Kecupan

1861 Kata

Ara merasa diabaikan untuk beberapa saat. Sudah lebih dari sejam ia menumpang duduk di kursi Rafa. Tidak enak rasanya membuat pria itu tergusur dari tempatnya, meski dengan senang hati Rafa mempersilakan dia duduk. Bos, saya boleh masuk? Pesan itu kembali dikirmnya karena Julian tak kunjung memberi jawaban. Doa-doanya sejak duduk di kursi Rafa selalu sama, agar gadis itu segera keluar dari ruangannya atau setidaknya Julian dan gadis itu pergi bersama sehingga ia bisa masuk dan bekerja dengan tenang. Suara tawa kembali terdengar saat pintu ruangan terbuka. Ara segera berdiri saat Julian dan wanita itu berada di depan pintu. Setelah mengucap salam perpisahan gadis itu pun pergi. Sekilas tatapan Ara bertemu dengannya, tapi tidak berlangsung lama karena gadis itu berjalan cepat ke lift. Ar

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN