"Apakah sakit ini karena Wein itu?" Laksa menoleh dengan tatapan tak percaya. Jelas, pertanyaan Naya benar, juga jawabannya iya. Namun tak bisakah Naya tak perlu menanyakan penyakit dan sebab-musababnya? Tak ada jawaban dari Laksa. Ia memalingkan wajah. Mulutnya sibuk mengunyah apel meski terkadang masih mual. "Kalau iya, berarti Wein tidak baik untuk kesehatan hati Tuan." Meski tak saling bertatap mata, Laksa tetap mengangguk dalam keheningan ruang rawat lantai 2 RSUD. Jantungnya kebat-kebit saat Naya mengucap 'hati.' Laksa tahu benar hati yang Naya maksud adalah organ tubuhnya. Namun mengapa, rasanya Naya seperti sedang menanyakan keadaan hati Laksa. Hati? Hati? Sakit hati? Hati sapi? Hati-hati di jalan? Hati yang mana ini? Tiba-tiba semua tereja rancu di kepala Laksa. Tak terasa