Setelah Daffin berhasil mengambil sesuatu yang sangat berharga darinya, Risa tidak langsung pergi. Ia menunggu sampai pria yang langsung berguling ke sampingnya ini agar tertidur pulas dulu. Setelah itu, barulah Risa bisa benar-benar meninggalkan tempat ini dengan tenang.
Risa merasa dirinya perlu hati-hati, khawatir Daffin akan mengulangi apa yang baru saja pria itu lakukan terhadapnya. Benar saja, tidak butuh waktu lama … suara napas teratur membuat Risa yakin kalau pria yang baru saja merenggut sesuatu yang sangat berharga baginya itu telah tertidur pulas.
Entah siapa pria itu, Risa sungguh tak peduli. Sekarang yang terpenting adalah ia segera meninggalkan tempat ini.
Berusaha tidak menciptakan suara, Risa perlahan turun dari ranjang yang seprainya terdapat noda merah. Ranjang itu telah menjadi saksi terenggutnya apa yang selama dua puluh tujuh tahun ini Risa jaga. Risa juga merasakan sakit di area bawahnya yang sedikitnya mempengaruhi cara berjalannya.
Jagat, teganya kamu menjebakku!
Semua ini memang berawal dari kebodohan Risa yang percaya begitu saja pada teman kuliahnya yang bernama Jagat. Pria itu mengiming-imingi uang yang akan Risa dapatkan dengan mudah. Ternyata, pria itu malah menjebaknya sehingga berakhir di ranjang Daffin.
Risa segera memunguti pakaiannya yang berserakan di bawah ranjang. Setelah itu, ia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak sampai lima belas menit, Risa sudah berpakaian lengkap dan cepat-cepat keluar dari sini.
Sambil menenteng tasnya yang ditemukan tergeletak di sofa, Risa lalu keluar dari kamar hotel ini tanpa peduli kalau sekarang sudah jam dua malam.
Sambil menunggu lift datang, Risa merogoh tasnya berusaha menemukan ponselnya. Saat ponsel sudah berada di tangannya, Risa segera menghubungi nomor Jagat. Setidaknya Risa perlu mencoba menghubungi pria berengsek itu, siapa tahu saja diangkat meskipun sudah jam segini.
“Halo….”
Akhirnya diangkat!
Tapi itu bukan suara Jagat, melainkan suara seorang wanita.
“Sayang, ada yang nelepon nih….”
“Siapa? Aku udah telanjur buka celana gimana dong? Matiin aja.”
“Sialan kamu, Jagat! Ini aku!” jawab Risa.
Risa pikir Jagat akan memutus sambungan telepon mereka, tapi ternyata pria itu masih punya nyali untuk berbicara dengannya.
“Halo, Risa. Gimana, gimana?” Kali ini suara Jagat mulai menyapa Risa.
“Kamu serius nanya gimana? Kamu menjebak aku!” bentak Risa, bersamaan dengan itu pintu lift terbuka. Ia pun masuk dan hanya sendirian karena tidak ada orang lain di lift.
“Bukan menjebak dong namanya. Aku beneran membuatmu menghasilkan uang dengan mudahnya.”
“Kamu gila?!”
“Ah, ah … sebentar sayang, jangan diemut dulu.” Jagat sepertinya sedang bicara dengan wanita yang menjawab telepon pertama kali.
“Dasar berengsek!”
“Jangan marah dulu. Coba cek mutasi rekening kamu dulu, Ris. Katanya kamu lagi butuh uang instan,” ucap Jagat. “Udah ya, aku sibuk. Bye!”
Setelah itu, panggilan telepon mereka terputus. Risa benar-benar tak habis pikir. Bisa-bisanya ia memercayai Jagat hanya karena pria itu memancingnya dengan meminjamkan uang.
Ya, Risa yakin uang senilai dua juta yang sempat Jagat pinjamkan adalah alat untuk memancingnya agar Risa percaya kalau pria itu bisa memberinya pekerjaan sampingan yang menjanjikan. Padahal Jagat melakukan itu agar Risa masuk dalam perangkapnya. Sekarang Risa telah masuk perangkap Jagat sehingga pria itu tanpa rasa bersalah menjualnya pada Daffin.
Tiba di lobi, Risa langsung memesan taksi online yang tidak butuh waktu lama sudah tiba di depan hotel. Sepertinya banyak taksi online yang bersiaga malam ini.
Risa langsung masuk dan dengan perasaan tak menentu … Risa memberanikan diri membuka m-banking untuk mengecek saldo pada rekeningnya.
Terakhir kali, Risa ingat saldonya tidak sampai satu juta. Namun, saat ini jumlah saldonya berhasil membuat wanita itu menganga.
Bertambah seratus juta? Ini serius?
Risa memastikan sekali lagi dengan mengecek riwayat mutasinya. Memang benar ada transfer masuk sebanyak seratus juta dan nama pengirimnya adalah Jagat.
Seratus juta adalah nominal yang sangat banyak bagi Risa yang gaji bulannya selalu habis tak tersisa untuk menghidupi dirinya sendiri dan sang ibu yang sakit-sakitan serta butuh biaya pengobatan.
Namun, jika uang segitu adalah harga tubuhnya … bukankah sangat kecil? Sayangnya, nasi telah menjadi bubur sekarang. Mau marah atau menangis meraung-raung pun tidak akan serta merta mengubah kenyataan.
Hanya saja, aku telanjur kehilangan hal berharga dalam hidupku….
***
Keesokan paginya….
Daffin terbangun dari tidurnya dalam keadaan yang segar dan bugar. Apa ini karena untuk pertama kalinya pria itu mendapatkan teman seranjang yang masih perawan?
Daffin sudah menduganya kalau wanita yang semalam memuaskannya itu pasti sudah pergi. Daffin kemudian menelepon Fito.
“Selamat pagi, Tuan,” sapa Fito di ujung telepon sana.
“Apa kamu tahu siapa teman seranjang saya semalam?”
“Kenapa Tuan tiba-tiba menanyakan itu? Seingat saya, Tuan tidak pernah ingin tahu nama perempuan yang telah menjadi teman seranjang Tuan.”
“Dia spesial dan membuat saya penasaran. Bisakah kamu mencari tahu siapa dia?”
“Baik, Tuan. Saya akan mencari tahu melalui wanita yang membawanya semalam.”
“Cari sampai dapat. Saya ingin dia kapan-kapan menjadi teman seranjang saya lagi!”
Setelah sambungan telepon terputus, Daffin melemparkan ponselnya secara asal-asalan ke ranjang yang didudukinya ini. Keberadaan noda pada seprainya membuat Daffin tersenyum.
Perlahan Daffin turun dari ranjang dan kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu. Daffin lalu berjongkok untuk meraihnya.
“Padahal aku sedang mencari tahu siapa kamu, ternyata … ID card-mu malah tertinggal di sini,” gumam Daffin.
Jadi, namamu Marisa Claudia….
Bukankah dunia memang sempit? Melalui ID card Risa, akhirnya Daffin tahu tempat kerja wanita itu. Adhitama Group. Perusahaan yang dikelola oleh papa dan kakaknya.
Kalau begini, artinya Daffin akan semakin mudah menemukan keberadaan Risa. Hal itu membuat Daffin kembali tersenyum. Rupanya ada hal baik dari kesialan yang tengah dihadapinya.
Risa, tanpa perlu bersusah payah mencarimu, aku akan menemukanmu dan menjadikanmu teman seranjang seperti semalam.