Nean terlihat berlari tergopoh-gopoh menuju bangunan tua yang paling bersejarah di dalam hidupnya. Bangunan itu masih sama seperti terakhir kali Nean tinggal di sana, namun bedanya sekarang dinding-dindingnya sudah retak dan terlihat sangat rapuh. Nean tidak kuasa membendung air matanya saat menginjakkan kaki di halaman panti asuhan tempat di mana dahulu biasanya lelaki itu bermain. Sesaat Nean memejamkan matanya untuk mengingat semua memori bahagia yang bernah di alamninya di bangunan tua itu. “Kak Nean, ya?” Suara kecil nan imut itu membuat Nean harus terpaksa membuka matanya dan melihat siapa pelakunya. “Iya dek,” jawab Nean. “Kak Nean, ayo ikut sisil ke dalam.” Gadis berusia lima tahun itu membawa tangan Nean berlari sampai langkahnya tergopoh-gopoh. Di dalam hati Nean tertaw