Rencana Pernikahan

1003 Kata
Sementara itu di mansion mewah yang tadi didatangi Zara. Nenek Raina masih dalam perasaan bahagia setelah bertemu cucu kandung perempuannya. "Sayang kamu sudah pulang?" tanya nenek Raina. "Ya nek, aku pulang lebih awal, sedikit tidak enak badan." Jawab seorang pria tampan berumur 32 tahun. Nenek Raina yang mendengar cucu laki-lakinya tidak enak badan langsung khawatir. "Sayang nenek panggilkan dokter ya!" Masih dengan perasaan khawatir. "Tidak nek, aku sudah minum obat sudah enakan." Jawab Zico agar neneknya tidak panik berlebihan. Zico adalah tuan muda di mansion ini. Putra dari Handana. Dari kecil Zico sudah tinggal bersama Nenek Raina karena nenek dan kakek dari orang tuanya sudah meninggal dunia. Setelah suasana tenang di tahun 2000, keluarga Handana menghandle semua perusahaan dan Zico yang mengetahui orang tuanya sangat sibuk mendapatkan kasih sayang dari Nenek Raina. Zico kecil di umur 6 tahun merengek tinggal bersama Nenek Raina ketika orang tuanya akan membawanya ke luar negeri. Tahun kelam yang membuat orang tuanya membereskan pekerjaan di Negara S selepas kejadian nahas terjadi. Nenek Raina memegang tangan Zico, menyuruhnya untuk duduk di sampingnya. "Tampaknya ada hal yang akan nenek bicarakan", pikir Zico. "Sayang kamu mau kan mengabulkan permintaan nenek?" Seketika Zico bisa menebak kalo permintaan neneknya pasti adalah hal yang sangat penting. "Memang apa permintaan nenek?" Tanya Zico menggenggam tangan neneknya. Zico sedari kecil memang sangat menyayangi nenek Raina sehingga apapun bisa saja Zico lakukan untuk kebahagiaan Neneknya. "Nenek ingin kamu menikahi seseorang yang nenek kenal." Permintaan nenek Raina membuat Zico tersentak kaget. Ya, identitas dari Zara memang masih harus disembunyikan. Terlebih memang masih ada dalang utama di balik pengkhianatan tahun 98 yang ingin membalas dendam pada keluarga Anggara hingga anak cucunya. Hal ini disampaikan kesaksian terakhir salah satu pengkhianat yang mengungkap kebenaran sebelum akhirnya ditemukan meninggal di penjara. Zico seorang yang mempunyai sikap dingin, arogan, dan keras kepala. Namun karena ketampanan, kesuksesan dan latar belakang konglomerat, banyak wanita yang tergila-gila padanya. Tetapi entah kenapa sampai saat ini hatinya masih tertutup rapat. Dia masih belum menemukan wanita yang bisa mengetuk pintu hatinya. Di tempat lain Zara masih berperang dengan pikirannya. "Menikahlah dengan anak dari sahabat orang tuamu. Dia sudah nenek anggap sebagai cucu nenek juga!" Itulah permintaan nenek Raina. Bukan! Lebih tepatnya, janji orang tuanya dulu. Ya. Orang tua Zara dan Zico sudah sepakat agar kelak setelah dewasa anak-anaknya bisa menikah. Untuk menjadikan persahabatan menjadi ikatan yang lebih kuat yaitu keluarga. Orang tua Zico yang sedang berada di luar negeri mendapat kabar dari nenek Raina bahwa Zara telah kembali. Tentunya kabar ini harus tetap dirahasiakan tanpa diketahui oleh siapapun termasuk Zico. Perasaan antusias ingin segera bertemu dengan calon menantunya telah terbayang di pikiran orang tua Zico. Kerinduan mereka pada almarhum sahabatnya akan diobati dengan kehadiran putri semata wayangnya. Istri Tuan Handana bernama Vina. Mereka adalah pribadi yang hangat. Berbanding terbalik dengan anaknya. Mungkin karena dari kecil Zico tidak begitu dekat dengan orang tuanya hingga sifat mereka berbeda bagaikan langit dan bumi. Kepulangan orang tua Zico dari luar negeri disambut bahagia oleh nenek Raina yang sudah menganggap orang tua Zico seperti anak kandungnya. Zico menjemput orang tuanya di Bandara. "Mom, Dad." Peluk Zico pada kedua orangtuanya yang disambut dengan kecupan hangat dari ibunya. Zico yang merasa risih pada perlakuan ibunya membuat ayahnya geleng-geleng kepala dan tersenyum melihat tingkah anak dan istrinya. "Honey kamu terlihat tidak sehat? Kamu sakit?" Ibunya sangat khawatir melihat kondisi anaknya terlihat lebih kurus dari terakhir mereka bertemu. Di mata ibunya Zico masih seperti pria kecilnya, terlebih Zico jarang mengunjungi mereka hingga membuat orang tuanya selalu merindukan Zico anak semata wayangnya. "Tidak Mom, aku hanya sedang tidak enak badan sedikit, ayo kita pulang nenek sudah menunggu." Tidak lama setelah melepas kerinduan itu mereka segera menuju mansion dimana nenek Raina sudah menunggu mereka. Handana dan istrinya sangat merindukan tanah kelahirannya. Perusahaan Anggara yang berpusat di negara S membuat mereka menetap disana. Akan tetapi semua mereka jalani dengan bahagia, karena dengan begitu, mereka selalu merasa bersama dengan Anggara dan keluarganya. Sedangkan Zico yang dipersiapkan menjadi pemimpin perusahaan Handana sedari kecil sudah dilatih ilmu management , bisnis dan hubungan internasional yang membuatnya kini menjadi pemimpin yang disegani dan membuat Perusahaan Handana selalu berada di peringkat pertama di negeri ini. Mereka semua berkumpul di mansion, melepas rindu yang selama ini dirasakan. Dengan jamuan makanan-makanan favorit orang tua Zico, mereka merasa bernostalgia ke masa-masa mereka saat tinggal disini. Zico menceritakan bagaimana keadaan perusahaan saat ini, orang tuanya selalu kagum dan tak hentinya bersyukur memiliki anak seperti Zico. "Zico." Nenek membuka percakapan kembali setelah mereka asyik menikmati makanan penutupnya. "Ya nek?" Jawab Zico yang sudah selesai pada makanannya. "Kami sudah memutuskan pernikahanmu dengan gadis pilihan nenek, sayang." Zico sedikit kaget dengan ucapan nenek. "Nek apa tidak terlalu terburu-buru? Aku saja belum tahu siapa gadis itu." Zico masih mencoba menahan neneknya. "Siap atau tidak siap kamu akan tetap menikah dengannya sayang." Ucap nenek memantapkan hatinya. Orang tua Zico yang memang mendukung pernikahan ini hanya mengangguk dan tersenyum saat akhirnya Zico menerima ini semua. Zico sangat menyayangi neneknya sehingga permintaan paling tidak masuk akal sekalipun Zico terima. Nenek Erika sudah mendapatkan kabar bahwa sahabat orang tua Zara sudah kembali. Nenek Raina mengundang Zara dan nenek Erika ke mansion nya malam ini. Mereka akan dijemput Sopir pribadi nenek Raina. Nenek Erika yang berencana lama tinggal dengan Zara membangunkan Zara yang masih tidur dengan lelapnya. "Sayang." Nenek Erika membelai lembut rambut Zara. "Nenek." Zara masih setengah tidur beranjak ke pangkuan neneknya. Masih membelai rambut cucu kesayangannya, membuka percakapan. "Malam ini nenek Raina mengundang kita ke mansion nya untuk membahas pernikahanmu." Zara yang mendengar perkataan neneknya membelalakkan matanya berharap dia telah salah dengar. "Apa nek?" Zara mencoba meyakinkan kembali. "Ya sayang, nenek Raina mengundang kita ke mansion nya malam ini untuk membahas pernikahanmu." Jelas neneknya meyakinkan Zara tidak salah dengar dengan ucapan sebelumnya. Zara duduk menatap cermin di kamarnya, berbicara pada dirinya sendiri. Masih tak percaya dengan semua ini, namun dia tidak ingin mengecewakan orang tuanya. "Baiklah ayah, ibu. Aku tak bisa berbakti pada kalian selama hidupku. Ini pertama kalinya aku bisa membuktikan rasa sayangku pada kalian," lirih Zara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN