Mata tajam Arka menciutkan nyali Shilla. Gadis itu perlahan mundur saat tubuh Arka kian dekat.
“ Selangkah lagi, s**********n kamu yang bakalan bengkak! “ teriak Shilla sambil mencoba untuk terlihat berani.
Padahal, tubuhnya sudah kepayang bukan main. Bergetar saking takutnya kalau Arka akan macam macam denganya. Nah kan! Betul. Seringai tajam Arka sudah muncul dan Shilla makin takut di buatnya. Ia buru buru mundur lebih cepat. Langkah kaki Arka makin mendekati Shilla dengan senyuman tersungging itu.
“ Mau kemana? Kabur? Lagi? Apa engga capek main kabur kaburan? “ tanya Arka.
Shilla bahkan tak tau maksud Arka menanyakan itu. Main kabur kaburan? Siapa yang bisa kabur dari Arka Megantara. Atasan Shilla sekaligus mantanya. Iya. Catat baik baik. Mantan adalah spesies makhluk yang harus di jauhi. Apa lagi, MANTAN yang tersakiti.
“ Siapa yang kabur kabur Bos? “ kekeh Shilla dengan tawa yang sumbang.
Jaraknya dengan Arka hanya sebatas tiga jengkal jari. Dan Arka sudah menjulang di depannya. Apa itu yang menjulang? Tentu bukan keadilan. Arka sudah menyunggingkan senyuman paling mengerikan di mata Shilla. Tangan Arka mengunci gerakan Shilla.
Tuhan!! Tolong!! Jerit Shilla di dalam hati. Sepertinya, tak ada lagi yang bisa menolongnya dari kejaran Arka. Hanya keajaiban yang mungkin bisa menolongnya. Tangan Arka sudah mengunci Shilla. Karena, sayangnya Shilla sudah terhimpit di tembok.
“ Kenapa? Takut atau apa? “
seringai Arka muncul lagi saat melihat Shilla menutup mata dan mulut yang komat kamit. Arka jadi ingin tertawa. Tapi ia langsung menepis itu. Berubahlah wajahnya menjadi sedingin es dan tak berekspresi sama sekali.
“ Atau kamu lagi mikir yang engga engga? “ tebak Arka dengan di sambut pelototan oleh Shilla.
Siapa yang lagi mikirin di engga enggain!!! Jerit Shilla di dalam hati. Di otaknya ia malah sudah membayangkan scene pembunuhan yang akan di lakukan Arka terhadapnya. Bisa saja, sebelum ia di kubur, Shilla akan di gunduli sampai rambutnya habis. Shilla tak suka rambutnya menjadi gundul!!
“ Siapa bilang lagi mikir yang engga engga!! “ teriak Shilla kebablasan.
Raut wajah Arka langsung berubah makin dingin. Semenjak menjabat di kursi paling tinggi di atas sana. Arka tak suka di bentak. Dan gadis di depannya ini. Sudah menghilangkan kesempatan untuk hidup.
“ Nyari mati? Ngebentak Bos sendiri? “ tuding Arka dengan suara sangat dingin.
Shilla langsung ingin menghujat mulutnya sendiri yang sangat tak tau moral ini.
Dia bukan Arka yang dulu Shill! Dia bukan Arka yang ‘ Itu ‘ lagi. Batin Shilla mulai membentengi dirinya dengan fondasi yang kokoh. Shilla menarik nafas dalam dalam dan langsung menatap lurus ke arah Arka.
“ Maaf Bos. “ ucap Shilla tanpa di minta. Ia langsung meminta pengampunan. Bagaimanapun, Arka punya kendali ke dompetnya. Bisa saja, Arka marah besar dan ia akan kelaparan selama sebulan penuh. Jangan sampai.
“ Minta maaf buat apa? “ Arka tak mau dengan mudahnya memberikan maaf. Baginya, pintu maaf untuk Shilla sudah di tutup bertahun tahun lalu. Mau kesalahan yang mana yang Shilla buat. Arka takan memaafkan gadis itu. Takan.
Shilla kebingungan sendiri. Apa yang sedang Arka coba kulik darinya. Ya tentu saja ia meminta maaf karena sudah membentak Arka barusan.
“ Mulut fungsinya masih sama kan? Buat ngomong? Atau udah berubah, cuman buat di tempelin dari mulut ke mulut lain? “ goda Arka dan Shilla langsung panik saat otaknya mencerna mulut dan mulut lain. Itu bukan pertanda bagus. Buru buru Shilla memohon dengan niat yang tak tulus sedikitpun.
“ Bos, saya minta maaf. Udah ngebentak Bos. “
“ Terus...?”
Rupanya Arka masih ingin menggoda Shilla dengan memancing banyak kesalahan Shilla. Dan kesalahan itu, harus Shilla sendiri yang menyadarinya. Ruangan kantor itu sudah sepi. Ini ruangan Arka. Tentu saja sepi. Dan Shilla makin panik. Ia memutar otaknya dengan cepat.
“ Barang kali saya ngebentaknya pakai kuah. “ terang Shilla dengan menutup matanya. Takutnya benar. Kalau wajah Arka terkena cipratan air duniawiahnya. Jangan sampai.
“ Terus. “ pancing Arka lagi dengan alis yang di naikan sebelah. Shilla malah makin panik, jangan jangan. Kesalahannya banyak dan juga bertubi tubi.
“ Kuah, ehm kuah saya mungkin- “
“ Stop bahas kuah!! Saya lagi engga ngomongin kesalahan ngegas kamu barusan. Saya lagi ngomongin kesalahan kamu. Semuanya. “
“ Kesalahan saya hari ini Bos? “ tanya Shilla dengan polosnya. Ia malah jadi takut saat wajah Arka memerah padam gara gara menahan amarah.
“ Saya hari ini, telat berangkat. “ tutur Shilla. Ia sengaja menutupi keterlambatannya ini karena ia takut gajinya di potong.
“ Yang lain, next. “ Perintah Arka dengan sombongnya.
Ia ingin tau kesalahan Shilla. Tapi bukan kesalahan yang itu. Lebih tepatnya, ia ingin tau alasan. Alasan! Ahrgh! Arka jadi stress sendiri. Mata tajamnya melihat sosok Shilla di depannya. Wajah Shilla, mata Shilla, bahkan hidung Shilla yang kembang kempis itu tak luput dari pandangannya. Masih sama. Batin Arka. Hanya saja, sekarang Shilla menjadi lebih dewasa dalam berpenampilan.
“ Saya lupa deadline kerja Bos. “
akhirnya Shilla mengatakan kesalahannya. Ambyar sudah. Mungkin bukan hanya gaji bulan ini. Tapi juga gajinya untuk selamanya harus turun gunung. Shilla pasti di pecat. Deadline ini bukan sembarang deadline. Dan Shilla malah lupa dan tak mengerjakannya.
“ Bukan yang itu, yang lain. Next. “
Arka nampak kecewa karena Shilla sepertinya benar benar melupakannya. Kepingan masa lalu yang ia buat bersama gadis itu. Sudah tak tersisa sedikitpun di ingatan Shilla. Arka jadi frustasi sendiri saat mengingat kenyataan itu. Argh!
Di todongkan wajah Arka mendekati wajah Shilla. Otomatis, Shilla memundurkan wajahnya yang sudah mentok ke tembok itu.
“ Pak, tolong semua kesalahan saya di maafkan. “ rengek Shilla dengan ketakutan.
“ Kamu lupa kesalahan kamu ke aku Shil. “ bisik Arka dan pria itu langsung beranjak pergi.
Kedua lengannya yang tadinya di gunakan untuk mengunci pergerakan Shilla, ia lepas begitu saja. Mata Shilla terbuka dan melihat Arka yang sudah berjalan menjauhinya.
Ada bunyi kretek di hati Shilla. Saat Arka memanggilnya dengan panggilan seakrab barusan. Laki laki itu sudah berjalan ke mejanya dan meraih tasnya tanpa perlu repot repot menengok ke arah Shilla. Kembali, hati Shilla sakit sesakit sakitnya. Ada bunyi kretek yang lebih dahsyat. Yah. Hati Shilla sekarang sudah roboh dan jadi puing puing saat Arka tak lagi memedulikannya.
“ Kenapa musti sakit banget kaya gini sih? Kan semuanya udah selesai. “ ujar Shilla di ruangan kosong yang sudah tak di isi oleh Arka lagi.