6 | nyusahin

1601 Kata
Harlan benar-benar tidak menyangka jika dirina akan bertemu lagi dengan Gema malam ini, spesifiknya lagi di sebuah kelab malam. Setelah pertemuan mereka tadi siang, Harlan sama sekali tidak memikirkan kemungkinan jika mereka akan bertemu secara kebetulan lagi. Terlebih lagi, jika bisa sepertinya Gema memang tidak menginginkan sebuah pertemuan dengan Harlan untuk yang ke sekian kalinya. Tapi lucunya, malam ini mereka kembali bertemu, di sebuah tempat tak terduga dan pada waktu tak terduga pula. Bisa-bisanya Harlan menemukan Gema di sebuah kelab malam, dalam keadaan sendirian, mabuk berat, dan didekati oleh dua orang pria asing yang sepertinya memiliki niat macam-macam terhadap Gema. Rasanya Harlan mau marah pada Gema yang berada dalam situasi sekarang. Bukannya apa, tetapi Harlan menganggap jika Gema seolah tidak bisa menjaga diri sendiri. Tidakkah Gema jika berbahaya bagi seorang perempuan mabuk-mabukkan sendirian di sebuah kelab? Mau kelab elit sekalipun, pasti akan ada saja orang yang berniat jahat, terlebih lagi jika sudah berada di bawah pengaruh alkohol. Andai saja Harlan tidak menemukannya, mungkin Gema yang sudah mabuk berat dan setengah sadar ini akan dibawa kabur oleh dua laki-laki asing itu dan sesuatu yang buruk bisa saja terjadi padanya. Sesuatu yang bisa saja menghancurkan karir Gema, bahkan juga menghancurkan karirnya sendiri. Kedatangan Harlan dan pelukan Gema secara tiba-tiba pada Harlan dengan sukses membuat dua pria asing tadi pergi. Mereka tentu saja tidak berani macam-macam lagi karena tahu Gema tidak sendirian dan menganggap Gema datang dengan Harlan. Tetapi, Gema masih mabuk. Perempuan itu sudah tidak lagi memeluk Harlan, melainkan kembali posisi duduknya semula sembari menyandarkan kepala pada meja bar. Gema pun tertawa sendiri dan menatap pada Harlan. Melihatnya membuat Harlan berdecak. Ia kesal sendiri karena Gema yang benar-benar ceroboh seperti ini. Harlan pun berkacak pinggang di depan Gema. "Lama nggak ketemu, fungsi otak lo jadi berkurang atau gimana sih?" sindirnya pedas. "Gue nggak tau gimana pergaulan lo selama di Melbourne, nggak seharusnya lo mabuk-mabukkan sendirian begini. Lo hampir dibawa sama orang asing!  Who knows what they will do to you? Kalau tadi gue nggak datang, lo ancur, Gema!!!" Kalau sekarang Gema sedang berada dalam kondisi sepenuhnya sadar, ia pasti sudah membalas Harlan dengan ikut marah-marah dan sewot. Tapi sekarang, Gema justru tertawa-tawa saja, seakan yang dikatakan oleh Harlan tadi merupakan sebuah lawakan. Jari telunjuk Gema menunjuk pada Harlan. "Jagat...lo jadi makin ganteng, nggak dekil lagi," katanya yang sama sekali tidak nyambung.  "Gue emang makin ganteng, nggak kayak lo yang justru makin bego." Gema mencebik. "Jagat...jahat...kayak dulu..." "Lo yang jahat." "Enggak...lo yang jahat...semua cowok jahat...semua cowok bisanya bikin sakit hati..." Harlan tertawa sinis. "Lo lagi galau ya? Patah hati? Makanya mabuk-mabukkan begini? Bego banget, asli." Di luar dugaan Harlan, kata-katanya tadi dengan sukses membuat Gema langsung menangis. Airmata mengalir dengan deras membasahi wajahnya dan isaknya pun terdengar keras hingga suara bising di kelab ini pun tak mampu meredamnya. Beberapa orang menoleh pada mereka, menatap penasaran karena Gema yang menangis. Dan tentu saja, tatapan yang seolah menyalahkan tertuju pada Harlan.  Tidak heran jika mereka berpikir Harlan lah yang menjadi penyebab Gema menangis, karena memang saat ini Harlan yang berada di samping Gema. Bahkan teman-teman Harlan pun ikut menoleh dari meja mereka, menatap Harlan dan gema yang menangis dengan penuh rasa penasaran. Sial, kalau begini Harlan jadi panik sendiri. Sebisa mungkin ia menutupi Gema dengan tubuhnya agar tidak terlihat oleh orang lain, dan ia juga berusaha untuk membelakangi tatapan orang-orang agar mereka tidak menyadari siapa Harlan. "Kenapa lo malah nangis sih?! Orang-orang pada mikir kalau gue udah ngapa-ngapain lo," desis Harlan sebal pada Gema. Gema masih saja menangis dan terus menggumamkan kata-kata 'jahat'. Entah yang dimaksudnya jahat adalah Harlan atau bukan. "Anjir, Gema, stop nangis!!!" Gema menggelengkan kepala dan masih terisak, sementara yang melihat jadi semakin banyak. Gila, Harlan tidak tahu bagaimana caranya untuk menghentikan tangisan Gema ini. Sementara ia takut jika akan ada orang yang mengenali mereka disini dan pada akhirnya membuat gosip yang tidak-tidak. Berkali-kali Harlan menyuruh Gema untuk berhenti nangis, tapi tidak ada perubahan yang terjadi. Gema masih saja menagis seperti orang kesakitan. Pengaruh alkohol pada Gema sudah benar-benar kuat, hingga Gema tidak sadar jika sekarang ia sedang berada dalam situasi yang memalukan diri sendiri. Hingga pada akhirnya, Eno datang menghampiri Harlan. Sebagai manager Harlan, tentu Eno juga ikut panik dan tidak mau Harlan terlibat sebuah masalah. "Lo kenapa, anjir?" Tanya Eno begitu sudah berada di samping Harlan, laki-laki itu pun melihat ke arah Gema. "Loh? Ini Gemani Danakitri, kan? Kok bisa nangis sih? Lo apain?!" "Nggak gue apa-apain." Harlan langsung menjawab. "Ini orang mabuk sendirian tadi, gue samperin karena dia mau dideketin orang asing. Terus tiba-tiba nangis begini." "Beneran nggak lo apa-apain kan?" Harlan mendelik pada Eno yang seolah tidak percaya padanya. "Udah dibilang kaga!" "Tapi banyak yang ngeliatin ini, Lan. jangan bikin gue pusing lah kalau misalnya besok lo malah masuk akun gosip!" "Ahelah, terus gue harus gimana?! Dianya nggak mau berhenti nangis." "Dia beneran sendirian?" "Kalau nggak sendirian gue nggak akan repot-repot kesini!" "Lo kenal dia kan?" Harlan kembali mendelik pada Eno yang menurutnya menanyakan sesuatu yang sudah seharusnya tidak ditanyakan lagi. Jelas saja Harlan mengenal Gema, jika tidak mengenalnya, ia tidak akan sepeduli ini. "Oke, oke, gimana kalau sekarang lo bawa dia pergi aja dari sini? Supaya kalian nggak terus-terusan diliatin orang." Saran dari Eno itu membuat Harlan melotot. "Bawa kemana coba?!" "Terserah lo dah! Anterin pulang kek atau kemana, yang penting kalian nggak jadi pusat perhatian disini. Lagian, lo sendiri bilang kalau dia sendirian, kalau nggak lo bawa pergi emangnya lo mau ninggalin dia gitu aja disini?" Secara bergantian Harlan menatap Eno dan Gema. Perkataan Eno memang ada benarnya dan itu membuat Harlan menghembuskan napas serta berdecak.  Lantas, tanpa bicara apa-apa lagi, Harlan menarik Gema untuk membawanya pergi dari kelab itu. Ia memilih meninggalkan teman-temannya dan acara bachelor party Lintang, guna membawa Gema pergi entah kemana. *** Harlan tidak tahu Gema pergi ke kelab ini naik apa, entah itu membawa kendaraan pribadi, diantar supir, atau naksi. Jadi, Harlan pun membawa Gema menuju mobilnya, yang tentu saja dilakukan dengan tidak begitu mudah karena Gema yang mabuk tidak terlalu kooperatif. Harlan bahkan bisa dibilang setengah menyeret Gema untuk membawa perempuan itu ke mobilnya, sementara Eno membantu untuk menutupi mereka agar tidak dikenali oleh orang lain. Setelah berhasil mendudukkan Gema di kursi penumpang belakang, Eno langsung kembali masuk ke dalam kelab. Sementara Harlan memilih untuk duduk di sebelah Gema di kursi penumpang belakang guna mencari informasi harus kemana dirinya membawa Gema setelah ini. Gema sendiri sudah berhenti menangis. Perempuan itu duduk dengan bersandar lemas di mobil, tatapan matanya sayu dan wajahnya sembab karena habis menangis. Ia sama sekali tidak protes ketika Harlan mengambil handbag milik Gema dan mengubek-ubek isinya untuk mencari tempat tinggal Gema atau orang-orang terdekat Gema yang bisa dihubungi. Sebab Gema sendiri sama sekali tidak menjawab setiap Harlan bertanya. "Ini baru pertemuan ketiga kita dan lo udah nyusahin banget," gerutu Harlan sembari mengaduk isi tas Gema. "You really have to thank me after this." Gema diam saja, bahkan ketika Harlan mengambil ponselnya dari dalam handbag dan membuka kuncinya dengan sidik jari Gema, ia tetap duduk diam menghadap Harlan dan memandanginya dengan tatapan sayu. "Yaelah, ini cowok yang udah bikin lo mabuk-mabukkan?" celetuk Harlan tepat setelah ponsel Gema terbuka dan menampilkan homescreen dari ponsel tersebut yang merupakan foto Gema yang tersenyum lebar  bersama seorang laki-laki. Gema sedikit melirik ponselnya dan melihat gambar yang dimaksud oleh Harlan. Lantas, ia bergumam, "Kangen..." "Mantan lo ya?" Gema tidak menjawab. Ia justru menjatuhkan kepalanya pada bahu Harlan, yang mana membuat Harlan cukup kaget. Ia hendak protes, bahkan nyaris mendorong kepala Gema menjauh. Namun niatnya itu terhenti ketika melihat Gema yang sudah memejamkan mata. "Tidur ya lo?" tanya Harlan. Tidak ada jawaban dari Gema, yang terdengar hanyalah sebuah dengkuran halus, menandakan bahwa Gema memang sudah tertidur. Secepat itu. Harlan heran sendiri, walau sebenarnya tidak terlalu mengherankan karena kondisi Gema yang saat ini sedang mabuk. Harlan mendengus, sebal karena Gema semakin tidak bisa memberikan informasi harus kemana mereka sekarang, sehingga Harlan harus mencari tahu sendiri. Tetapi, Harlan membiarkan Gema menjadikan bahunya sebagai bantal sementara dan ia tidak bergerak sama sekali. Lewat ponsel Gema, Harlan membuka daftar kontak untuk mencari kontak siapa yang bisa dihubunginya guna mengantarkan Gema pulang. Harlan ingin menghubungi manager Gema atau asistennya, tapi ia tidak tahu siapa nama mereka karena Gema tidak menambahkan titel mereka pada daftar kontak. "Berhubung gue nggak tau siapa nama manager atau asisten lo, gue harus buka iMessage. Sorry not sorry, ini terpaksa," gumam Harlan lebih kepada dirinya sendiri. Lewat aplikasi iMessage Gema yang dibuka Harlan dari ponselnya, Harlan pun memutuskan untuk menghubungi kontak bernama Keanu yang kolom percakapannya berada di daftar teratas. Dari percakapan mereka, Harlan menebak jika Keanu ini merupakan asistennya Gema. Harlan pun menghubungi Keanu dengan ponsel Gema. Dengan sabar ia menunggu hingga teleponnya itu diangkat. Begitu terdengar suara halo di seberang sana, Harlan langsung bicara. "Halo, saya Harlan, temannya Gema. Saya mau ngasih tau kalau sekarang Gema lagi sama saya, tadi saya ketemu dia di kelab dan dia sendirian dalam keadaan mabuk. Bisa kirim alamat Gema? Saya mau antar Gema pulang karena sekarang sama sekali nggak sa-" Harlan belum selesai melanjutkan pembicaraannya pada Keanu ketika tiba-tiba saja Gema bangun dan langsung menegakkan tubuh. Tidak hanya itu, sedetik setelahnya, perempuan itu mengeluarkan semua isi perutnya. Iya, Gema muntah. Untuk sesaat Harlan hanya bisa menganga melihat bagaimana Gema muntah hingga mengenai celana yang dikenakan Harlan sekarang, sepatunya, jok mobil, dan beberapa bagian mobil lainnya. Begitu tersadar bahwa isi perut Gema lah yang baru saja mengenainya dan juga mobilnya, Harlan refleks berteriak. "GEMAAAA FUCCKKK YOUUUUU!" Sementara yang diteriaki hanya beringsut menjauhi Harlan, kemudian memilih melanjutkan tidurnya. Sama sekali tidak merasa berdosa atas kekacauan yang telah dibuatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN