Chapter 8

1019 Kata
Keesokan paginya, Ara bangun dari tempat tidurnya. Dia merenggangkan badan, dan mengumpulkan nyawanya, Lalu setelah itu dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Selama sepuluh menit Ara berada di kamar mandi. Setelah selesai bersiap, Ara membawa tasnya untuk keluar dari kamar. CKLEK Ketika pintu terbuka, Ara melihat orang suruhan Devan masih tetap berada di depan pintu. Ara yang melihatnya pun hanya bisa menghela nafas saja. Dia akhirnya berjalan keluar dari hotel Ara sama sekali tidak bisa lepas dari pengawasan orang itu, bahkan ketika Ara ingin ke kamar kecil pun juga di jaga ketat di depan pintu masuk. "Aku benar-benar tidak suka dengan keadaan ini," gumam Ara di depan cermin Gadis itu ingin mencoba kabur dari pengawasan orang suruhan Devan. Dia akhirnya merencanakan sesuatu. Ara keluar dari kamar kecil, lalu berkata "Bisa tolong belikan makanan ini." pintanya sembari menunjukkan gambar makanan Orang suruhan Devan menggelengkan kepalanya, lalu Ara bilang "Jika kamu tidak mau, maka aku yang akan pergi sendiri karna harus ada yang tetap tinggal disini untuk menunggu makanan yang sudah aku pesan tadi." Akhirnya orang suruhan Devan pun berangkat untuk membeli makanan yang diminta Ara. Beberapa menit berlalu. Ara tahu jika makanan yang dimintanya tadi harus mengantri hingga lama, jadi ini kesempatan dia untuk kabur. Gadis itu membayar makanannya, lalu dia pergi. Ara mencoba untuk pergi ke Airport karna kemarin malam dia sudah memajukan tanggal tiket untuknya pulang "Semoga aku bisa sampai di airport, dan pulang." gumam Ara yang jalan tergesa-gesa. Dia berjalan menuju ke stasiun kereta untuk menuju ke Narita Airport. *** Satu tahun berlalu Ketika tidak ada teman atau kerabat yang bisa kita mintai tolong, atau tidak ada orang yang kita kenal di negara itu. Maka semua kehidupan akan terasa sepi dan sunyi. Walaupun kita bersama dengan seseorang yang memiliki segalanya, dan bisa memberikan apa saja yang kita inginkan, namun hati kita akan terasa kosong. Itu semua di rasakan oleh Ara yang sudah tinggal di Jepang selama satu tahun lebih. Bahkan dia tidak bisa menghubungi Fanya yang sudah di anggapnya sebagai keluarga. Entah apa yang sedang di lakukan Fanya di Korea sekarang, yang pasti Ara telah putus kontak dengannya sejak Ara bersama dengan Devan. Dan tidak terasa jika sudah satu berlalu. Ara yang menjalani kehidupannya sebagai Nyonya Thompson, yaitu CEO DT Company. “Selamat pagi Nyonya,” sapa pelayannya “Pagi. Apa Tuan Devan sudah berangkat?” tanya Ara “Tuan sudah berangkat, Nyonya.” Jawab pelayannya “Apa dia mengatakan sesuatu sebelum berangkat?” tanya Ara. “Tidak Nyonya,” jawab pelayannya. Ara pun menikmati sarapan paginya, sendirian. Walaupun dia sudah menikah dengan Devan, namun kehidupan pernikahannya sangat jauh dari bayangannya. Selesai menikmati sarapannya, Ara pun kembali ke kamarnya. Dia mengerjakan lukisannya yang belum selesai. Sebelum beranjak, dia meminta pelayan untuk mengantarkan teh ke kamarnya. Tok tok tok “Masuk,” sahut Ara Pintu kamar pun terbuka, terlihat seorang pelayan masuk dan membawa secangkir teh. “letakkan saja di atas meja,” titah Ara Pelayan itu pun melakukan apa yang di perintahkan oleh Ara. Setelah itu, pelayan itu keluar dari kamar Ara. Beberapa jam berlalu Ara yang masih menyelesaikan lukisannya tiba-tiba mendapatkan telepon dari Devan. “Ya. Halo?” sahut Ara “datanglah ke kantorku,” titah Devan “baiklah.” Ujar Ara Tidak ada bantahan atau pertanyaan yang keluar dari mulut Ara, karna dia tahu jika Devan memerintahkannya untuk datang ke kantor maka dia tidak bisa menolak atau bertanya, walaupun Ara tengah sibuk. Ara langsung mengganti pakaiannya, lalu berangkat dengan supirnya menuju ke kantor Devan. Dia hanya menatap keluar jendela setiap kali keluar dari rumah, dan hanya diam di dalam mobil. Ara yang dulu ceria, cerewet, dan juga banyak tersenyum sekarang lebih sering diam, dan tidak banyak bicara. Gadis itu lebih sering menumpahkan semua perasaannya pada lukisan yang dia buat, dan selalu dia simpan di sebuah ruangan supaya Devan tidak bisa melihatnya. Mobil berhenti di sebuah gedung yang tinggi. Lalu seseorang membuka pintu belakang mobil. Klap Tap tap tap Ara berjalan masuk ke dalam kantor Suaminya. Dia langsung menuju ke lift khusus ke ruang CEO. “selamat siang, Nyonya.” Sapa Sekretaris Devan “Siang. Apa Pak Devan ada di dalam?” tanya Ara “Beliau sudah menunggu Anda di dalam,” jawabnya. Ara pun langsung mengetuk pintu ruangan Devan “masuk.” Sahut Devan CKLEK Ara membuka pintunya, kemudian dia masuk ke dalam ruangan CEO. Setelah itu, dia menutup kembali pintunya “Ada apa?” tanya Ara langsung “Duduklah!” titah Devan Wanita itu langsung duduk di kursi depan Devan, lalu dia diam dan tidak bertanya lagi. “kita akan bertemu dan makan siang bersama dengan salah satu rekan bisnisku, jadi jaga sikapmu seperti biasanya.” Jelas Devan Seketika itu juga Ara mengerti dengan maksud Devan yang memanggilnya datang ke kantor. Mereka berdua akhirnya beranjak dari ruangan CEO. “jika ada yang mencariku, katakan jika aku keluar bersama dengan istriku.” Ujar Devan pada Sekretarisnya “Baik pak.” Ujar sekretarisnya sembari sedikit membungkuk. Devan dan Ara berjalan ke lift, lalu turun ke lantai 1. Ketika berjalan keluar, ternyata mobil Devan sudah siap. KLAP Tanpa menggunakan sopir, Devan pun mengendarai mobilnya. Hanya dia dan Ara yang berangkat ke salah satu restoran untuk bertemu rekan bisnisnya. Beberapa menit kemudian mereka sampai. Salah seorang petugas membukakan pintu untuk Devan, lalu Devan berjalan ke pintu samping untuk membukakan pintu Ara. Mereka berdua sampai lebih dulu dari pada rekan bisnis Devan. Lalu seorang pelayan mengantar mereka ke sebuah ruangan yang sudah di pesan oleh Devan “silahkan.” Ujar pelayan Devan dan Ara masuk ke dalam ruangan tersebut, lalu mereka duduk sembari menunggu. Tidak lama kemudian rekan bisnis Devan datang. “Selamat siang Mr. Hiroshi,” sapa Devan mengulurkan tangannya Rekan bisnis Devan membalas uluran tangannya. Lalu Devan mempersilahkan Mr. Hiroshi untuk duduk Mereka mulai memesan makanan. Ara yang duduk di sebelah Devan pun hanya diam, dia sudah biasa menemani Devan untuk bertemu dengan rekan bisnisnya. Tidak banyak yang Ara pahami tentang pembicaraan Devan dan rekan bisnisnya. Walaupun sudah tinggal satu tahun di Jepang, tapi Ara masih tidak mengerti dengan beberapa bahasa yang digunakan. Dan setiap kali Ara ikut bersama dengan Devan, dia lebih sering diam. "Apa kamu ingin makan sesuatu?" tanya Devan berbisik Ara hanya menggelengkan kepalanya, dan tersenyum. "yang kamu pesan saja sudah cukup," ujar Ara "Baiklah." Ara hanya bisa mendengarkan pembicaraan Devan dengan rekan bisnisnya. Dia mengerti beberapa dari pembicaraan Devan dan Mr. Hiroshi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN