FLASHBACK
Intan duduk dihadapan calon bosnya dengan menunduk, keberanian yang sejak tadi menggelora didalam dirinya tiba – tiba lenyap seketika saat matanya melihat dengan jelas siapa sosok yang akan menjadi bosnya, dia malu sangat malu karena tindakannya yang membuka pintu ruangan bosnya secara paksa bahkan dia memaksa menemui calon bosnya padahal dia sudah tidak diizinkan.
Sekarang dihadapan bosnya, Intan sudah tidak tahu apa yang harus dia lakukan, karena keberaniannya, rasa percaya dirinya hilang tidak berbekas bersamaan saat matanya bersitatap dengan mata bosnya.
“Jadi siapa nama kamu ?”
“Intan Aulia Khadijah”
Intan menjawab pertanyaan dari bos yang sedang duduk dihadapannya masih dengan kepada menunduk, keberaniannya benar – benar sudah lenyap dan dia sudah pasrah apa hasil akhir yang dia dapat nanti. Sedangkan sang bos hanya mampu menatap Intan dengan sebuah senyum kecil yang nyaris tidak terlihat.
“Jadi apa arti sebuah pekerjaan menurut kamu ?”
“Kewajiban, kewajiban dimana saya harus melakukannya dengan ikhlas tanpa ada sebuah keluh karena kewajiban sudah menjadi hal yang seharusnya saya laksanakan”
“Okey saya akan mentraining kamu selama enam bulan, selama itu saya akan menilai seberapa baik kinerja kamu sebagai sekertaris saya, jadi berkerjalah sebaik mungkin“
Intan langsung mendongakkan kepalanya saat mendengar perkataan bosnya, matanya menatap kearah Alaric tidak percaya, sedangkan yang dia dapati hanyalah sebuah senyuman dan anggunkan kecil dari Alaric sebagai calon bosnya, merasa senang dan tidak percaya Intan langsung berdiri dari posisi duduknya melupakan luka dibagian kakinya hingga membuatnya meringis kesakitan.
“Satu hal lagi, hari ini dan tiga hari kedepan saya perintahkan kamu istirahat dirumah”
Lagi – lgi Intan hanya mendongakkan kepalanya merasa tidak percaya atas apa yang baru saja bosnya katakan, Intan merasa tidak percaya jika calon bosnya memiliki hati sebaik malaikat, sungguh Intan merasa beruntung bisa menjadi sekertarisnya.
Saat Intan masih menatap bosnya tidak percaya, Intan bisa melihat bosnya bangkit kemudian membuka pintu dia memanggil seseorang dan setelah itu dia kembali masuk dengan seorang perempuan, tanpa Intan sangka perempuan itu ternyata diminta bosnya untuk membantu memapah Intan berjalan, yang semakin membuat Intan tidak percaya adalah perempuan itu membantu Intan berjalan menuju mobil bosnya dan dihari interviewnya Intan diantar pulang oleh bosnya yang belum genap satu hari.
FLASHBACK END
Setelah melewati tiga hari untuk beristirahat, hari ini Intan sedang bersiap – siap untuk pergi bekerja, luka dikakinya memang masih belum sepenuhnya sembuh hanya saja setelah diistirahatkan selama tiga hari, luka itu sudah mengering dan Intan juga sudah bisa berjalan dengan baik tidak terpincang – pincang lagi.
Gadis cantik itu sedang mematut penampilannya didepan sebuah cermin, bibirnya melukiskam sebuah senyuman mengekspresikan betapa bahagianya perasaan Intan hari Ini, sampai akhirnya kegiatan Intan terhenti saat dia mendengar suara ketukan pintu dari depan kamarnya, tidak lama setelah itu Intan bisa mendengar suara seorang wanita yang selama ini sudah membesarkannnya dengan penuh cinta.
“Iya Nek, sebentar lagi Intan berangkat”
“Di depan ada tamu, cepat dandannya sayang”
Dahi Intan berkerut bingung saat dia mendengar dari sang nenek ada tamu dipagi – pagi yang mencarinya, tumben – tumbenan sekali, biasanya mau pagi, siang, sore ataupun malam jarang ada tamu yang berkunjung apalagi untuk menemuinya, dan ini ada tamu yang datang bahkan disaat hari masih terlalu pagi untuk sekedar bertamu yang mencarinya. Untuk mengobati rasa penasarannya, Intan buru – buru menyambar tas selempangnya dan melihat siapakah tamu yang Neneknya maksud.
Mulut Intan hampir saja menganga tidak percaya saat dia melihat laki – laki yang tiga hari lalu mengantarkannya pulang sekarang sedang duduk bercengkrama bersama neneknya, dan dia datang untuk menemuinya. Apakah bosnya itu tidak salah alamat, itulah yang berada dalam pikiran Intan saat melihat sosok sang bos sedang duduk dikursi depan rumahnya, dia tidak percaya jika bosnya itu datang untuk menemuinya di pagi buta seperti ini.
“Sayang, kenapa bengong disitu ?”
Intan yang sejak tadi hanya berdiri mematung diambang pintu sambil menatap bosnya yang sedang duduk diteras depan rumahnya langung tersadar saat dia mendengar perataan neneknya. Intan melangkahkan kakinya mendekat dan berdiri dibelakang kursi yang sedang neneknya duduki.
“Bapak cari saya, emm ada apa ya pak ? apa jangan – jangan bapak berubah pikiran menerima saya sebagai sekertaris bapak ?”
Intan bertanya dengan kepala menunduk, nada suaranya terdengar sedikit ragu bercampur takut. Namun, bukannya jawaban yang Intan dapat malah sebuah kekehan kecil dan tepukan ditangannya dari sang nenek, karena pada saat itu tangannya tersimpan dibahu neneknya, hal itu membuat Intan melirik sang nenek kemudian menarap kearah bosnya yang masih terkekeh.
Sesaat Intan sempat terpaku, dia merasa terkesima saat baru menyadari jika ketampanan bosnya itu bertampah saat dia sedang tertawa kecil seperti sekarang.Intan langsung menundukan kepalanya saat dia merasakan tangannya kembali mendapat tepukan dari sang nenek, tepukan itu sebagai peringatan dari neneknya jika Intan sudah memandang lawan jenis secara berlebihan.
“Bukan Intan, saya datang kesini untuk menjemput kamu”
Baru saja Intan menunduk, kepalanya langsung mendongak secara reflex untuk yang kesekian kalinya saat Intan merasa salah atas apa yang baru saja bosnya katakan, dia menatap Alaric yang ternyata sedang menatapnya dengan sebuah senyuman yang membuat dia semakin menawan,
“Kaki kamu juga belum sembuh benarkan, dan motor kamu belum selesai di betulkan, jadi saya datang kesini untuk menjemput kamu agar kita berangkat kerja bersama, tadi saya juga sudah meminta izin kepada Nenek, beliau sudah mengizinkan”
Intan menolehkan tatapan matanya kepada sang nenek, seakan dia mencari kebenaran atas apa yang diucapkan oleh bosnya baru saja. Intan benar – benar dilanda perasaan tidak percaya saat dia melihat sebuah anggukan kecil dengan sebuah senyuman diwajah neneknya.
Dia tidak menyangka jika dia akan mendapat bos berhati malaikat, dan pagi ini Intan sudah dibuat terkejut pertama oleh kedatangan tiba – tiba bosnya, dan kedua ajakan berangkat dari bosnya yang tidak pernah Intan bayangkan sedikitpun.
“Kamu sudah siapkan, yasudah ayo kita berangkat, nanti keburu macet”
“Nek saya pamit ya, tenang cucunya pasti saya jaga dengan nyawa saya sendiri”
Alaric laki – laki berstatus bos Intan itu berujar sambil terkekeh bersamaan dengan perempuan berusia senja yang dia kenal bernama nenek Rani, nenek dari sekertaris barunya. Mereka memang sudah terlihat jauh lebih akrab dipertemuan kedua mereka setelah pertemuan pertama mereka tiga hari lalu saat Alaric mengantar Intan pulang.
“Permisi nek, Intan saya tunggu dimobil”
“Hati – hati”
Alaric menganggukan kecil dengan sebuah senyum kecil diwajahnya, Nenek Rani mengangguk dengan sebuah senyuman membalas senyuman Alaric.
Setelah melepas kepergian Alaric yang sudah masuk kedalam mobil, Nenek Rani menoleh kearah cucunya yang masih saja berdiri mematung ditempatnya menatap kearah mobil Alaric, nenek Rani menepuk tangan Intan hingga membuat gadis itu sedikit terkesiap, melihat hal itu Nenek Rani hanya terkekeh kecil sambil menggelengkan kepala.
“Kamu mau berdiri disini sampai kapan Intan, ayo sana cepat nanti bos kamu kelamaan nunggunya”
“Natapnya jangan lama – lama, Nenek tahu dia ganteng tapi jangan sampai segitunya nanti kamu jatuh cinta”
Nenek Rani terkekeh setelah mengakhiri kalimatnya, dia bisa melihat wajah cucunya yang seketika berubah memerah, mungkin dia malu karena sudah tertangkap basah memperhatikan bosnya terlalu lama.
“Udah ayo sana berangkat”
“Yaudah aku berangkat Nek, Assamu’alaikum”
“Wa’alaikumussalam Warahmatullah”
Nenek Rani menatap kepergian mereka masih dari posisi yang sama, hingga perlahan mobil yang sejak tadi terparkir didepan rumahnya mulai bergerak dan menghilang dari pandangannya, nenek Rani tersenyum saat mengingat betapa lucunya wajah Intan saat dia baru saja melihat kehadiran Alaric, saat dia kaget atas tujuan kedatangan Alaric yang berstatus sebagai atasannya. Gadis itu memang selalu terlihat lucu dimata Nenek Rani, dan kelucuannya itu selalu menjadi obat baginya saat setiap duka yang sudah bertahun - tahun dia kubur masih kerap kali menghantuinya.
Sementara itu, didalam mobil baik Alaric ataupun Intan tidak ada yang memulai percakapan, mereka hanya bungkam disepanjang perjalanan. Alaric fokus dengan kemudinya, sesekali dia mencuri tatap kearah Intan yang sedang duduk dikursi penumpang belakang, sibuk mengamati keadaan jalanan. Mereka seakan sibuk dengan pikian mereka sendiri, bercengkrama dengan setiap kata tanya yang muncul dikepala mereka sendiri.
***
Setelah tadi pagi membuat seluruh penghuni kantor gempar karena dihari pertamanya kerja Intan sudah berangkat bersama bos pujaan hati mereka, siang ini Intan berhasil membuat mata mereka menatap kearahnya dengan sinis dan mulut mereka berbisik – bisik tidak tahu membicarakan apa, karena siang ini dengan tiba - tiba lagi bosnya itu mengajak Intan makan siang bersama.
Intan sempat menolak dengan alasan tidak enak dengan karyawan yang lain namun dengan kekuasaan yang dia miliki, laki – laki itu hanya mengatakan 'yang gaji kamukan saya, jadi kamu cukup ikuti perintah saya, tutup mata dan telinga kamu saja jangan lihat ataupun dengar apa yang mereka lakukan dan katakan tentang kamu, bukankah mereka tidak tahu apapun tentang kamu', setelah itu Intan hanya bisa mengangguk patuh.
Alaric tersenyum penuh kemenangan saat dia sadar jika ucapan tegas dengan gaya bossinya berhasil membuat Intan berubah pikiran, meskipun ada sedikit paksaan dari Alaric dan rasa keterpaksaan dari Intan, kemudian Alaric langsung malangkahkan kakinya di ikuti Intan yang setia mengekor di belakangnya.
Rumah makan khas Yogyakarta adalah pilihan Alaric untuk makan siang bersama dengan sekertaris barunya. Selain karena rumah makan itu langganan Alaric, rumah makan itu juga lumayan dekat dengan kantornya. Saat pesanan mereka sedang di buat, Intan dan Alaric hanya duduk, lagi – lagi mereka terjebak dalam sebuah kebungkaman, tidak ada diantara mereka yang berniat memulai pembicaraan.
“Intan ?” panggilan Alaric berhasil memecah kebungkaman yang terjadi diantara mereka, Intan mendongak menatap kearah Alaric yang sedang menatap kearahnya juga.
“Iya pak”
“Bisakah kamu jangan memanggil saya bapak, karena saya masih belum setua yang kamu kira”
“Lalu saya harus panggil apa”
“Al itu jauh lebih akrab, jadi kamu boleh panggil aku Al saja, jangan terlalu bersikap formal dengan ku saat kita berada diluar kantor seperti sekarang, bisa ?”
Intan menatap kearah Alaric, bukannya menjawab dia malah menghela nafas panjang kemudian menundukan kepalanya lagi, bukannya dia tidak senang bisa bersikap akrab kepada bosnya sendiri, hanya saja Intan yakin jika sikap Alaric yang terlalu akrab seperti ini bisa membuat Intan tidak mempunyai teman seumur hidup dia bekerja dikantornya.
“Kamu keberatan ?”
Alaric bertanya saat dia mendengar helaan nafas berat yang keluar dari hidung Intan, mendengar pertanyaan itu Intan menggelengkan kepalanya karena memang dia tidak keberatan sama sekali. Hanya saja, karyawati – karyawati pengangum berat bosnya ini yang pastinya akan lebih keberatan dari pada Intan, dan yang akan menjadi sasaran kebencian mereka adalah Intan.
“Saya enggak enak hanya memanggil bapak dengan nama saja, selain karena bapak atasan saya, usia bapak juga sedikit lebih dewasa dari saya”
“Selain itu pasti setelah ini saya tidak akan mempunyai teman seumur saya berkerja karena para karyawati bapak menganggap saya suda…”
Intan menghentikan ucapannya saat dia menyadari apa yang baru saja dia ucapkan, Intan menundukkan kepalanya sambil memukul pelan mulutnya yang tidak bisa dikontrol. Melihat hal itu Alaric hanya bisa tertawa, pernah beberapa kali menghabiskan waktu bersama Intan membuat Alaric sadar jika Intan mempunyai kepribadian yang lucu.
“Okey jika itu alasan kamu, kamu boleh memanggilku apa saja ketika kita sedang berada diluar jam kerja kecuali bapak, emm mas Al ya bukankah panggilan mas adalah khas Yogyakarta atau Jawa, lucu juga jika ada yang memanggilku Mas”
“Bukankah sudah aku tegaskan jika ketika kita sudah berada diluar jam kerja kita bukan lagi atasan dan bawahan, jadi kita bisa menjadi seorang teman bahkan mungkin sahabat, iyakan ?”
“Panggil aku Mas Al dan kamu jadi temanku, kamu setuju ….?”