Episode 19

1095 Kata
Sore itu, mereka berdua, berada di taman kota, Olien membaringkan kepala di pangkuan Dirga. "O, aku kepengen meminta, kepadamu, kalau boleh aku pengen minta izin ke papa untuk menjagamu," kata Dirga perlahan, sembari mengelus rambut kriwil Olien. "Emang kamunya sudah siap menerima aku apa adanya," tanya Olien, sambil menutup mata dengan kedua tangannya, sedikit malu. "Sejak seragammu lepas digigit anjing dulu, sebenarnya aku sudah siap menjagamu." Mendengar jawaban Dirga, Olien berlari, kemudian berbalik arah, sambil mengacungkan kedua tangannya Olien meloncat dan minta gendong belakang katanya: "gindong," Seperti inilah dulu, sewaktu masih sama-sama duduk di bangku Sekolah Dasar, waktu itu mereka berdua pulang jalan kaki, karena pak supir lupa menjemput mereka berdua. Pas ditengah jalan tiba-tiba seekor anjing menggigit tepat pada rok Olien dan dia terjatuh. Dirga berusaha menghalau sang anjing. Tapi seragam Olien robek. Olien menangis ketakutan dan Dirga menggendongnya hingga sampai di rumah. Sore itu pak Albert sedang santai sambil membaca sebuah majalah bisnis mingguan. Melihat mereka berdua sepertinya sama-sama tegang, sang papa angkat bicara. "Kalian berdua gak perlu ngomong, dari raut wajah kalian. Papa sudah tau apa yang bakal kalian omongkan. Okey papa merestui," katanya sambil memandang wajah keduanya bergantian.:"Tapi ingat, hidup bukanlah sebuah permainan yang bisa diuji coba, sekali melangkah, sesulit apapun harus kalian pecahkan bersama," lanjut pak Albert Papa Olien. "Terima Kasih Pa," jawab Dirga. "Lho…lho…lho..apa-apaan ini Pa?, Olien itu lho sebenarnya kami ingi bertanya, hari ini papa kepengen apa?,karena kami berdua mau ke supermarket," elak Olien. sedikit salah tingkah. "Papa tau, kalian berdua, lebih dari yang kalian pikirkan," kata pak Albert. "Yang pasti Papa merestui hubungan kalian, sebelum kalian minta restu sama Papa," "Kalian tau gak kenapa papa gak pernah berfikir untuk menikah lagi?" Tanya sang Papa. Mereka berdua menggelengkan kepala "Karena kalian berdua lah kebahagiaan papa sejak kecil, sejak kalian berdua baru belajar berjalan bahkan kebahagiaan papa tak pernah pupus sampai detik ini," ucap pak Albert dengan mata berkaca-kaca. "Terus kira-kira kapan kalian meresmikan niat kalian," tanya papa. "Waduh!!!, Itu yang belum ada dalam pikiran Olien, Pa. Masalahnya Olien belum pernah jadi istri. Coba nanti calon misua yang tak suruh mencari referensi buku yang ada hubungan dengan, menjadi istri yang baik dan bertanggung jawab terhadap misua," kata Olien sedikit nerves, salah tingkah karena gak tau apa yang harus dikatakan, dengan muka pucat, namun berusaha untuk disembunyikan dari papa dan Dirga. Melihat k Jantung hatimu bingung, Dirga langsung merangkul dan mengecup pipinya mesra, walau di depan sang papa. "Santai saja sayang,"bisik Dirga. Sementara itu.Maurien Aulia Rany, berganti warna rambut tergantung suasana hati. Mulai dari putih gading hingga magenta gelap. Kali ini dia memilih memotong rambutnya hingga tersisa 2 cm. Warna violet gelap. Tanpa make up, memakai Jeans gemes kaos tipis ketat tanpa lengan putih gading, serta Hem lengan panjang oversize hingga ke lutut, tas kecil bertali panjang, di cangklong pada pundak. Memakai sepatu cat warna gelap. duduk di bangku panjang taman kota. Sesekali melihat jam di tangan. "Sore say," sapa Nicolas pada Maurie Aulia Rany yang sering dipanggil dengan Lia, oleh Enam Sekawan. Lia berdiri memandang Nicolas, kemudian meninggalkan taman. Berjalan perlahan di samping Nicolas. Sambil memegang tali tasnya, Lia berkata lirih, "Mau kamu ajak jalan kemana kita Nick?" Dipegangnya tangan kanan Maurien Aulia Rany, kemudian bersama diayunkan seirama dengan langkah mereka berdua. Sesekali saling bertatap mata sambil tersenyum. "Sesuai keinginan hati," jawab Nicolas. "Hmmm, keinginan hatimu, atau hatiku?" Tanya Lia. "Sesuai hati kita berdua," jawab Nicolas. "Sejak kapan keinginan hati kita berdua, bisa bersatu?" Tanya Lia kembali. "Ku harap, sejak hari ini," jawab Nikolas sambil menatap mata Maurien Aulia Rani. Mendengar jawaban itu Lia menghentikan langkahnya. Lia memeluk Nicolas erat,seta berkata lirih di telinga Nicolas."Jangan Berhenti Mencintai Qu Selamanya." Nicolas membalas,"Selamanya," Lia melepaskan pelukannya, kembali mereka berdua berjalan menuruti langkah mereka. Kita tinggalkan sepasang anak manusia yang baru saja mengikatkan dua hati itu. Dalam waktu yang bersamaan, di tempat tinggal Klaudia Rara Atmadja, yang sering dipanggil dengan Rara. Sejak semalam hingga sore ini Rara tak beranjak dari ranjang, memakai kaos oversized tebal bergambar bunga Jepun pink transparan. Merangkul guling, sesekali bergeser ke pinggir ranjang. Pikiran dan hatinya terasa hampa. Semalaman sampai siang sang papa menunggunya di sofa tanpa bicara sepatah katapun, siang tadi baru sang papa pamit keluar, sampai menjelang sore ini belum datang entah kemana. Tak lama kemudian sang papa datang dengan bermacam makanan kesukaan jantung hatinya, berharap sore ini Rara mau menyantapnya. Diangkatnya meja kecil di dekat sofa dan diletakkan di samping ranjang untuk menata semua makanan kesukaan jantung hatinya. Namun Rara tak menoleh sedikitpun. Martabak special panas dibukanya, sehingga aroma itu sampai di hidungnya, dia hanya mengendus perlahan. Namun ketika sang papa menuangkan acar asam manis diatas martabak itu. Aroma kian menusuk hidung. Rara mulai tergoda, dan sang papa tau persis itu, walau tak melihat ke arah Rara. "Coba, kalau papa ada yang menemani, hmm pasti hati papa bakal berbunga-bunga. "Pa, ini soal mama," katanya lirih. "Itu bisa kita bicarakan sambil menikmati martabak spesial," pinta sang papa. "Pa," "Ya," jawabnya sambil tersenyum dan pura-pura asik dengan menikmati martabak. "Serius," pinta Rara. "Iya," jawabnya kemudian meletakkan martabak yang gak jadi digigitnya, lalu memandang Rara dengan meringis, sedikit melotot. Melihat gaya canda sang papa, Rara jadi tertawa. "Okey. Begini ya cah Ayu, Cantik, Imut, Rara itu sudah dewasa dan papa percaya bahwa setiap keputusan yang kamu ambil pasti yang terbaik, jadi apapun keputusan mengenai Mama dengan segala alasan yang papa gak tau kenapa saat itu meninggalkan kita, dan dia ingin kembali kepada kita, kemudian dengan lapang d**a Rara menerima atau menolak, ya berarti itu baik, baik untuk Rara juga baik untuk papa," jelas sang Papa. "Seperti semua makanan yang sudah papa beli, terus membawa pulang, terus Rara gak mau, terus Papa merayu anak papa…terus," "Terus Rarainta dikawini,terus semakin gak nyambung, terus?" Kembali mereka berdua ngakak. "Pa, Carikan Rara jodoh dah, biar anak papa yang cantik ini laku, kalau perlu buat sayembara di depan pintu aja, daripada pembicaraan kita semakin GJ," katanya sambil bergegas mengambil air putih untuk sang papa. "Terimakasih," kata sang papa kemudian meneguk air yang diambilkan oleh Rara. Suara Ponsel Rara bunyi, seperti biasa kalau dia lagi gak pengen beranjak ada saja caranya. "Aduh, mati aku!!, Hpku tadi dimana ya?" Katanya sambil tepok jidat. "Ya, sudah biarin ajjjja ntar papa belikan yang ada gambarnya hello kitty jadi sinkron dengan kaos yang Rara pakai,jawab sang papa sambil menuju meja rias tempat hp Rara. Melihat papanya mengambilkan ponselnya, dia berkata: "O, pa, biar saja Rara yang ambil, nanti papa capek," katanya sambil tersenyum. Mendengar apa yang dikatakan Rara, sang papa pun balik arah. "Aiiit, sudah terlanjur pa, bawa sisi saja. Githzu ajjjjja papa kiu ngambek" candanya sambil ngakak.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN