Lovinta menatap lurus ke depan dengan pandangan yang kosong setelah mendengar berita pagi ini yang sukses membuatnya terkejut. Kabar Nean kecelakaan sudah menyebar luas. “Sayang, kamu kenapa?” Edera menghampiri sang putri yang sedang melamun dengan air mata yang sudah mengucur deras membasahi pipinya. “Nean, mah.” Gadis itu berucap lirih, seolah sudah tidak ada daya lagi untuk melanjutkan ucapannya. “Kenapa lagi dengan leaki-laki itu?” wajah edera berubah sengit saat dia mendengar Lovinta menyebut nama lelaki yang pernah menyakiti anaknya dulu. “Dia kecelakaan.” Lovinta memejamkan matanya mencoba menghalau desiran perih yang berada di hatinya. Lalu gadis itu bangkit dari duduknya dan tidak lupa menyambar tas yang biasa dibawanya kerja. “Kamu mau kemana?” Edera menghadang langkah