Bab 5

913 Kata
Gina berjalan dengan susah payah memasuki kamarnya sambil meringis karena rasa nyeri di bagian bawah tubuhnya. Begitu masuk ke dalam kamar, ia langsung menuju ranjang dan menghembuskan nafas lega begitu berhasil duduk di sana. Bayangan kejadian semalam kembali berputar dalam ingatan Gina. Membuatnya kembali merasa kesal dan marah pada dirinya sendiri yang begitu bodohnya terbuai oleh sentuhan Dokter Rafael hingga berakhir dengan kehilangan hartanya yang paling berharga. Tidak ingin terlalu terpuruk dengan pemikiran tentang kejadian semalam, Gina buru-buru meraih tas miliknya dan mengeluarkan sebuah kantong plastik berisi sebuah obat di dalamnya. Saat pergi dari hotel tersebut dan dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Gina sempat mampir ke apotek dan membeli obat pencegah kehamilan untuk dirinya. Mengingat saat ini adalah periode masa suburnya, tentu saja ia tidak ingin mengambil resiko dengan hamil di luar nikah setelah kejadian semalan. Apalagi pria yang berhubungan dengannya adalah pria yang mencintai kakak iparnya sendiri. Gina segera mengeluarkan sebutir obat dan langsung memasukkannya ke dalam mulut, ia kemudian mengambil gelas berisi air yang ada di atas meja kecil samping ranjangnya dan meminumnya untuk membantu ia menelan obat tersebut. Setelah selesai, ia kembali memasukkan sisa obat tersebut ke dalam kantong kresek kemudian memasukkannya ke dalam laci yang ada di samping ranjangnya dan disembunyikan di bagian paling belakang agar tidak ditemukan oleh keluarganya. Beberapa saat kemudian, Gina merasa kepalanya mulai terasa pusing. Ia mengingat petugas di apotek tempatnya membeli obat pencegah kehamilan tadi sempat mengatakan bahwa efek dari mengoncumsi obat tersebut akan membuatnya merasakan pusing, mual, rasa lelah dan beberapa kondisi tidak nyaman lainnya. Sepertinya rasa pusing yang mulai ia rasakan saat ini karena efek obat tersebut mulai muncul. Karena semakin merasa tidak nyaman pada tubuhnya, Gina akhirnya menaikkan kedua kakinya ke atas ranjang dan menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lalu berbaring nyaman di sana. Baru saja memejamkan mata dan bersiap untuk istirahat, matanya harus kembali terbuka saat suara dering ponsel terdengar dari dalam tasnya. Dengan sedikit memaksakan tubuhnya ia meraih tas yang ia letakkan di meja kecil samping ranjang dan mengeluarkan benda pipih yang terus berdering itu. Begitu melihat ke layar ponselnya, ia menemukan bahwa yang menelponnya saat ini adalah kakak iparnya Arumi Naswa. “Halo kak Arum,” jawab Gina setelah menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya ke telinga. “Halo Gina, kamu dimana sekarang?” Tanya Arum dari sebrang telepon. “Aku di rumah kak, ini lagi rebahan di kamar,” jawab Gina. “Tadi dokter Rafael nyariin kamu.” Perkataan Arum tentu saja membuat Gina sangat terkejut. Ia sampai melupakan rasa pusing di kepalanya dan reflek bangun dari pembaringan. Jantungnya berdegup kencang, merasa begitu takut jika pria itu mengatakan apa yang sudah terjadi antara mereka semalam pada semua anggota keluarganya. “Di..dia ngomong apa kak pas nyariin aku?” tanya Gina was-was. Ia menunggu jawaban Arum dengan rasa gugup dan panik. “Katanya semalam pas kamu nganterin dia ke kamar, dia nggak sengaja ngambil benda milik kamu,” jawab Arum. “Emang benda apa yang dia ambil Gin?” lanjut Arum bertanya. Gina langsung menghela nafas lega mendengar jawaban Arum. Ternyata pria itu tidak bertindak gegabah dengan mengatakan apa yang terjadi diantara mereka pada keluarganya. “Bukan hal penting kok kak. Nanti biar aku sendiri yang ngambil benda itu di dia,” jawab Gina. “Ya udah kalau gitu,” jawab Arum. “Oh iya, kata Mama kamu pulang duluan karena nggak enak badan dan jalan kamu agak pincang. Kaki kamu nggak pa pa?” tanya Arum. Gina bisa mendengar nada khawatir dari suara kakak iparnya itu. Bagaimanapun juga, Arum adalah kakak ipar yang paling dekat dengan dirinya, jadi sudah sewajarnya jika Arum lebih mudah merasa khawatir saat mendengar dirinya sakit atau terluka. “Kaki aku baik-baik aja kok kak. Aku pulang duluan karena ngerasa pusing dan sedikit kelelahan aja, jadi kakak nggak perlu khawatir,” jawab Gina berusaha menenangkan Arum agar tidak semakin khawatir padanya. Terdengar helaan nafas dari sebrang telepon tersebut. “Ya udah kalau kamu ngerasa nggak pa pa. Pokoknya kalau emang rasa pusing kamu belum membaik kabarin kakak ya, nanti biar kakak yang temenin kamu periksa ke dokter.” Gina reflek memberikan anggukan, namun kemudian tersadar bahwa kakak iparnya itu tidak bisa melihatnya saat ini. “Iya kak, kalau aku ngerasa belum baikan pasti bakal langsung ngehubungin kakak,” jawab Gina. “Udah dulu ya kak, aku mau istirahat,” lanjutnya. “Ya udah, kamu istirahat gih.” Sambungan telepon mereka akhirnya terputus dan Gina segera meletakkan kembali ponselnya di meja samping ranjangnya lalu berbaring kembali. Ia kemudian mulai memegangi perutnya saat tiba-tiba perasaan khawatir kembali menggerogoti dirinya. Kepalanya terus saja memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dalam beberapa minggu kedepan. Bagaimana jika ternyata walau sudah meminum satu butir obat pencegah kehamilan itu ia tetap saja hamil? Gina kembali bangun dari pembaringannya dan dengan terburu-buru membuka laci tempat ia meletakkan kantong kresek berisi obat pencegah kehamilan itu. Begitu meraih obat tersebut, ia langsung membuka bungkusan obat itu dan mengeluarkan dua butir obat dari sana. Tanpa menunggu lama, Gina langsung memasukkan dua butir obat tersebut ke dalam mulutnya dan menggunakan sisa air di dalam gelas untuk membantunya menelan dua butir obat itu sekaligus. Walau obat sudah ditelan, nafasnya masih saja memburu karena rasa khawatir dan takut yang terus menggerogoti hatinya. Ia beberapa kali menggelengkan kepalanya, berusaha menghalau segala pikiran buruk yang terus saja membuatnya merasa semakin ketakutan. Kamu nggak boleh lemah Gina. Seperti dia yang sudah melupakan kamu, kamu juga harus berusaha untuk tidak memiliki alasan apapun untuk berinteraksi dengan dia lagi, batin Gina
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN