Hubungan kekasih adalah sesuatu yang terjalin karena adanya dua pihak yang berani untuk saling berkomitmen, tidak selamanya sebuah hubungan yang berladaskan rasa cinta akan bertahan lama karena kepercayaan dan setia adalah kunci utama keberhasilan sebuah hubungan, bayangkan jika kamu mencintai seseorang tapi kamu tidak memiliki kepercayaan dan rasa setia kepadanya apakah akan berjalan lama tentu saja tidak, tapi sebaliknya jika kamu percaya kepada seseorang dan mempunyai rasa setia kepadanya mungkin hubungan itu akan lebih bertahan lama, tapi hubungan akan semakin kuat apabila kedua belah pihak mempunyai sebuah rasa cinta, percaya dan juga setia itulah nasihat yang diberikan Naomi kepada Alaric hingga membuat laki – laki itu meliburkan diri dari pekerjaan dan meminta bertemu dengan kekasihnya.
Hari ini Alaric meminta Jenny untuk datang kesebuah kafe, laki – laki itu datang lebih dulu sambil menunggu kekasihnya datang Alaric lebih memilih duduk disebuah meja yang terletak dipojok sambil menikmati capucino yang sudah dipesannya. Mata Alaric memandang lurus menikmati keramaian jalanan dari sebuah kaca besar, setelah semalam dia hampir tidak bisa tidur akhirnya dia meyakinkan dirinya untuk mengajak bertemu Jenny setelah pagi – pagi buta dengan tidak biasanya sang kakak datang dan memberikannya sebuah nasihat yang berhasil menumbuhkan sedikit keberanian hadir dihati Alaric.
Alaric menolehkan kepalanya saat dia merasakan ada seseorang yang mengecup pipinya secara tiba – tiba, bibirya melukiskan sebuah senyuman saat dia melihat Jenny yang baru saja datang, gadis itu nampak cantik dengan gaun berwarna biru muda dengan beberapa hiasan sederhana dibagian d**a dan ada sebauh pita dibagian pinggangnya, hari ini dia membiarkan rambut tebalnya itu diikat, polesan diwajahnya selalu terlihat natural dan tidak pernah berlebihan, memang sangat cantik dan anehnya kecantikan itu tidak sedikitpun berhasil membuat Alaric jatuh hati kepadanya.
“Tumben ngajak aku ketemu dijam kerja gini, pakaian kamu juga enggak kaya abis kerja, jangan bilang kamu bela – belain enggak masuk kerja cuma karena kangen sama aku”
Alaric terkekeh mendengar penuturan perempuan berstatus kekasihnya itu, inilah yang membuat Alaric merasa nyaman dengan Jenny, wanita itu selalu berhasil membuat Alaric lupa untuk sejenak dengan rasa penatnya selepas bekerja atau sebuah beban yang menganggu pikirannya.
“Aku ingin membicarakan hal penting sama kamu Jen”
“Sepenting itukah hingga membuat kamu melupakan waktu untuk bekerja ?”
Alaric menganggukkan kepalanya, sedangkan Jenny membalasnya dengan sebuah senyuman. Perempuan itu terlihat masih duduk tenang dikursinya menunggu hal penting apa yang akan disampaikan oleh kekasihnya, sedangkan Alaric sudah beberapa kali menghela nafasnya karena dia merasa bingung harus dari mana memulai percakapan.
“Ada apa katakanlah Al, jangan membuatku takut”
“Aku sayang kamu tapi aku belum cinta kamu, tapi laki – laki yang belum mencintaimu ini bisa memberikan sebuah kepercayaan dan kesetiaan kepadamu Jen, dengan kesetiaan dan kepercayaan yang aku miliki ini aku ingin mengajakmu untuk berjalan dan melangkah lebih serius, maukan kamu Jennyta Alexia menerimaku laki – laki yang hanya mampu meberikan sebuah kesetiaan dan juga kepercayaan”
“Mungkin aku tidak bisa menjanjikan jika tidak akan ada luka yang akan aku berikan nanti, karena nyatanya aku manusia, tapi sebisa mungkin aku akan berusaha memberikanmu kebahagiaan, aku tidak akan menjanjikan jika nanti tidak akan air mata karena aku manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, karena aku manusia bukan malaikat ataupun makhluk sempurna, tapi dengan ketidak sempurnaan yang aku punya aku berharap kamu bersedia melengkapi ketidak sempurnaan itu agar menjadi sempurna”
Alaric menyentuh tangan Jenny yang pada saat itu sedang berada diatas meja, matanya menatap mata Jenny dalam seakan melalui tatapan itu Alaric tengah mencoba menelaah apa yang berada didalam hati kekasihnya, kemudian Alaric membawa tangan Jenny dan mengecupnya dengan cukup lama. Sedangkan Jenny, perempuan itu sejak tadi hanya diam, matanya terlihat berkaca – kaca dan balas menatap Alaric dalam sampai akhirnya dia menarik tangannya yang masih berada dalam genggaman Alaric, dan menangkup wajahnya menggunakan tangannya sendiri, bahunya terlihat bergetar dan sesekali terdengar seuara isak tangis, melihat hal itu Alaric sempat kebingungan sampai akhirnya Alaric memilih bangkit dari posisinya dan memeluk tubuh kekasihnya dengan penuh kasih.
Tangan Alaric bergerak mengelus bahu kekasihnya yang masih menangis dan belum kunjung membuka suara, yang bisa Alaric lakukan untuk sekarang adalah berusaha memberikan perempuan itu ketenangan dan membuat tangisnya mereda.
“Aku tidak ingin kisah kita sama dengan kisa Romeo dan Juliet meskipun kisah mereka romantic tapi mereka berakhir dengan saling mengakhiri diri mereka sendiri, aku hanya ingin kisah kita berjalan sesuai alur yang kita ciptakan, hubungan yang hangat, harmonis dan hanya maut yang akan memisahkan, maukah kamu hidup dan menjalani kisah itu sampai menua bersama ku Jen”
Tangis Jenny semakin menjadi saat dia melihat Alaric yang sedang berlutut dihadapannya sambil menyerahkan sebuket bunga yang tidak tahu dia dapatkan dari mana, Jenny menutup mulutnya sendiri karena tidak percaya jika laki – laki yang baru saja kemarin menolaknya secara halus kini memintanya untuk tetap bersama disampingnya untuk seumur hidup.
Alric bangkit dari posisinya dengan sebuah senyuman yang mengembang saat dia melihat sebuah anggukan kepala dari Jenny, tangannya membawa tubuh kekasihnya kedalam dekapannya, dan Alaric bisa merasakan ada sebuah tangan yang juga membalas pelukannya membuat senyumannya semakin mengembang. Tindakan Alaric tentu menjadi tontonan gratis bagi para pengunjung kafe yang lain, dan melihat Alaric dan Jenny yang saling berpelukan mereka hanya tersenyum dan bertepuk tangan.
“Terimakasih karena kamu sudah mempercayaiku untuk menjadi teman hidupmu, karena kamu sudah percaya untuk menghabiskan sisa waktumu bersama ku, Aku menyayangimu”
Alaric mengurai pelukannya dan mendaratkan sebuah kecupan didahi Jenny, sedangkah perempuan itu masih memilih diam dengan air mata kebahagiaan yang sudah membanjiri kedua belah pipinya.
***
Alaric bersama dengan sikembar Kean, Kian diteman Naomi dan Mommy serta kekasihnya yang sengaja dia ajak berkunjung kerumah hari ini sedang duduk menikmati keindahan sore ditaman belakang, Alaric yang asik bermain bola bersama Kean dan Kian sedangkan Mommynya bersama sang kakak dan kekasihnya sedang asik mengobrol.
Ini kali keduanya Alaric mengajak Jenny sebagai kekasihnya kerumah menemui sang Mommy, pertama saat mereka baru saja resmi pacaran, dan kedua sekarang. Mungkin jika semasa kuliah Alaric sering mengajak Jenny kerumahnya hanya saja bukan sebagai kekasihnya tapi sebagai teman kelompoknya. Namun, meskipun baru dua kali Alaric mengajak Jenny bertemu orang tuanya tapi kekasihnya itu sudah lebih dari dua kali berkunjung dan bertemu anggota keluarga Alaric setelah dia menyandang status kekasih Alaric, karena baik Mommy, Daddy ataupun kakaknya selalu mengundang dan mengajak Jenny.
“Mom, apakah Daddy masih lama”
Alaric menghampiri para kaum wanita yang sejak tadi hanya duduk dengan nafasnya yang sedikit ngos – ngosan, tangannya menyentuh tangan Jenny kemudian membawa tangan itu untuk mengambil sebuah minuman dan meminumkan kedalam mulutnya, sehingga adegan itu terkesan seperti Alaric membimbing tangan Jenny untuk menyuapinya minum.
“Dasar manja udah tua juga”
Naomi melempari Alaric kentang goreng saat dia melihat tingkah sang adik, sedangkan sang Mommy dan Jenny hanya mampu tersenyum melihat tingkah Naomi dan juga Alaric.
“Udah kalian itu selalu aja berantem, Daddy kayanya lagi sibuk Al, sepertinya ada masalah dengan perusahaan cabang, ada apa memang kaya serius”
“Yah, kita belum beruntung sayang”
“Belum beruntung memangnya lotre”
“Marahin ibu hamil itu sayang, dia menganiaya calon suami kamu terus”
Belum sempat Naomi membalas ucapan Alaric tiba – tiba seorang pelayan datang membuat semua orang yang sedang berkumpul menatap kearahnya, ternyata dia datang hanya untuk mengatakan jika Ayah Alaric memanggil Alaric datang keruang kerjanya, tanpa mengulur waktu Alaric langsung beranjak dari posisi duduknya dan berjalan menuju ruang kerja sang ayah, satu – satunya ruangan yang tidak berani Alaric masuki dari kecil sampai dewasa tanpa seizin pemiliknya.
“Al perusahaan cabang kita di Indonesia mengalami masalah, dan jika lambat dalam melakukan sebuah tindakan perusahaan itu bisa gulung tikar, Daddy memanggilmu kesini untuk memintamu mengurus perusahaan itu Al, daddy percaya dengan kemampuanmu maka dari itu Daddy memilihmu”
“Tapi Dad aku…”
“Daddy mohon Al hanya kau satu – satunya harapan Daddy”
Sesaat Alaric terdiam memikirkan permintaan sang ayah, Indonesia negara itu adalah tempat dimana dia sosok perempuan dimasa lalunya tinggal, negara itu seakan menghantui pikiran Alaric seketika negara yang Alaric pikir akan menjadi negara yang paling dia hindari, padahal nyatanya hanya satu orang yang dia hindari dan tinggal dinegara itu. Alaric hanya takut takdir kembali mengisahkan pertemuan mereka saat dia diberi kesempatan pergi ke Indonesia.
“Ayolah Al, Daddy mohon satu kali saja kau kabulkan permintaan Daddy karena Daddy tidak punya orang kepercayaan lain selain kau untuk mesalah yang terjadi diperusahaan cabang kita”
Mendengar permohonan sang ayah, Alaric mencoba menyingkirkan pikiran – pikiran buruk yang memenuhi isi kepalanya, kemudian Alaric melirik kearah sang ayah dan menganggukan kepalanya sebagai tanda jika dia menyetujui permintaan sang ayah.
“Terimakasih bayak Al, kau memang selalu menjadi kebanggaan Daddy”
“Tapi Dad, bolehkan aku meminta satu permintaan sebelum pergi ke Indonesia ?” tanya Alaric sambil menatap Ayahnya lekat – lekat.
“Apa itu ?”
“Bolehkan aku melangsung pertunangan bersama Jenny sebelum aku terbang ke Indonesia, tidak apa bukan pesta yang megah, yang penting aku bisa melangsung pertunangan terlebih dahulu bersama Jenny, karena itulah alasan aku membawanya datang ke sini, untuk meminta izin Mommy dan Daddy” ujar Alaric terlihat sangat serius membuat sebuah senyuman tiba – tiba terbit dari wajah Ayahnya.
“Tentu Al, Daddy akan menyiapkan acaranya secepat mungkin, dan Daddy setuju untuk ide mu yang ingin bertunangan terlebih dahulu sebelum ke Indonesia” ujar tuan Fedrieck sambil balas menatap mata putranya,
Pria paruh baya itu memeluk tubuh putranya, sebagai ungkapan rasa bahagia dan bangga yang diberikan sang putra kepadanya. Setelah pembicaan selasai Alaric pamit, dia tidak kembali menghampiri Mommy, Kakak dan juga kekasihnya tapi dia memilih untuk masuk kedalam kamarnya, kakinya melangkah menuju kearah balkon. Balkon adalah tempat Alaric bercerita dalam bisu mengenai sebuah beban yang sedang dirasakannya.
Kesibukan Alaric yang sedang melamun dikagetkan dengan sebuah tangan yang tiba – tiba memeluknya dari belakang, Alaric membalik posisinya hingga membuat dia dan sipemeluk berhadapan. Tangannya melingkar erat memeluk tubuh seseorang dihadapannya dengan sebuah senyuman yang mengembang diwajahnya, tapi siapapun bisa melihat jika senyuman itu tidak sampai kematanya.
“Dari mana tahu aku disini hmm”
“Dari hati, aku mendengar hatimu memanggil hatiku untuk datang kekamarmu karena kamu sedang membutuhkan kahadiranku sebagai penenang bukan”
Alaric tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, inilah Jennyta perempuan yang sudah resmi menjadi kekasihnya, perempuan yang selalu bersikap hangat dan lembut tapi selalu penuh ketegasan. Alaric menunduk menyatukan keningnya dengan kening Jenny, senyuman dari bibir keduanya tidak henti terlukis.
“Tadi Daddy datang bergabung bersama kami dihalaman belakang, tapi saat aku tidak melihat kehadiran kamu jadi aku tanyakan saja,Mommy dan kak Naomi menyarankan untuk mencari mu ke balkon kamar yang sekarang sudah aku datangi”
Jenny kembali menjelaskan tanpa Alaric pinta, Alaric tersenyum mendengar perjelasan yang dilontarkan oleh kekasihnya, kemudian dia mendekatkan wajahnya yang memang sejak tadi sudah dekat menjadi semakin dekat, sampai akhirnya jarak itu benar – benar terkikis saat bibir keduanya saling bersentuhan selama beberapa detik.
“Percayalah Jen jika kamu wanita yang sudah aku pilih untuk menjadi pendamping hidupku”
“Setelah dia yang masih memiliki hatimu”
Gadis itu berujar sambil terkekeh dengan jari telunjuknya yang menempel pada d**a Alaric, mendengar hal itu Alaric hanya diam kemudian mendaratkan sebuah kecupan didahi Jenny dan membawa perempuan itu kedalam dekapannya.
***
Alaric tengah berbaring memeluk erat tubuh perempuan berstatus kekasihnya diatas ranjang yang ada diapartemennya, setelah percakapan singkat mereka dikamar Alaric, Alaric langsung mengajak Jenny pergi menuju apartemannya, dan setelah sampai aparteman laki – laki itu hanya diam didalam kamar sampai akhirnya Jenny yang tidak tahu sejak tadi kemana datang dan ikut berbaring dengan posisi mereka yang berakhir saling berpelukan.
“Ada apa Al, kenapa setelah kamu berbicara dengan ayahmu kamu menjadi terlihat aneh”
Jenny akhirnya mengeluarkan pertanyaan yang sejak tadi memenuhi pikirannya, gadis itu sejak tadi memilih diam tidak menyuarakan kebingungannya karena dia berharap Alaric akan mengatakannya, tapi karena melihat laki – laki itu hanya diam akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutnya.
Jenny mendongakan wajahnya menatap wajah Alaric yang jelas lebih tinggi darinya, tapi laki laki itu masih tetap diam. Jenny membelai pipi Alaric dan hal itu berhasil membuat Alaric menunduk menatap wajahnya, laki – laki itu mendaratkan sebuah kecupan siangkat dibibir Jenny kemudian mengangkat wajahnya lagi, hanya tangannya yang tidak berhenti membelai kepala Jenny.
“Al ada apa kena –”
“Perusahaan cabang keluargaku di Indonesia mengalami sebuah masalah, dan secepatnya aku akan terbang ke Indonesia, apakah tidak papa jika setelah pertunangan kita aku langsung pergi ke Indoneisa ?”
“Indonesia” Jenny menggumamkan nama negara yang akan segera Alaric kunjungi, Alaric tahu apa yang perempuan itu takutkan karena pada kenyataannya Alaric juga menakutkan hal yang sama, Alaric semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Jenny dan tidak henti membelai kepalanya dengan sayang berharap hal itu bisa menyalurkan sebuah ketenangan.
“Maaf Jenn mungkin perjalananku ke Indonesia akan sedikit lama, dan aku harap kedua orang tuamu juga mengerti akan hal itu, dan kamu jangan khawatir kamu hanya cukup percaya padaku maka aku akan datang untuk menjemputmu menjadi bagian hidupku”
“Apakah kamu percaya kepada ku Jen ?”
“Ya aku percaya kamu akan kembali pulang dan menjemputku untuk bisa segera menjadi bagian dari hidupmu”
“Bisakah malam ini kita menginap disini”
“Ya tentu saja aku akan menginap disini Al ”
“Syukurlah, tetaplah seperti ini Jen, karena setelah di Indonesia aku pasti akan sangat merindukanmu”
Alaric semakin mengeratkan tubuhnya pada tubuh Jenny, tangannya membelai kepala Jenny dengan sayang sesekali Alaric mendaratkan sebuah kecupan didahi Jenny membuat perempuan itu bisa merasakan sebuah kehangatan pelukan dari laki – laki yang sangat dia cintai.