Episode 18

1209 Kata
Dirga memandangi Olien, yang tumben tampak gelisah banget. Dicabutnya bunga rumput yang ada di sampingnya. Dipetiknya ujung bunga itu. Kemudian di tiupnya, hal itu dilakukannya berulang kali hingga yang tersisa tinggal batang. Dilakukannya hingga berulang. Saat Olien memetik yang kesekian kalinya. Dirga memegang tangan Olien dan berkata perlahan. "Cukup." Mereka berdua saling menatap mata hingga tak berkedip. Olien menunduk, dan tetap membisu. "Pundak ku masih belum ada yang memiliki, jadi Kau bisa meminjamkan sampai nanti ada yang cemburu." Katanya lirih. Sejak kecil mereka berdua memang sering menghabiskan waktu berdua, tak ada pertengkaran ataupun perselisihan diantara mereka berdua. Saat mereka menginjak remaja. Olien sempat jatuh hati padanya. Menyadari Olien dan Dirga dibesarkan satu s**u. Walau bukan sedarah. Olien hanya mampu memendamnya dalam hati. Sejak saat itu entah berapa kali kejadian itu berulang dan muncul dipermukaan, makin lama Olien makin sulit mengabaikan, dan memerlukan waktu cukup lama. Nampaknya setelah mereka berdua dewasa, nampaknya muncul lagi di permukaan, hingga membuat Olien Pun mulai gelisah. Hal itu terjadi juga pada si Dirga, hanya saja sesegera mungkin dibuangnya sejauh mungkin, karena dia berfikir secara logika. Namun perhatian Dirga padanya dilampiaskan dalam bentuk perhatian seorang sahabat. Disaat tertentu memposisikan diri sebagai kakak.dan diwaktu- waktu yang lain dia memposisikan diri sebagai adik. Dan itu dilakukan sejak mereka mulai usia sekolah. "Lien kamu gak pernah kangen nyuapin aku, seperti saat ketika kita SD waktu jam istirahat sekolah dulu." Mengingat itu, Olien langsung ikut terhanyut dalam kisah mereka berdua kala itu. "Iya,walau teman-reman meledek kita tapi aku gak pernah pedulikan mereka.". Tambah Olin. Sesaat mereka berdua diam. Olien merebahkan kepala di pundak Dirga. Kemudian melanjutkan ceritanya. "Kamu juga masih ingat, saat aku menangis, tatkala tasku di ambil dan dilempar keatas pohon dan nyangkut sudaha itu. Kau yang jadi super Hero, memanjat pohon, mengambilnya, dan aku tersenyum gembira." "Iya, dan aku terjatuh saat turun. hingga sebulan lebih aku pakai tongkat karena patah." Kembali Olien duduk dan mereka berdua Saling bertatap mata tak berkedip. Kemudian Olien kembali merebahkan kepala di pundak Dirga. Ada rasa damai di hatinya. Ada rasa terayomi, dan ada debar lembut berirama saat dia membaringkan di pundak Dirga. Mereka saling jatuh cinta yang tak pernah terucap dan mereka berdua juga sama-sama tak mengijinkan hatinya terisi dengan yang lain. Keduanya juga pernah mencoba mengijinkan orang lain mengisi hari mereka, namun keduanya merasa kehampaan. Digandengnya tangan Dirga, berjalan keluar dari taman itu. Menyeberang jalan. Menuju pantai indah namun sepi pengunjung. Mereka menghabiskan waktu di pantai itu."Sudah berapa lama kita tak kesini," kata Olien perlahan. Mereka berdua saling membayangkan masa indah kala itu. Olien kecil mengumpulkan pasir pantai itu dibantu oleh Dirga. Ia membuat sebuah istana hampir setinggi dia saat duduk. Karena terlalu asik hingga ombak datang menghantamnya. Dan Olin kecil terseret ombak dan Sirga dengan sigap memeluk agar tak semakin jauh terseret air laut saat itu. Olien tersenyum mengenang masa itu. Disamping Olien tersenyum. Dirga membayangkan masa yang lain. Dirga menyematkan bunga plastik yang diambilnya saat bunga itu terbawa ombak menuju ketepian. Kemudian mereka berdua berlarian sambil bergandengan tangan. Kala Olien kecil itu terjatuh digendongnya dan dibawa menuju ke kedua orang tuanya yang meninggi jauh dari jamahan air pantai. Malam itu sangat cerah gemintak berkerlip saksi mereka berdua berada di pantai itu. "Aku, mau membaringkan kepalaku di pangkuanmu. Kata Olien lirih. Sesaat kemudian dia terlelap. Dirga memandangi wajah Olien, meski hanya terbantu bias langit, namun Dirga bisa menikmatinya. Rambut kriwilnya yang menempel di dahi Olien disingkapnya perlahan. Saat Dirga menyayang pipi Olien. Dia langsung berusaha menghindar. Tapi justru kedua bibir mereka bersatu. Secepatnya Dirga mengangkat kepalanya. "Maaf." Kata Dirga perlahan. Ditariknya dan dirangkulnya leher Dirga dengan kedua tangan Olien. Menyatukan bibirnya entah berapa lama. Malam itu mereka berdua saling berjanji dalam hati mereka tak akan pernah meninggalkan. Dan akan mengijinkan orang lain mengambil cintanya. Walau tanpa kata. Semilir angin di pantai malam itu mengiringi cinta mereka berdua. ***** Sementara Aldo di rumah Mama Ajeng tidak ada di rumah, sudah seminggu ini. Sehingga tak ada yang memperhatikan, uangnya kian menipis akibat distop oleh sang papa dikarenakan pengeluaran fantastik, yang dilaporkan sekretaris pribadi sang papa. Sedangkan si mama sendiri telah diawasi, karena sang mama telah menyalahgunakan kepercayaan akibat tekanan sang anak semata wayangnya. Anak buah si Aldo satu persatu meninggalkan dia, bahkan tidak lagi bisa dihubungi. Saat Icha terdengar keluar dari kamar, Aldo bergegas menemuinya. "Cha, I mau minta waktunya sebentar, 5 menit," kata Aldo sambil memandang Icha memelas. "Tunggu, 5 menit," jawabnya, lalu pergi dengan mobil Mathan yang memang sudah menunggu sedari tadi. Hari sudah hampir sore, ternyata Icha belum nongol juga. Aldo mulai gelisah dan kebingungan. Mondar-mandir ke kamar, balik lagi ke halaman belakang. Duduk di depan kolam renang. Dilihatnya ada tukang kebun Plok.. Plok. Plok. Suiiiiit Saat tukang kebun itu menoleh dipanggilnya dengan ayunan kemari. Merasa dia bukan siapa- siapa pak Rebo si tukang taman gak menghiraukannya. Karena seperti itulah pesan neng Icha, kepada siapa saja yang memperlakukannya dengan tidak sopan, tak perlu dihiraukan. Berkali-kali Aldo memanggilnya dengan tidak sopan. Pak Rebo tak memperdulikannya. Aldo Emosi dan berlari kecil menghampirinya. "Hay, kamu pak tukang kebun. Dipanggil kok gak datang, emang kamu tuli apa?" "Maaf mas, sampean panggil saya tho, saya kira masnya latian nari," jawab pak Rebo. Aldo semakin ngegas. "Tukang kebun saja belagu. Ntar kalau saya bilang bosmu kau dipecat. Kelaparan seluruh keluargamu," kata Aldo mulai kasar. "Makanya saya kerja rajin biar majikan pergi sampai 6, ya tetap melaksanakan tugas, biar saya gak dipecat," Aldo gak menanggapinya dan mengalihkan pembicaraan. "Kamu punya uang?" Tanya Aldo "Punya bos, butuh berapa?" "5 jutaan, lima menit aku kembalikan 3 kali lipat," saut Aldo. Sambil mengambil dompet ia berkata: *Kalau segitu, anak biniku makan apa ntar sebulan?" "Sudah 3 juta saja," kata Aldo penuh harap," karena pak Rebo terlihat berfikir terlalu lama. Maka Aldo berkata: "sejuta saja, nanti 10 menit aku kembalikan 7juta. Serius ini," kata Aldo semakin gak sabar. Pak Rebo, merasa bahwa anak konglomerat ini benar-benar kehabisan uang karena gak dapat kiriman orang tua, pak Rebo makin membuat dia penasaran. Dimasukkan kembali dompetnya. Kemudian dia berkata. "Begini saja.Buat apa uang cuma 10 juta. Mending ayo sini," ajak pak Rebo dan menyeretnya ke depan, duduk di teras rumah paling depan. Karena Aldo merasa memerlukan uang, dia menurut apa yang dikatakan pak Rebo. "Bos Ado beneran serius ini?" Tanya pak Rebo. si Aldo menganggukkan kepala. "Okey. saya punya adik yang bisa meminjamkan uang sampai 100jt tanpa jaminan KTP. Tapi harus bisa dipercaya. Mau," Aldo gembira, wajahnya berseri-seri, jurus maut rayuan gombalnya pun langsung keluar. "Wah kalau ini benar-benar sukses, bapak gak usah jadi tukang kebun lagi. Nanti aku angkat jadi manajer perusahaan di kapal pesiar yang sebentar lagi diserahkan padaku. Sebagai ucapan terimakasih." "Oke kalau begitu, serahkan kunci mobil, bpkb, stnk sekalian. 5 menit langsung cair," kata pak Rebo. Wajah Aldo langsung pucat pasi. Karena mobilnya juga sudah ditarik oleh yang punya, karena setiap kali ke Indo dia selalu pinjam di rental. "Wah,ini masalahnya. Anak buahku gak tau kemana, dia yang selalu bawa mobilku. Makanya aku bingung mau cari dia. Dompet dan semua uangku ada dalam mobil," kata Aldo pasang wajah memelas. "Ya, kalau begitu. Begini saja, nanti bulan depan pakai dah uang gaji saya. Tapi janji ya Cuma 5 menit dikembalikan 3x lipat sesuai janji bos Aldo. Kalau begitu bapak kerja lagi biar gak sampai dipecat sama papanya mbak Icha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN