One Night ( Stand )
Shilla berjalan ke luar gedung kantornya. Baru saja sebulan ia bekerja. Rasanya harus berhadapan dengan Arka sangat amat menyesakan. Selain kelakuan Arka sebagai Bos yang kadang hanya semena mena padanya. Shilla juga tak bisa memungkiri. Sosok Arka sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Kecewa tapi tak tau alasan pastinya.
“ Bos sialan! Mantan sialan! “ maki Shilla dengan menendang nendang udara.
Semalam ini dan ia masih tak tau harus pulang bagaimana. Di permainkan Arka. Hati dan pikiran. Semuanya di mainkan tanpa jeda. Harusnya. Dunia permantanan ini tak bisa mengganggu dunia perkantorannya. Tapi ternyata itu adalah mimpi.
Saat Arka melihat Shilla memasuki ruangannya satu bulan yang lalu. Arka sudah berniat untuk membuat Shilla frustasi.
“ Huah!! “ jerit Shilla dengan frustasi.
“ Kenapa kamu? Gila atau gimana? “
Suara Arka langsung membuat Shilla sadar. Ia mencari cari sumber suara itu dan melihat mobil Arka ada di belakangnya. Kepala Arka terulur ke luar jendela. Buru buru Shilla menepikan diri.
“ Silahkan. Hati hati di perjalanan. “ ucap Shilla semanis mungkin ia malah berdo’a yang buruk buruk di dalam hati sana. Arka malah menatap Shilla dengan sebal.
Masih bisa senyam senyum ya! Besok jangan harap bisa senyum. Ngimpi!
“ Besok besok, jangan kesurupan di kantor. Kalo kesurupan di masjid aja. “
Dan tanpa babibu lagi. Mobil Arka langsung melewati Shilla tanpa menawarkan tumpangan. Shilla hanya tersenyum kaku menanggapi kata kata Arka barusan.
Besok besok mana ada waktu buat kesurupan di mesjid!
Mobil melaju dengan cepat dan meninggalkan kepulan asap di wajah Shilla. Perempuan itu terbatuk batuk sendiri saat paru parunya terisi dengan polusi. Arka yang sembarangan ngegas di depannya langsung. Dan yang Shilla tau, Arka sengaja menyemburkan asap knalpot mobilnya itu. Sengaja. Memang sebutan mantan j*****m pantas di sematkan pada Arka.
“ Jahanamnya luar dalam. “ komentar Shilla.
Ia berdiri di tepi jalan sambil menunggu pesanan ojek online-nya sampai. Malam makin dingin dan lalu lintas makin sepi. Tak di pungkiri, sebagai perempuan di era modern. Sekaligus wanita karir. Shilla lebih takut pada begal ketimbang kuntilanak. Karena asetnya hanyalah tubuhnya. Untuk menghidupi keluarga. Harus punya tubuh. Tidak bisa mendaftar pekerjaan sebagai sosok Kuyang!
Dan Shilla tersenyum puas saat ojek yang ia pesan sudah menghampirinya. Biarkan. Biarkan hari ini berakhir dengan melelahkan. Toh ia masih punya sisa hidup yang panjang kalau bersabar menghadapi Arka. Kalau Shilla tak bersabar. Mungkin, ia bisa mati muda.
^^^
“ Ashilla Rahma !!! “ teriak Arka dari dalam ruangannya.
Buru buru Shilla masuk ke dalam kantor tanpa mengetuk pintu. Nafas ngos ngosan dan d**a yang naik turun itu membuktikan kalau Shilla langsung buru buru datang begitu Arka memangil namanya.
“ Heh- Iya Boss. “ tanya Shilla dengan masih mencoba meneraturkan jantungnya yang tak terkendali. Arka malah melayangkan pandangan tak suka pada sikap Shilla barusan.
“ Siapa suruh kamu masuk tanpa ketok pintu? Di kira ini toliet, main masuk sembarangan. “ sembur Arka dengan nada marah. Shilla jadi ingin mencabik mulut pedas Arka ini.
Nah nah nah! Salah lagi kan. Batin Shilla. Ia mulai merasakan feeling tak menyenangkan kalau Arka sudah mulai marah marah dan mencari kesalahan kecil yang di perbuatnya.
“ Saya di panggil, jadi saya buru buru masuk. “Shilla menjawab sekenanya. Mata Arka sudah bisa di tebak. Melirik sebal karena Shilla masih punya banyak alasan.
“ Apa berarti harus engga sopan? Masuk ke ruangan Bos tanpa ketok pintu dulu? Iya?! Kamu Bossnya atau gimana? “ tanya Arka sambil menunjuk Shilla, mencoba mencari pembenaran dari pertanyaanya.
“ Salah Bos,” belum selesai mata Arka sudah melorot, buru buru Shilla melengkapi kata katanya,” saya yang salah. “ Jawab Shilla dengan cepat.
Dan jawaban Shilla membuat senyum merekah di sudut bibir Arka. Tapi dengan cepat. Ia hilangkan itu. Beralih ekspresi menjadi marah semarah marahnya.
“ Kalau begitu! Ulangi. “
Shilla nampak belum konek dengan perintah Arka barusan. Ulangi? Apa yang musti di ulangi.
“ Maa- “
“ Saya bilang ulangi, cara masuk kamu. Ketuk pintu, salam dan nunggu saya ijinkan kamu masuk. Baru kamu masuk. Jangan asal seleweng kaya tadi! Engga punya attitude. Sopan santun kamu di mana? Di mana? “ cerca Arka yang semakin membuat Shilla emosi.
Yang engga punya sopan santun ya situ! Situ! Situ yang lahir lahir langsung songong!!! j*****m luar dalam!
Dan Shilla langsung meneguk ludahnya. Benar benar. Buat frustasi kalau bekerja dengan Arka. Tapi Shilla menarik nafas. Ia mulai bersabar lagi. Ingat, yang bersabar pantatnya lebar.
“ Ngapain kamu masih di situ? Keluar! “
Dan sesuai perintah Arka. Shilla langsung menuju ke pintu ruangan Arka. Ia berada di balik pintu dan mengetuk pintunya dengan keras keras. Sekalian ia menyalurkan amarahnya yang tertahan sejak tadi.
“ Bos. Permisi. “ salam Shilla.
Tangan Shilla sudah membuka pintu dan kepalanya sudah terdorong ke dalam melengok Arka. Apakah Bossnya itu sudah mengizinkannya masuk atau belum. Tapi Arka malah tak menggubrisnya. Laki laki itu pura pura sibuk dengan dokumen yang ada di mejanya.
Sialan, kena lagi! Di prank sama dia!!! j*****m luar dalam!!
Arka masih kekeh dengan kepura puraanya. Ia tak membiarkan Shilla masuk untuk duduk dan masih membiarkan perempuan itu ada di ambang pintu. Shilla berdiri mematung selama lima belas menit. Percayalah, kakinya sudah sejak tadi semutan dan rasanya ingin mengumpati Arka saja kalau boleh.
“ Kenapa kamu di situ? Kenapa engga masuk! “ sekali lagi Arka berujar dengan nada marah dan sewot.
“ Tadi ka- “
“ Jangan banyak alesan. Masuk sekarang. “ perintah Arka tak bisa lagi di bantah. Shilla langsung berjalan masuk dan mendekati meja Arka. Ia menundukan kepalanya dan berjalan dengan lambat.
“ Lelet! Cepatan! “
Dan saat komplain dari Arka itu, ia langsung mempercepat langkahnya, “ Ada apa Pak? Ada yang bisa di bantu? “ otomatis Shilla langsung mengucapkan kata kuncinya. Arka menatap kepala Shilla yang tertunduk itu. Matanya terbuka lebar untuk menyadari, kalau semuanya berubah.
“ Belikan saya makanan. Di restoran kesukaan saya. “ perintah Arka dengan nada dingin.
“ Baik Pak. “ dan secepat itu Shilla langsung berbalik badan. Belum juga langkah kelima ia jalankan, Arka langsung menghentikan langkahnya.
“ Tunggu! “
“ Iya Pak? “
“ Kamu mau kemana! “ bentak Arka dengan sebal.
“ Restoran, beli makan. “
“ Saya belum bilang ke kamu. Restoran mana yang harus kamu datengin! Makanannya apa! Kamu cenayang, bisa langsung tau isi pikiran orang?! “
“ Maaf Pak. “ ucap Shilla cepat cepat. Kata kata yang sering ia ucapkan setelah sebulan bekerja hanyalah, ada apa Pak? Maaf Pak. Tak ada yang lain.
Padahal kan tadi bilang beli makanan di restoran favorit. Berarti di restoran Messy day kan. Batin Shilla. Ia sangat ingat, itu adalah tempat yang paling sering ia kunjungi dengan Arka dulu. Dulu sekali. Sampai rasanya, kenangan Shilla dengan laki laki itu sudah ada di rak paling belakang. Sulit di jamah tapi mudah di ingat. Kenangan itu, tak bisa di reka ulang.
“ Beli makanan di restoran The Plate. “
Dan hati Shilla mencelos. Bahkan, Arka sudah tak sudi lagi menganggap restoran yang di isi canda tawanya bersama Shilla sebagai restoran favoritnya. Bibir Shilla langsung memucat. Kenangan itu memang sudah tak bisa di reka ulang. Sudah ada di rak paling belakang.
“ Kenapa diem, pergi sekarang! “