Kenyataan yang terjadi II

1004 Kata
"Raina." "Erika." Keduanya saling menyebut nama dan tak lama kemudian saling berpelukan. Zara semakin dibuat bingung dengan situasi ini. "Sayang kamu sudah besar?" Tanya nenek yang seumuran dengan nenek Zara dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan kondisi yang semakin rumit ini Nenek Raina sadar harus menjelaskan semua terlebih pada Zara. Mereka pun dipersilahkan masuk ke dalam mansion. Pertama masuk Zara terkesima melihat ornamen dan lampu gantung yang ada di langit-langit begitu megahnya bak istana. Rumah mewah yang bukan hanya luas di luar bahkan di dalamnya begitu mewah. Zara sampai tak bisa berhenti kagum melihat semua. Nenek Raina mempersilahkan Zara dan neneknya untuk duduk. "Sayang kamu mau minum apa?" Tanya nenek Raina dengan membelai lembut rambut Zara. Zara yang merasa diperlakukan berlebihan oleh nenek Raina merasa canggung. "Tidak perlu mmmm," jawab Zara dengan ragu sembari tangan masih menggenggam nenek Erika. "Panggil nenek seperti nenekmu." Nenek Raina meminta dengan lembut, melihat kecanggungan di mata Zara mencoba meluruskan semua. "Bibi, ambilkan orange juice dan cemilannya!" Perintah nenek Raina pada pelayan yang sedari tadi sudah bersiap di sana. "Baik nyonya." Jawab pelayan itu sambil membungkuk. Setelah pelayan membawakan minuman dan beberapa cemilan manis, nenek Raina mempersilahkan dahulu untuk menikmatinya. Dengan sopan Zara dan neneknya mulai mereguk pelan minuman yang telah di sajikan. Ketika suasana sudah mulai dirasa tenang, Nenek Raina dengan perasaan yang ditahannya sedari tadi mulai meluapkan semua dengan menggenggam tangan Zara. "Sayang, nenek adalah nenekmu juga." Zara menganggukkan kepalanya pelan, dia berpikir bahwa nenek Raina ingin dianggap sebagai neneknya juga. "Aku nenek kandungmu sayang." Zara terkejut tak percaya. Zara masih diam seribu bahasa. Bingung dengan situasi yang terjadi ini. "Ya, aku akan pulang dulu nek." Salam perpisahan sementara Zara pada nenek Raina yang masih berharap cucunya akan tinggal bersamanya saat ini juga, namun karena keadaan, mereka belum bisa hidup bersama. Perjalanan pulang menuju rumah pikiran Zara berlarian kesana kemari. Nenek yang sedari tadi hanya diam saja, belum menjelaskan apa-apa sampai sekarang. Hanya Nenek Raina yang berbicara panjang menjelaskan banyak hal saat di mansion tadi. Zara teringat kembali pada nenek Raina. EPILOG "Zara nenek akan menceritakan kisah masa kecilmu." Ucap nenek Raina dengan pandangan mata ke depan. Terlihat mata itu membendung air mata di pelupuk matanya, dengan cepat Zara mengambil tisu di atas meja. "Sayang, orang tuamu sangat beruntung dikaruniai malaikat cantik sepertimu. Ayahmu adalah seorang Presdir Perusahaan. Ibumu pun sama hebatnya dengan ayahmu seorang Ketua Yayasan dalam bidang kemanusiaan." Nenek Raina menghela nafas panjang. "Tahun 98 saat usiamu masih 1 tahun, peristiwa nahas itu terjadi." Nenek Raina tak kuasa menahan air mata. Zara refleks mengusap punggung nenek Raina. "Orang tuamu mengalami kecelakaan pesawat pribadi ketika pergi ke negara S dan jasad mereka tidak pernah ditemukan." Zara kaget bukan main. Merasa tidak siap, tapi walau bagaimanapun akhirnya cepat atau lambat dia akan mengetahui semua yang terjadi ini. Sementara itu di balik penjelasan tiba-tiba ini, terselip sebuah amanat yang pernah di ucapkan oleh orang tua Zara dulu. Hal tak terduga, orang tua Zara berjanji bahwa mereka akan menikahkan Zara dengan sahabat anaknya kelak. Hal ini dilakukan untuk menyatukan persahabatan menjadi ikatan yang lebih kuat yaitu keluarga. "Benarkah nek?" Tanya Zara yang kembali menepikan mobil seperti tidak kuat menerima ini semua, padahal sejak kecil dia sudah hidup tanpa orang tuanya, tetapi rasa kehilangan itu ternyata tak bisa di tutupi. Nenek Erika memandang Zara dengan tatapan yang menguatkan. "Sayang, nenek membuka semua ini bukan untuk melihatmu lemah." Puluhan tahun telah berlalu. Zara sudah menjadi wanita karir yang sukses. Nenek Erika berpikir sudah waktunya dia mengetahui yang sebenarnya. Bahwa Zara masih mempunyai seorang nenek dari ayahnya yaitu nenek Raina. Ya, 26 tahun lalu ketika usia Zara 1 tahun dia di amankan karena kondisi perusahaan yang dikuasai oleh pengkhianat yang haus akan kekuasaan. Kepergian Anggara mengakibatkan para pemegang saham lainnya berebut kekuasaan. Beruntung sahabatnya yaitu Handana yang juga memiliki saham di perusahaan Anggara mendapatkan suara terbanyak untuk bisa mengambil alih kepemimpinan perusahaan. Handana akan menjaga perusahaan Anggara hingga pewaris sah nya yaitu Zara sudah mencukupi umur untuk kembali ke perusahaan. Untuk menjaga keselamatan, Zara dititipkan pada pengasuhan nenek dari ibunya. Untuk menghilangkan jejak, nenek Erika selalu membawa Zara kecil berpindah-pindah tempat. Hingga situasi tenang dan perusahaan pulih Zara bisa kembali. Butuh waktu selama 3 tahun dengan bantuan dari sahabat orang tua Zara, akhirnya para pengkhianat itu bisa di tangkap. Akan tetapi dalang utama dari kejadian itu masih bebas berkeliaran diluar sana. Ketakutan itu membuat nenek Raina tetap menitipkan Zara pada pengasuhan nenek Erika dan setelah umurnya cukup Zara diperbolehkan kembali ke kota S. Nenek Raina kelak yang akan menjelaskan semua pada cucunya dan Nenek Erika boleh datang kapan saja kelak ketika sudah siap. Zara mengenal Perusahaan Anggara. Perusahaan yang sangat terkenal seantero jagad raya, tapi dia tidak pernah menyangka bahwa dia adalah anak kandung dari pemilik perusahaan itu. Zara masih merasa semua ini adalah mimpi. Dia mencoba bangun dari mimpinya, mencubit tangannya dan "Aaawwww." Zara meringis menahan sakit di tangannya. Nenek yang sedari tadi meyakinkan Zara dengan kenyataan ini dibuat kaget oleh cucunya. "Sayang, sekarang kamu telah mengetahui kenyataannya. Nenek minta maaf padamu, karena baru sekarang nenek memberitahumu. Dulu, di tahun-tahun pertama merawat mu nenek amat kesulitan." Nenek menghela nafas. "Nenek selalu berpindah-pindah tempat karena banyak yang mengincar mu. Bahkan nenek harus meninggalkan desa kelahiran ibumu." Nenek teringat pada sosok anak yang dikasihinya. "Dulu nenek hanya berpikir untuk melindungi mu, namun sekarang nenek sadar bahwa kau harus mengetahui asal-usul mu," tegas nenek. Zara kemudian memeluk neneknya. "Nek, terimakasih sudah merawat Zara hingga sebesar ini. Nenek pasti banyak mengalami masa-masa sulit." Zara sambil mengusap punggung neneknya. Neneknya melepaskan pelukan Zara dan menatap lekat matanya. Dia mengusap air mata pada pipi Zara. "Nenek sangat menyayangimu. Kamu harus bahagia sayang," ucap neneknya. Zara mengangguk. Dia tak ingin membuat nenek Erika khawatir lagi. Dulu banyak sekali prasangka yang menghantui Zara. Apakah mungkin dia hanya seorang anak yang tidak diinginkan orang tuanya? Setiap malam dia juga berdoa semoga suatu hari dia bisa berjumpa dengan ayah dan ibunya. Zara masih membenamkan wajahnya di bantal. Air mata masih terus membasahi pipinya. Dia masih tidak menyangka bahwa orang tuanya telah tiada.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN