BAB 3

1196 Kata
Rena, eemmm... bagaimana menggambarkannya? Wajahnya tidak secantik Anggun. Namun, manis untuk dipandang. Sejuk dipandang, begitu kata orang. Pertama kali bertemu Kak Rena, dia sopan seperti gadis desa. Menghormati semua orang di rumah ini. Saat mulai bekerja dengan Abang El, dia harus mengubah penampilannya karena Abang El bilang dia tidak ingin staf di perusahaannya tidak bergaya. Penampilan sejalan dengan tingkat pendidikan. Tapi, saya suka dengan penampilannya yang apa adanya. Cantik. Ya, dia janda yang ditinggal mati suaminya. Tapi, Ibu selalu bilang, apapun status dan pekerjaan seseorang, kalau dia pandai membawa diri, menghargai orang lain, dia juga pantas dilayani seperti kita. Jadi, kesimpulannya, saya menyukainya. Menurut rencana awal, hanya akad nikah yang diadakan dan resepsi berlangsung beberapa bulan kemudian sesuai dengan keinginan Anggun. Namun, karena mempelai wanita bukan lagi Anggun, Meila Miska berencana mengadakan resepsi minggu depan. Sebelumnya, semuanya diatur oleh Rena, namun kali ini, keluarga El sendiri yang akan mengatur semuanya. Jika mengikuti kata hati Rena, ia tidak ingin ada upacara pernikahan. Sudah cukup apa yang terjadi membuatnya merasa bersalah dan menyesal. Malam itu, kerabat El berangsur-angsur pulang ke rumah. Situasi di rumah Meila Miska mulai sepi. El juga tidak terlihat dari tadi. Entah ke mana lelaki itu menghilang. Hanya Rena yang masih ada di sana bersama Hafis melayani keluarga El. "Terima kasih sudah menerima adikku menjadi bagian dari keluarga ini Pak Abraham," kata Hafis dengan senyum ramah kepada Ayah mempelaki laki-laki. Lelaki memiliki wajah yang tegas dan teguh, memberikan kesan kekuatan dan ketegasan yang terpancar dari setiap ekspresi wajahnya. Ia mengenakan jas hitam yang rapi dan terlihat begitu elegan pada tubuhnya yang besar dan gagah. Tubuhnya yang tinggi dan tegap memberikan kesan kuat dan dominan, membuat orang di sekitarnya merasa aman dan nyaman. "Kalau ada yang Rena lakukan salah, silahkan beri teguran," tambah Hafis. Namun, Hafis tahu Rena pandai membawa diri. Tidak mungkin Rena akan mempermalukan Hafis. Meila Miska dan Ibrahim Samad tersenyum pahit. "Seharusnya kami yang berterima kasih. Semuanya terjadi tanpa direncanakan. Sebenarnya, ini adalah ketiga kalinya El merencanakan pernikahan dengan Anggun. Kami tidak tahu harus mencari di mana. Kali ini kami tidak bisa mengikuti kemauan El lagi. Kami harus memaksanya. Kalau tidak, entah berapa kali ini akan terjadi lagi." Sungguh sulit untuk mengatakan hal seperti ini. Pernikahan bukanlah sebuah lelucon. Pernikahan bukan untuk satu atau dua hari. Sebenarnya keluarga Ibrahim Samad tidak setuju dengan pilihan El. Namun karena mereka sangat menyayangi putra sulungnya, mereka mengikuti keinginan El. Namun, setelah berkali-kali hal tersebut terulang, Ibrahim Samad dan Meila Miska sudah tidak tahan lagi. Mereka tidak percaya dengan janji Anggun. Cukup sudah apa yang terjadi sebelumnya. "Saya mengerti. Bagi mereka kesempatan untuk saling mengenal hati masing-masing. Insya Allah mereka akan berjodoh suatu saat nanti. Kita doakan saja," Hafis mencoba menenangkan Ibrahim Samad dan Meila Miska. "Kalau tidak ada lagi, saya permisi dulu. Sudah lewat tengah malam. Assalamualaikum," kata Hafis sambil menyalami Ibrahim Samad. "Wa'alaikumsalam warahmatullah hiwabarakatuh," jawab mereka serentak sambil tersenyum manis. "Saya antar adik saya ke mobil sebentar lagi ya, bu, Ayah," Rena mengikuti Hafis setelah Meila Miska dan Ibrahim Samad menganggukkan kepala tanda mengiyakan ucapan Rena. Sesampainya di mobil, Hafis mengambil tas berisi pakaian Rena dan menyerahkannya kepada adiknya. Wajah Rena terlihat agak sedih dan muram. "Kalau ada apa-apa, ceritakan saja," kata Hafis sambil mengusap kepala Rena dengan lembut. Ia tahu adiknya sedang gelisah dan buntu. Tapi ia yakin ada hikmah di balik semua yang terjadi. Rena, Abang selalu berdoa untuk kebahagiaanmu. Abang khawatir jika tidak ada yang menjaga Rena. Abang tidak selalu ada bersama Rena. Abang berharap El adalah pilihan yang tepat yang Allah berikan untuk adiknya. Ya Allah, berikanlah kebahagiaan untuk adikku. Semoga mereka langgeng sampai ke surga-Mu. Setelah bersalaman, Hafis melanjutkan perjalanan kembali ke desa sesuai rencana awal. Namun, tanpa Rena. Rena hanya menatap kosong saat kereta Hafis menghilang di kegelapan malam. Kemudian, Rena melangkah masuk ke dalam halaman rumah yang berwarna kuning. Ia berhenti sejenak sebelum kakinya melangkah masuk ke dalam rumah. Ia menghela napas berat yang entah sudah berapa kali keluar dari mulutnya hari ini. Sampai kapan aku akan menjadi bagian dari keluarga ini? Ya Allah, tolonglah aku. Jalan buntu yang kurasakan sekarang. Hati Rena meronta-ronta karena cemas. Lalu, ia melangkah lemah ke dalam rumah ibadah itu. "Masuklah ke kamar El, istirahatlah. Besok pagi El bilang akan ada kerjaan di Kute, Sekotong, ada kerjaan mendadak katanya," tiba-tiba Meila Miska yang muncul dari dapur menyapa Rena. Seketika Rena menoleh ke arah suara itu. "Kamar El yang mana ya Bu?" tanya Rena. Meila Miska tertawa kecil. "Coba Ibu tunjukin," dan tangan Rena ditarik ke arah tangga kamar. Rena setuju. Ia mengikuti Meila Miska menuju kamar El. Berdiri di depan pintu kamar El, Meila Miska mengetuk pintu sambil memanggil putra sulungnya. Beberapa saat kemudian, El muncul dengan wajah yang tidak bergejolak dan tidak berperasaan. Ia terus memberikan ruang bagi Rena untuk masuk ke kamarnya. Setelah itu, Meila Miska kembali turun ke lantai bawah untuk melanjutkan pekerjaannya membantu beres-beres di dapur. Dengan demikian, tinggal Rena dan El yang berada di dalam kamar bersama. Pertama kali Rena masuk ke kamar El. Ia berdiri kaku di salah satu sudut kamar, tidak tahu di mana ia harus menaruh barang-barangnya dan di mana ia harus duduk. Ia dapat merasakan sikap dingin El terhadapnya, seolah-olah kehadiran Rena mengundang rasa tidak nyaman di dalam kamar. Telinga Rena menangkap keluhan yang keluar dari mulut El. "Pokoknya, terima kasih sudah membantuku menyelesaikan masalahku. Tapi, maafkan aku karena membuatmu dalam masalah. Sebenarnya, aku... Aku tidak bisa menerimamu sebagai istriku. Aku putus asa. Aku harap kau tahu batas kemampuanmu dan tidak menaruh harapan padaku. Aku masih jatuh cinta dengan Anggun. Dia satu-satunya," kata El tanpa menatap wajah Rena. Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menyalahgunakanmu. Tapi, cintaku hanya untuk Anggun. Anggun, kenapa kamu melakukan ini padaku? Di mana kau, sayang? Sebuah napas dalam-dalam diambil. "Aku mengerti . Kalau memang tidak nyaman dengan kehadiran saya di kamar ini, saya bisa tidur di kamar lain," kata Rena hati-hati. Ia mengerti dan ia sendiri juga tidak nyaman berada di kamar yang sama dengan lelaki itu. Rasanya canggung sekali saat itu. Tidak!!! Ibu akan membunuhku. Tidurlah di sini. Kamu tidur di tempat tidur. Aku tidur di sofa," sela El dengan nada lemah. Terlihat jelas wajah pria itu sangat kecewa dan tertahan. "Buatlah dirimu merasa nyaman. Aku tidak 'mengganggu' kamu," El berusaha membuat Rena mengerti bahwa ia tidak akan mengganggu Rena. Jadi, tidak ada yang namanya malam pertama bagi mereka seperti pasangan lainnya. El berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan menyentuh wanita yang tidak dia cintai. Kemudian El mengambil bantal dari tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sofa. Wajahnya menghadap ke bagian d**a sofa agar Rena merasa nyaman untuk mengganti pakaiannya. Rena bungkam seribu bahasa. Beberapa detik dia membeku di situ. Setelah melihat El berbaring membelakanginya, dia mengeluarkan pakaian tidur dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku tahu posisiku. Aku mengerti. Ya Allah, kuatkan hatiku. Hati Rena meringis sakit dan sedih. Saya tidak tahu kapan semuanya akan berakhir karena ini baru permulaan yang harus mereka dia lalui. Menikah secara tiba-tiba, tidak menciptakan cinta. Cinta hanya datang tanpa disadari. Segala sesuatu tidak mungkin terjadi tanpa izin-Nya. Pengaturan-Nya adalah yang terbaik tanpa harus melibatkan hamba-Nya. Jadi, percayalah pada takdir-Nya. Ada hikmah di balik semua yang terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN