Chapter 9

1038 Kata
Dua jam kemudian Setelah pertemuan Devan dengan rekan bisnisnya selesai, Ara di jemput oleh supirnya untuk pulang ke rumah, sedangkan Devan kembali ke kantornya, sendirian. Namun, Ara yang tengah malas untuk langsung pulang pun akhirnya meminta supirnya untuk ke suatu tempat terlebih dahulu "Tolong antarkan aku ke Sumida Park," pinta Ara "Baik, Nyonya." ujar supirnya. Mobilnya pun melaju menuju tempat yang di sebutkan oleh Ara. Dalam perjalanan menuju ke Sumida Park, Ara lebih banyak bermain ponselnya. Flashback On "Gunakan ponsel ini. Aku sudah memasukkan nomor baru di ponsel ini." ujar Devan memberikan ponsel baru pada Ara, dan menyahut ponsel lama Ara Sehari sebelum menjadi Nyonya Thompson, Ara menggunakan ponsel baru, dan nomor baru. Sedangkan ponselnya yang lama telah di buang oleh Devan. Ara sama sekali tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menuruti apa kata Devan. Flashback Off "Nyonya." panggil supirnya Ara pun tersadar dari lamunannya, dia melihat ke sekitar "Kita sudah sampai, Nyonya." ujar Supirnya "Tunggu di sini. Aku tidak akan lama." ujar Ara "Baik, Nyonya." Ara pun keluar dari mobil, lalu berjalan di sekitar sungai Samida. Dia sangat menikmati pemandangan yang ada di Sumida Park. "Hah .... " Ara menghela nafasnya untuk menghilangkan beban yang di pikirkan. Dia duduk di salah satu bangku kosong sembari melihat orang yang berlalu lalang. Terlihat banyak orang yang bahagia, sedangkan Ara sekarang merasa tidak bahagia sama sekali, di dalam hatinya terasa hampa, dan kesepian. Tiga puluh menit kemudian Setelah merasa lebih baik, Ara pun kembali menuju mobilnya. tap tap tap Disisi lain ada seseorang yang memperhatikan Ara, dan membuntutinya. KLAP Ara masuk ke dalam mobil, dan meminta supirnya untuk pulang sebelum Devan sampai di rumah lebih dulu. Ketika mobil berjalan, Ara melihat keluar jendela, dan melihat ke salah satu arah. Ara terkejut dengan apa yang di lihatnya, namun dia langsung menetralkan wajahnya kembali seperti tidak ada apa-apa. Di dalam perjalanan pulang, Ara lebih banyak diam dan memikirkan apa yang dilihatnya tadi. "Apa benar yang aku lihat tadi?" batin Ara. "Atau hanya halusinasiku saja." Ketika Ara sampai di rumah, dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Tidak lama setelah dia pulang, Devan pun sampai di rumah. Ara yang tengah berada di kamarnya, tiba-tiba di hampiri oleh Devan, dan ditanyai. "Kenapa tidak langsung pulang?" Selesai Ara bertemu dengan Devan, dan setiap kali Ara pulang pasti Devan mengecek keberadaannya dari supirnya atau dari pelayan di rumah. "Aku hanya ingin melihat pemandangan di luar untuk sebentar saja." ujar Ara Setelah mendengar jawaban Ara, pria itu langsung keluar dari kamar Ara, lalu dia masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan di dalam kamar, Ara hanya duduk diam di atas tempat tidurnya. Dia hanya menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Ara memikirkan kejadian tadi ketika dia ada di Sumida Park, dia merasa penasaran dengan apa yang dilihatnya. "Apa benar dia?" gumam Ara tok tok tok "Masuk." sahut Ara Pintu kamar Ara terbuka, dan terlihat seorang pelayan masuk "Maaf, Nyonya. makan malam sudah siap," ujarnya "Baiklah." ujar Ara Setelah itu, Pelayan itu keluar dari kamar Ara. Tidak lama, Ara pun keluar untuk ke ruang makan. tap tap tap Ketika sampai di ruang makan, ternyata tidak ada Devan. Karna sudah terbiasa jadi dia tidak bertanya, Ara menikmati makan malamnya sendirian. Namun, Ketika makanan Ara akan habis tiba-tiba Devan datang ke ruang makan. "Kenapa tidak menungguku?" tanyanya sembari duduk "Bukankah sudah biasa jika aku makan sendirian." jawab Ara menikmati makanannya Suasana terasa hening, Ara segera menyelesaikan makan malamnya supaya dia bisa cepat masuk ke kamarnya "Aku sudah selesai. aku akan ke kamar." ujar Ara Tidak ada sahutan dari Devan, mereka berdua sangat acuh satu sama lain. Bahkan Ara merasa tidak di anggap oleh Devan, walaupun mereka tinggal di satu atap. Ara sampai bingung kenapa dia bisa menikah dengan orang yang seperti Devan. Padahal Devan sendiri yang meminta Ara untuk menikah dengannya, namun sikap Devan tidak menunjukkan jika dirinya ingin menjalin hubungan yang serius. BRAK "Untuk apa aku menikah jika seperti ini?" gumam Ara sedih Dia melihat keluar jendelanya, dan memandangi langit. "Di luar sana pasti sudah banyak yang berubah," gumam Ara sekali lagi sembari menghela napas. Malam semakin larut, Ara akhirnya beristirahat. Ketika Ara tengah terlelap tidur, ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya tap tap tap Secara perlahan orang itu menghampiri Ara. "Maaf." ujarnya sembari mengelus rambut Ara Untuk beberapa saat orang itu memandangi wajah Ara, dan tatapan matanya sangat sendu. Dia membenarkan selimut Ara, lalu dia berjalan meninggalkan kamar Ara. Ara yang sedikit terbangun, dia samar-samar melihat punggung orang itu. Namun, karna rasa mengantuknya lebih besar, Ara pun akhirnya kembali memejamkan matanya *** Keesokan paginya Ara yang tengah menikmati sarapan sembari melirik Devan yang duduk di sebelahnya. "Apa benar yang aku lihat kemarin malam adalah dia, tapi kenapa dia masuk ke kamarku? atau aku hanya bermimpi saja?" batin Ara "Ada apa?" tanya Devan sembari menutup majalahnya "Ah! Ehm ... Ti-tidak ada apa-apa." jawab Ara Dia langsung menundukkan kepalanya, lalu menikmati sarapan paginya. Tidak ada pembicaraan lagi dari kedua orang itu, mereka sama-sama menikmati sarapan paginya. Setelah kepergian Devan ke kantor, Ara masuk ke dalam kamarnya untuk melukis. Biasanya Ara seharian tidak keluar dari kamar, dan juga melewatkan makan siangnya. Bagi Ara, sekarang dia lebih memilih tidak keluar dari kamar hanya untuk menuangkan semua yang di pikirkan di dalam sebuah lukisan Tok Tok Tok "Ya masuk." Sahut Ara yang fokus pada lukisannya CKLEK "Maaf Nyonya. Untuk makan siang, apa Anda ingin makan di kamar atau di ruang makan?" tanya pelayannya "Aku sedang tidak ingin makan, jadi tidak perlu menyiapkan makanan." jawab Ara sembari melukis "Baik, Nyonya." "Jika tidak ada lagi kamu bisa keluar. Lakukan saja pekerjaanmu, jika aku butuh sesuatu, kamu akan aku panggil." ujar Ara Pelayannya sedikit membungkuk, lalu dia keluar dari ruangan Ara. Sedangkan Ara tiba-tiba menghentikan melukisnya, lalu dia teringat dengan orang yang dilihatnya kemarin "Apa aku perlu ke sana lagi untuk memastikannya?" gumam Ara berpikir Namun, untuk Ara keluar rumah saja dia harus meminta ijin dari Devan, dan jika tidak penting maka tidak akan diijinkan oleh Devan. Sedangkan di tempat lain, di Hotel Max Asakusa Sky, seseorang tengah memikirkan juga apa yang di lihatnya kemarin di Sumida Park "Apa benar dia, Ara? Jika benar dia (Ara) yang aku kenal, kenapa dia tidak pulang? Lalu jika itu Ara, kemarin dia naik mobil siapa?" gumamnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN