita akan pergi sekarang.?”
“ Pulang ke rumah.”
**
Suara langkah sepatu menuju sebuah ruangan di ujung koridor membuat dua orang penjaga pintu itu langsung membukanya dan mempersilahkan pria dengan jas hitam masuk ke dalam ruangan tersebut.
“ Apa yang anak itu lakukan lagi hari ini.?” Tanya pria bernama Fernandes kepada seorang wanita muda yang memeluk putranya dengan tangis yang sejak tadi membasahi pipinya.
“ Tolong jangan menyiksanya lagi, dia masih sangat kecil.” Ucap wanita itu mencoba melindungi Giovani dari tangan Fernandes.
“ Menyingkir.” Fernandes menarik tubuh wanita itu menjauh dari Giovani sehingga dirinya bisa meraih kerah baju anaknya sendiri.
“ Sudah ku katakan untuk tidak menjadi anak yang nakal, kenapa kau masih melakukannya juga hah.?”
“ Karena aku membencimu papa brengsek.” Ucapan Giovani barusan membuat Fernandes langsung mendorongnya ke tempat tidur sehingga membuat anak itu tak kuasa menahan tangisnya.
“ Jangan biarkan mereka keluar dari ruangan ini, jika itu kembali terjadi maka kalian berdua akan mendapatkan akibatnya.” Ancam Fernandes pada dua penjaga yang bertugas menjaga Giovani dan Ibunya untuk tidak keluar dari ruangan tersebut.
Kemudian dari ruangan itu Fernandes berjalan menuju satu ruangan yang berada di lantai dua, ruangan itu merupakan tempat pribadinya dimana di ruangan itu sudah ada wanita yang merupakan istri keduanya.
“ Kau sudah mengurus wanita miskin itu sayang.?” Ucap wanita berpenampilan seksi yang saat ini sedang duduk di atas tubuh Fernandes yang baru saja duduk di atas sofa.
“ Mereka tidak akan mengacaukan rencana kita lagi, aku menyesal sudah memasukkan di sekolah itu dan membuat gurunya bertingkah seolah-olah dia yang paling hebat dalam mengurus Giovani.”
“ Apa kau tidak mau memusnahkan guru itu saja.?”
“ Tidak perlu mengotori tanganku terhadap wanita seperti itu. Kita fokus saja dalam mencapai tujuan kita saat ini.”
Di atas sebuah meja terdapat surat kabar yang menyebutkan bahwa Black Dragon akan kembali ke kota Paris setelah tiga tahun menghilang, mendengar kabar kelompok criminal itu akan kembal membuat Fernandes sebagai ketua gangster Sisilia merasa harus lebih waspada terhadap mereka.
**
Razel mendapat teguran langsung dari madam Charlotte atas laporan yang baru saja dia terima, tadinya madam Charlotte hampir memecat Razel atas kesalahan yang telah dia buat. Namun papa Giovani melarang hal tersebut untuk dilakukan, dan sebagai gantinya Razel harus pergi menemui Fernandes dan meminta maaf atas apa yang telah dia lakukan.
Setelah pergi dari ruangan madam Charlotte, Razel berjalan menuju ruang kelasnya dan duduk termenung disana. Dia tidak tahu kalau masalah akan lebih rumit setelah dia bertindak gegabah melaporkan Fernandes di kantor polisi kemarin.
Meski begitu Razel masih beranggapan bahwa mereka benar-benar kelompok gangster Sisilia itu, hanya saja kekuatan mereka lebih besar sehingga mampu lolos dari tuduhan yang dia berikan.
“ Menyebalkan sekali, sekarang aku harus pergi menemuinya dan meminta maaf.” Ucap Razel sambil menjatuhkan kepalanya di atas meja dan menatap lurus keluar pintu kelas.
**
Antonio Jawelry merupakan nama perusahaan milik Fernandes yang berada di pusat kota, lokasi tokonya ada begitu banyak namun satu tempat yang dimana pemiliknya selalu menghabiskan waktu disana adalah yang berlokasi di pusat kota.
Kini Razel sudah berada di depan perusahaan tersebut, dia sudah membuat janji temu dengan Fernandes sebelunya sehingga dia dapat langsung masuk dan menunggu sampai dirinya di persilahkan menuju ruangan milik Fernandes.
Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Razel di persilahkan masuk oleh sekretaris Fernandes dan dia di arahkan untuk naik ke lantai sepuluh di ruangan nomor dua sebelah kanan.
Ketika hendak masuk ke dalam lift, dia sempat berpapasan dengan seorang wanita berpenampilan mewah baru saja keluar dari ruangan kotak itu. Keduanya sempat saling melakukan kontak mata sampai akhirnya Razel sudah masuk ke dalam ruangan itu dan wanita yang di lewatinya tadi berdiri menatapnya dengan senyuman sinis.
“ Ada apa dengan wanita itu.?” Benak Razel bingung.
Setelah pintu lift kembali terbuka di lantai yang Razel tuju, rupanya Alvero sudah menunggunya disana dan memandunya menuju ruangan Fernandes.
“ Tuan Fernandes sudah menunggumu di dalam.” Ucap Alvero sambil membuka pintu ruangan itu kepada Razel.
Begitu Razel masuk ke dalam, dia langsung di sambut oleh Fernandes dengan mempersilahkannya duduk di atas sebuah sofa di ruangan itu. Dia juga memerintahkan orang untuk membawa minuman dan cemilan untuk mereka berdua.
Tak lama setelah itu orang suruhan Fernandes masuk dengan membawa pesanan yang di minta oleh bosnya. Kemudian mereka berdua dapat memulai obrolan yang sempat tertunda.
“ Kedatangan saya kemari untuk meminta maaf pada anda atas apa yang telah saya lakukan kemarin, tolong maafkan saya pak Fernandes.” Ucap Razel dengan menundukkan kepalanya.
“ Ku maafkan. Tapi aku penasaran dengan alasanmu melaporkan ku ke polisi hanya karena Giovani dan tato yang di miliki oleh Alvero. Apa itu membuatmu mengira kalau aku seorang ketua gangster.?” Lontar Fernandes membuat Razel bungkam.
“ Baik..baik.., ku sarankan untuk jangan ikut campur dengan urusan keluarga orang lain. Kau masih muda, dan urus dirimu sendiri saja.” Lanjut Fernandes lagi.
“ Baik pak, saya mengerti dan mulai hari ini saya tidak akan ikut campur lagi.”
“ Dan satu lagi, Giovani tidak akan bersekolah di tempat itu lagi karena aku akan mengirimnya ke sekolah baru yang jauh lebih baik.”
Razel tidak bisa berkata apa-apa lagi, dia tidak berhak untuk meminta Giovani tetap bersekola di sana. Dan dari lubuk hatinya yang paling dalam dia ingin meminta maaf kepada Giovani karena tidak berhasil menjadi guru yang terbaik untuknya.