Bab 3

1140 Kata
Happy reading *** "Semangat Jim, pelan-pelan aja ngerjainnya," Rama menepuk bahu Jimy. Jimi adalah admin yang telah bekerja setahun ini. "Parah bang, nggak nyampe 20 menit 200 hoodie BlackZipper lo habis," Jimy menatap kearah layar komputer, masih melakukan aktifitasnya. Rama duduk di sofa, ia baru saja merilis hoodie blackZipper miliknya dengan jumlah terbatas. Ia memandang ke arah ponsel, membuka akun i********: miliknya. Dan ia membuat intastory, mengatakan bahwa ia berterima kasih kepada semua orang yang telah membeli hoodie blackZipper series kedua. Mengatakan bahwa ia tidak bisa merilis banyak, karena dibuat hanya terbatas. Rama melihat banyak sekali notifikasi masuk, ia tanpa sengaja membuka pesan utama. Banyak sekali memberi komentar disana. Ia tidak lupa menambahkan pesan-pesan itu ke cerita instagramnya. Ia tersenyum simpul karena banyak sekali antusias dengan rilis hoodie keduanya. Rama menarik nafas, menscroll hingga bawah mencari, pernyataan yang menarik dan membuatnya tertawa. "Bang, yok gelut ! baru buka shoopie udah sold out semua. Lo ngeremehin duit gue !," "Asem !, Lo niat jualan nggak sih bang !," "Bang, lu PHP in gue. Lo promo sana sini, taunya gue cuma dapat harapan palsu !," "Anjir ! Buka akun udah sold out, parah lo bang nggak nyisain gue !" "Baru kali ini, gue beli hoodie nggak kebagian," "Kecepatan tangan dan jaringan, menentukan hasil. Gue dapat bang hoodie lu !," "Bang, nggak sia-sia perjuangan gue nungguin, toko online llo buka dari jam 5 sore. Akhirnya gue dapat !," "Bang, lo dimana ! Yok tawuran, kalau menang hadiah hoodiezipper," "Kalau mau rilis hoodie siapin banyak bang, bukan selusin !," "Yaelah, ini orang gak niat jualan !," "Demi hoodie lu nih bang, gue sampe berantem sama doi !," "Bang, hoodie yang lu pakek di jual nggak? Gue beli punya lu aja deh !," Rama tertawa membaca mantion-mantion diatas dan tidak lupa menandainya di cerita i********:. Ia mensecroll hingga bawah dan tangannya tiba-tiba terhenti. Melihat sebuah pesan dengan caption Dara disana. Ia mengerutkan dahi, dan jemarinya terhenti begitu saja dan membuka pesan itu. "Rama lo ingat gue nggak? Gue Mili temen Dara, ingat kan kita pernah sekelas. Lo nggak penasaran sama Dara?. Berantem lagi seru kali ya," "Gue sama Dara jam 21.30 di Ibiza," Rama terdiam sesaat, mengerutkan dahi mendengar nama Dara. Semenjak lulus sekolah dulu ia memang tidak pernah lagi berhubungan dengan Dara. Ya, ia masih teringat jelas siapa Dara. Dara wanita cantik, banyak bicara, tapi nol prestasi akademik. Ah, gadis itu lagi, apa kabar dia yang sekarang?. Apakah dia masih sama seperti yang dulu?. Ia mengerutkan dahi, membuka akun i********: Mili yang tidak terkunci itu. Ia membuat instastory melihat wanita berpakaian merah dan hitam. Ia tahu bahwa yang berpakaian merah itu Mili dan matanya kini beralih ke arah wanita berpakaian hitam dengan tali spaghetti. Dia tersenyum manja disamping Mili sambil memegang cangkir cocktail. Mata, alis, dan hidung itu sama sekali tidak berubah. Ternyata semakin dewasa wanita itu semakin cantik, versi dewasa. Ia tidak tahu seberapa besar perubahan itu terjadi. Ia melirik jam melingkar ditangan menunjukkan pukul 22.05 menit. Ia menegakkan tubuhnya. "Jim, kalau ada yang nyariin gue. Gue ada di Bar," "Siap, apalagi bang," "Bimo sama Ares, mau ke sini. Mungkin bentar lagi nyampe. Lo bilang aja, samper gue di Bar," "Mau senoparty lagi bang?" "Yoi," Rama menyungging senyum dan melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Sudah 13 tahun lamanya ia tidak berjumpa dengan Dara. Dara adalah teman sekelasnya dulu waktu SMA. Ia dan Dara selalu berantem setiap saat, karena Dara selalu mencari masalah. Jika diingat dulu, ia ingin tertawa, Dara gadis paling bar-bar di sekolahnya dulu. Setiap minggu orang tuanya selalu di panggil karena si Dara. Ia tidak kuasa menahan tawa jika mengingat kejadian 13 tahun lalu. *** Awalnya ia tidak akan pernah mengingat nama itu lagi. Bahkan membuang jauh-jauh pikirannya dengan wanita bernama Dara. Sedetik berlalu sejak meninggalkan jejak instastory. Dan kini rasa penasarannya pun cukup kuat dan ingin melihatnya langsung. Dara versi dewasa itu seperti apa. Kerja apa dia sekarang? Apakah sudah menikah? Kenapa Mili menginginkan mereka bertemu? Apakah ini hanya reuni sesaat? Apa yang ia lalukan jika bertemu nanti?. Suara ponselnya seketika berbunyi, ia merogoh ponsel memandang layar "Bimo Calling,". Ia menggeser tombol hijau pada layar, memasang earpod ditelinga. "Iya Bim," "Lo dimana? Gue baru nyampe di studio lo. Kata Jimy lo ke Bar," "Gue di Jalan, ini lagi di Tebet. Bentar lagi nyampe Bar gue. Lo kesini aja, kita ngobrolin bisnis disini aja," Rama memarkir mobilnya di parkiran. Ia melihat security sedang sibuk memarkir kendaraan. "Katanya kemarin berisik, nggak enak, lo gimana sih men !," "Gue mau ketemu orang bentar," "Siapa? Cewek?," "Yoi, temen SMA dulu," "Gebetan lo yang baru?," "Ya nggak lah men," "Cantik nggak ?," "Lumayan, kangen aja pangen berantem sama dia," "Parah lo men, berantem sama cewek. Malu sama tato lu," Seketika Rama tertawa ia mematikan mesin mobil, "Seru kali berantem, sampe rambutnya pada rontok," "Gila lo men," "Lo ke sini aja ya, deket dari rumah gue di Kemang ke Tebet," "Iya ini gue sama ares di jalan," Sambunganpun berhenti, ia memasukan ponsel di saku celana. Ia menatap ke arah layar dasbor. Menatap penampilannya, ia menyungging senyum dan ia tidak tahu reaksinya seperti apa jika bertemu Dara. Semoga aja wanita itu belum pulang karena sudah menunjukan pukul 10.30 menit. Ia keluar dari mobil, menatap security menghampirinya. "Rame banget ya," Rama menatap kearah parkiran yang sudah penuh dengan mobil, bahkan ada yang parkir ditepi jalan. "Rame bos," Rama menyerahkan kunci kepada security, "Gue titip mobil," "Oke bos," Rama melangkahkan kakinya masuk ke dalam Bar, ia memandang area lobby sudah banyak pengunjung memadati bangku kosong. Suara live music terdengar dentuman tanpa henti, inilah Bar yang ia buka sudah dua tahun belakangan ini. Dengan merogoh kocek dalam dan pinjaman bank yang banyak. Dan berkat dukungan Aru dan kedua orang tuanya. Jadilah Bar yang ia inginkan, Bar bernuansa cozy american style, dengan koleksi 1000 wine impiannya. Ia melangkah menuju bar, manatap Jay salah satu bartender terbaiknya sedang melayani tamu. Crew kitchen pasti sedang sibuk-sibuknya merack hidangan, karena pengunjung begitu ramai setiap harinha. Ia mengedarkan pandangannya kepenjuru ruangan mencari keberadaan Dara. Ya Tuhan, tiba-tiba aja otaknya dipenuhi Dara. Langkahnya terhenti memandang wanita berpakaian hitam, sedang berdiri meninggalkan tempat duduknya. Dia memandang wanita berpakaian minindress merah sedang duduk bersama seorang pria. Ya itu Mili, temannya dulu SMA sepertinya Mili sedang bersama pacarnya. Sepertinya Mili juga tidak menyadari kehadirannya, karena terlalu fokus berbicara dan tertawa. Rama mengikuti langkah Dara dari belakang. Wanita itu memilik tubuh ramping, lekuk tubuh terlihat sempurna. Rambut panjang bergelombang berwarna coklat terang, khas wanita muda masa kini. Wanita itu sengaja memamerkan kaki jenjangnya di hadapan khalayak ramai. Ia terus mengikuti langkah Dara. Ada perasaan tegang, termanifestasi getaran yang sulit ia artikan. Ini bukanlah getaran cupid dewa cinta yang usil menancapkan hatinya. Tapi lebih kepada sekian lama tidak bertemu dan sekedar menyapa. Ia menarik nafas, memberanikan diri untuk melangkah maju. Ini lah mereka bertemu lagi, dengan cara yang berbeda. "Dara," ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN