Dokter boleh saya bertanya sesuatu?"
"Silakan." Ucap Rayyan.
"Apakah anda... Ehm... Maksud saya apa... tidak ada resep obat yang harus saya tebus?" Ucap Zahra ragu hingga akhirnya malah mengalihkan pertanyaan kepada hal lain. Ingin rasanya Zahra menanyakan hal penting dalam hidupnya. Tapi lagi-lagi Zahra ragu.
"Apakah anda yang memperkosa saya sebulan yang lalu di bogor?
Ataukah anda memiliki saudara kembar?" Sungguh sulit sekali rasanya mengucapkan kalimat tersebut. Semua tertahan di tenggorokannya.
"Oh... Nanti asisten saya yang mengantar resepnya ke bagian apotek. Silakan ambil obatnya di apotek ya." Ucap Rayyan ramah.
Zahra tak bisa melepaskan pandangan nya dari pria berjas putih bernama Rayyan tesebut. Wajah yang sama. Dengan penampilan yang sangat berbeda. Bahkan sikap yang sangat berbeda.
Zahra yakin bukan pria di hadapannya yang melakukan hal keji itu.
Tapi siapa?
Sedangkan Rayyan merasa canggung saat menyadari wanita hamil itu memperhatikan dirinya. Tentu saja Rayyan sedikit tidak nyaman, dia pun berdehem untuk menetralkan suasana.
"Ekhm..."
"Terima kasih Dokter... Assalamualaikum." Zahra yang tersadar dari lamunannya pun segera pergi.
"Waalaikum salam"
Setelah itu mereka segera beranjak ke bagian apoteker untuk menebus obat. Saat ini Zahra benar-benar merasa telah merepotkan saudaranya. Tapi apalah daya, saat ini dia benar-benar terpuruk.
"Afifah maaf ya aku merepotkan mu terus."
"Kan tadi aku bilang ini ungkapan terima kasih aku, karena kamu udah bantu aku membina yayasan pendidikan aku.. Udah yuk kita beli s**u ibu hamil terus pulang." Ucap Afifah riang agar Zahra tak terlalu melankolis. Sungguh tak sedikitpun Afifah merasa direpotkan. Justru dengan kedatangan Zahra membuatnya tak merasa sepi.
"Makasih ya Afifah."
"Iya iya... Aku udah kaya suami siaga aja ya? Hehehe"
"Hus jangan ngomong sembarangan nanti kalo ada yang denger dikira LGBT."
"Kamu tau istilah LGBT juga rupanya... Hahaha."
"Jangan mentang-mentang aku tinggal di dusun terus jadi ga tau istilah itu ya." Ucap Zahra menimpali candaan Afifah.
Zahra dan Afifah pergi menuju pasar swalayan dan membeli beberapa kotak s**u ibu hamil. Kemudian mereka pulang. Namun hingga menjelang tengah malam. Afifah terus memergoki gadis itu sedang melamun.
"Apa lagi yang sedang difikirkan Zahra?" Afifah membatin.
"Kamu mikirin apa lagi sih?" Ucap Afifah mengagetkan Zahra. Sehingga gadis itu terperanjat. Namun Zahra segera tersenyum untuk menutupi keterkejutannya.
"Kok kamu belum tidur?" Tanya Zahra.
"Belum ngantuk.. Kamu kenapa melamun? Jangan stress kasihan dede nya." Ucap Afifah mengusap lembut perut Zahra. Hal ini sukses membuat hati Zahra menghangat.
"Perut mu masih rata ya." Ucap Afifah dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Zahra.
"Dede sehat ya... Cepat besar... Jangan buat Ummi mual-mual ya... Kasihan Umminya tambah kurus. Kenalin ini Tante Afifah yang cantik." Ucap Afifah terkikik geli mendengar ucapan narsisnya sendiri.
"Iya tante Afifah yang cantik." Ucap Afifah melembutkan suaranya seperti anak kecil. Sikap konyol Afifah yang bertanya dan dijawab oleh dirinya sendiri menciptakan kebahagiaan di hari Zahra. Kini wanita itu tak hanya tersenyum tetapi juga tertawa pelan.
"Kamu apa-apaan sih?" Zahra memukul lembut punggung tangan sepupunya sambil tertawa.
"Nah gitu dong ketawa... Kamu melamun mulu. Mikirin apa sih?" Ucap Afifah memulai obrolan. Sedangkan Zahra malah menunduk dan kembali meneteskan air matanya. Kemudian wajah wanita itu kembali mendongak dan memperlihatkan mata sembabnya.
"Salah ga sih kalo aku mikirin... Gimana nasib anak aku kalo dia lahir tanpa ayah. Kasihan sekali anakku." Zahra pun merunduk. Bagai putri malu yang melemah.
"Makanya kita harus cari siapa ayah nya... Enak banget dia habis nyebar benih terus kabur." Ucap Afifah marah.
"Cari kemana?" Zahra menerawang seolah hal itu adalah hal yang tak mungkin terjadi.
"Makanya kamu cerita sama aku. Kapan kejadiannya dan di mana dia melakukan aksi maksiat itu. Aku akan bantu kamu cari tau." Afifah menggenggam tangan Zahra. Dia berusaha mengalirkan keyakinan pada sepupunya.
Zahra pun menceritakan kisah pilu dan tragisnya itu. Sikap dingin dan arogan pria yang memperkosanya. Di mana pria itu melakukan aksi maksiatnya. Dan hal itu sukses membuat Afifah merasakan ngeri sekaligus marah.
"Ya Allah Zahra... Dia melakukannya di mobil? Ga modal banget tuh orang." Ucap Afifah geram.
Zahra memukul lembut bahu Afifah. Dia agak kesal dengan sikap blak-blakan sepupunya.
Apa maksudnya ga modal banget?
Terus kalo diperkosa harus di hotel gitu biar modal. Sungguh Zahra tak menyangka seliar itu pikiran saudara sepupunya.
"Awww... Sakit tau... Kalo melakukannya di mobil... Kamu inget ga no plat mobil nya?"
"B 1241 NND."
"Plat B? Berarti dari Jakarta. Kamu inget wajahnya? Penampilannya?" Tanya Afifah penasaran.
"Wajah itu tak akan pernah bisa aku lupakan... Bahkan wajah itu selalu datang di setiap mimpi burukku." Ucap Zahra kembali meneteskan air mata.
"Seperti apa? Bisa di deskripsikan?"
"Persis seperti Dokter Rayyan." Ucap Zahra ragu.
"Haah? Kita udah ketemu dia dua kali. Kenapa ga bilang kalo dia yang udah perkosa kamu? Harusnya tadi aku buat babak belur wajah tampannya itu. Kurang ajar." Afifah tampak menggebu-gebu saat bicara. Amarah benar-benar menguasai dirinya.
"Tapi aku yakin bukan dia. Dia berbeda dengan pria itu." Jawab Zahra yakin.
"Bukannya tadi kamu bilang pria yang perkosa kamu lagi mabuk? Bisa jadi kan sisi yang kamu liat itu adalah dokter Rayyan yang lagi mabuk."
"Tidak Afifah... Pria itu jauh berbeda dengan dokter Rayyan... Aku yakin bukan dia."
"Apa yang membuatmu begitu yakin? Sedangkan kau sendiri tak mengenalnya." Jawab Afifah frustrasi mendengar ungkapan Zahra.
"Tatapan dokter Rayyan sangat bersahabat... ucapannya pun hangat... Sedangkan pria itu... tatapannya menusuk dan ucapannya dingin..." Ucap Zahra.
"Bisa jadi itu karena efek alkohol... Alkohol bisa membuat pribadi orang berubah..."
"Tapi aku yakin bukan dokter Rayyan... Karena parfum mereka berbeda... Parfum dokter Rayyan lembut dan menenangkan dari campuran aroma pinus dan Citrus... Sedangkan pria itu aromanya kaku dan kasar... Dari campuran aroma musk dan mint... Mereka pasti beda orang..."
"Siapa tau dia seorang yang suka mengkoleksi parfum..." Ucap Afifah kembali menyangkal argumentasi Zahra.
"Kamu ingatkan mobil Dokter Rayyan waktu nolong aku dari jambret. Mobilnya Nissan Juke warna putih, Platnya B 124 YAN. Sedangkan pria itu... seperti mobil balap warna merah. Entah merek apa... Platnya B 1241 NND." Zahra kembali menguatkan argumennya.
"Siapa tau dia tukang koleksi mobil mewah. Bisa jadikan dia orang kaya yang punya parkiran mobil di rumahnya." Sedangkan Afifah kembali menyangkal Zahra.
"Aku bingung bagaimana harus meyakinkan kamu lagi Afifah. Aku sekarang hanya sedang berfikir... Apakah dokter Rayyan memiliki kembaran? Mungkinkah?" Zahra melemah.
"Bisa jadi... Aha... Mengapa tidak kita coba mencari identitas Dokter Rayyan lewat internet. Pasti ada kan?" Afifah pun membuka ponsel pintarnya. Dan mencari sesuatu di sana.
Profile
Dr.M.Rayyan Surya,Sp.Ob.Gyn.
Nama Lengkap : Muhammad
Rayyan Surya
Panggilan : Rayyan
Merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Pasangan dari Dr.Indra Budiman Surya dengan Dr.Silvi Emilia Zahir. Seorang Pria tampan yang terlahir sempurna dengan kecerdasan setingkat Einstein. Pria ini berhasil menyelesaikan studi kedokterannya di usia 19 tahun dan berhasil menyelesaikan studi spesialisnya di usia 21 tahun.
Cucu dari pendiri Rumah Sakit Surya Medika ini terlahir kembar. Mereka memang terlahir menjadi orang jenius. Ingin tahu lengkapnya, business man Tampan bernama Raynand?
Klik di sini.
"Dokter Rayyan punya saudara kembar... Namanya Raynand." Ucap Afifah terkejut lalu menatap wajah Zahra yang murung. Setidaknya Afifah pikir, mungkin ini adalah jalan untuk menemukan ayah dari bayi yang dikandung Zahra. Zahra tidak boleh menanggung beban berat ini sendirian.
"Kamu sanggup baca profil dia atau aku yang baca aja?" Afifah kembali bicara saat menyadari wajah Zahra yang semakin murung. Sungguh dia tak tega melihat Zahra begitu sedih dan terluka.
"Kita baca bersama..." Ucap Zahra dengan debaran jantung yang berlomba.
"Bismillah hirrohman nirrohiim" Ucap Afifah dan Zahra bersamaan. Sungguh mereka sangat berharap ini adalah ikhtiar dalam mencari kebenaran. Pria itu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukannya.
Dengan tangan bergetar, Afifah menggerakkan cursor pada layar komputernya. Dan akhirnya muncullah profil seorang pria. Diawali dengan foto seorang Pria tampan berwajah timur tengah persis seperti Dokter Rayyan. Namun hanya senyum tipis yang hampir tak terlihat di wajahnya. Lukisan wajah dingin yang membekukan dan sikap arogan yang kental. Pria itu mengenakan setelan tuksedo hitam, dan sedang menyandarkan tubuhnya di sebuah mobil mewah keluaran eropa bertype mobil balap warna merah.
"Apa pria ini?" Tanya Afifah memandang wajah terkejut Zahra. Afifah yakin pria inilah yang melakukan hal keji itu pada Zahra.
Sedangkan Zahra hanya mengangguk dan tanpa sadar mengeluarkan air matanya kembali. Zahra sangat mengenal mobil merah tempat bersandar pria itu. Karena mobil itulah yang menjadi saksi malam duka bagi Zahra.
"Jangan nangis... Kita cari tau bersama. Dan aku akan menemani mu untuk menemuinya. Kita baca profilenya sekarang ya. Kamu sudah siap?" Ucap Afifah menggenggam jemari Zahra yang terasa membekukan. Seolah tak ada kehidupan di sana. Begitu dingin dan gemetar. Zahra pun mengangguk dengan hati berdebar dan air mata yang terus meleleh.
Profile
Muhammad Raynand Surya
Nama Lengkap : Muhammad
Raynand Surya
Panggilan. : Raynand
Merupakan putra sulung dari Dr.Indra Budiman Cahya dan Dr.Silvi Emilia Zahir, juga terlahir jenius. Berbeda dengan Rayyan yang mengambil study spesialis setelah kelulusannya menjadi dokter. Raynand justru mengambil jurusan Teknik Design konstruksi dan bergulat dengan dunia bisnis.
Rupanya pria ini sudah mengawali perusahaan bisnisnya sejak kuliah semester 4 dan sepak terjangnya di akui di dunia bisnis. Kini perusahaan nya sudah memiliki 2000 lebih karyawan di 3 kantor cabang. Bahkan kehebatannya semakin teruji setelah keberhasilannya membangun resort dan tempat wisata Sakura Town. Sakura Town berhasil membudidaya taman musim semi jepang yang berpindah ke Indonesia berkat kecerdasan seorang Raynand.
"Apa pria ini?" Tanya Afifah sekali lagi untuk memastikan. Zahra pun mengangguk.
"Jangan buang air matamu lagi... Ayo tidur... Besok kita temui dia dan orang tuanya..." Ucap Afifah yakin.
"Tapi... Aku takut." Ucap Zahra ragu.
"Biarpun mereka dari kalangan jet set. Bukan berarti mereka bisa lepas tanggung jawab. Pria itu harus tau akibat perbuatan maksiatnya. Dan dia harus bertanggung jawab." Ucap Afifah geram.
Namun nyatanya Zahra masih ragu. Dia khawatir mereka tidak akan percaya. Dan malah menganggapnya sebagai w************n. Afifah yang menyadari kebimbangan sepupunya pun segera menggenggam tangan Zahra.
"Aku akan selalu disamping kamu. Aku akan menemanimu ke sana. Kamu harus yakin... Demi anak yang ada dalam rahimmu Zahra..." Ucap Afifah kembali menggenggam erat jemari Zahra yang dingin. Ada ketakutan yang jelas tergambar di wajah Zahra. Afifah pun tak kalah takut, tapi dia harus yakin agar Zahra juga merasa yakin.