Bab 8 - Perjuangan Hari Kedua

1581 Kata
Aku langsung terseret kembali ke dunia nyata saat Bapa Michael menyadarkan diriku. Ternyata, aku terbawa terlalu jauh ke alam penglihatan dimensi lain yang jelas membuatku paham awal mula kerasukan itu dan mengapa semua hal tersebut bisa terjadi pada Jane. Bahkan, apa saja yang terjadi dengan keempat pelaku pelecehan itu, aku melihatnya dalam penglihatan meski samar-samar. Aku sangat khawatir karena pelaku terakhir saat ini disembunyikan dan para iblis yang merasuki tubuh Jane mencari di mana lelaki itu berada. Iblis itu hendak memanfaatkan tubuh Jane dan emosi keluarganya untuk menangkap pelaku terakhir. Membuat pertumpahan darah agar genap keempat pelaku meninggal dan para iblis akan mengambil jiwa Jane. “Lauren ... apakah kau baik-baik saja?” Suara Bapa Michael membuatku sadar ini semua harus dilalui. Penglihatan ini sungguh menyakitkan diriku. Aku sebenarnya tak ingin melihat kejadian pesakitan yang dialami Jane, tetapi itu adalah salah satu bagian dalam pengusiran iblis yang merasuki Jane. Aku harus tahu kenyataan yang terjadi agar bisa melawan balik. “Aku tidak apa-apa, Bapa Michael. Maaf ... aku tadi melihat ....” lirihku menjawab perkataan Bapa Michael dan langsung dipotong dengan ucapan iblis di tubuh Jane. “Ha ha ha ha ... sudah kami bilang! Jane yang meminta dan membuat perjanjian berdarah itu! Jadi, kalian tak bisa mengusir kami pergi!” hardik Jane yang suaranya berubah menjadi tinggi seperti suara lelaki. Aku langsung menatap ke arah Jane. Aku tak percaya jika Jane dengan sadar yang memulai dan melakukan perjanjian Darah tersebut. Aku segera mengambil kitab dan salib. Perasaan takut akan sesuatu yang bisa terjadi di masa depan membuatku harus bertindak dengan cepat. Tuan Cloude dalam masalah, jika menemukan pelaku pelecehan yang terakhir dan bertindak brutal. Bisa jadi, Tuan Cloude akan membunuh pelaku pelecehan itu dan membuat kehendak para iblis terwujud, yaitu pertumpahan darah dan balas dendam. Itu yang aku takutkan. Aku segera membacakan sebuah doa yang aku yakin akan membuat salah satu dari iblis itu terluka. Aku yakin salah satu anak buah dari penguasa neraka lapis keenam merasuki tubuh Jane. Ya, anak buah dari iblis Asmodeus yang menguasai hawa nafsu manusia. Betapa terkejutnya aku dan Bapa Michael karena melihat ranjang tempat mengikat tubuh Jane bergetar hebat hingga bergerak dan membuat kegaduhan. Tak aku sangka, ranjang itu mulai terangkat dan melayang, kira-kira satu meter di atas lantai. Iblis itu mulai memperlihatkan kekuatan mereka dan mencoba membuat kami takut. “Lanjutkan, Lauren. Kita akan buat iblis ini mengaku siapa namanya!” seru Bapa Michael kepadaku. Aku mengangguk paham dan melanjutkan doa. Bapa Michael kembali membaca doa dan memojokkan Iblis dalam tubuh Jane untuk segera mengaku. Bukannya mengaku, makhluk di dalam tubuh Jane justru makin meraung-raung dan berteriak kencang. “Kalian tidak akan bisa mengeluarkan kami! Kalian tidak akan bisa menyelamatkan tubuh berdosa ini! Aaaaaaaaaaaaa!!!!” seru makhluk dalam tubuh Jane membuat telingaku berdengung. Tiba-tiba seisi ruangan kamar Jane seperti gempa bumi. Semua barang bergetar hebat. Aku dan Bapa Michael terus membacakan doa dengan bahasa latin. Kami tetap menekan dan memojokkan Iblis dalam tubuh Jane hingga mau mengaku dan menyebut namanya agar kami bisa mengusir iblis itu dari tubuh Jane. “Katakan, siapa namamu! Katakan!” seru Bapa Michael yang terus memercikkan air suci ke tubuh Jane. Aku merasakan hal yang mengerikan. Hawa negatif begitu pekat di kamar Jane. Mata Jane yang awalnya putih menjadi memerah. Mulutnya ternganga dan seakan terdiam dalam kondisi tangan dan kaki masih diikat pada sisi ranjang yang melayang. Kulit tubuh Jane yang terkena percikkan air suci kembali melepuh, tetapi tidak ada teriakan atau kesakitan sama sekali. Aku justru curiga dengan kejadian ini. Segera aku mendekati dan meletakkan salib di ranjang Jane dan seketika ranjang itu terjatuh kembali ke lantai. Membuat suara berdebum mengagetkan. Namun, Jane masih seperti tadi. Mulutnya menganga tak bersuara dan matanya melotot agak merah Seakan menyerah, tetapi aku yakin ada yang direncanakan oleh iblis itu untuk mengelabui aku dan Bapa Michael. Aku tahu ini salah satu tipu muslihat iblis. Seakan tak berdaya, tetapi bisa tiba-tiba menyerang jika kami lengah. “Jane ... bantulah kami. Ikutlah berdoa dan lawan para iblis itu,” bisikku sambil mengusap dahi Jane membentuk tanda salib dengan minyak suci. “Be-Belial ... aku Belial! BELIAL!” teriak Jane tiba-tiba membuatku dan Bapa Michael terkejut. Salah satu iblis itu mengaku siapa namanya dan membuat ruangan kamar Jane bergetar hebat. Aku langsung menatap Bapa Michael memberi kode. Beliau paham dan langsung mengusir iblis di tubuh Jane itu. “... Belial iblis dalam kegelapan. Iblis terkutuk yang mencengkeram manusia dengan dosa hawa nafsu di neraka lapis keenam ... dengan perintah Tuhan aku usir Belial dari tubuh gadis ini! Belial, kembalilah ke neraka!! In the name of The Father, of The Son, and The Holy Spirit ... AMIN!” seru Bapa Michael menunjukkan kuasa Tuhan yang dahsyat hingga makhluk dalam tubuh Jane menyerah. “Aaaarrrrggghh!!! Kau bisa mengusirku, tetapi tidak dengan dia!” Kalimat terakhir yang Jane ucapkan sebelum Iblis Belial pergi dari tubuh Jane dan kembali ke neraka membuatku merinding. Siapakah dia yang dimaksudkan? Apakah ada iblis yang jauh lebih kuat di dalam tubuh Jane? Ketika Bapa Michael teriak mengusir Belial dari tubuh Jane kamar pun bergetar hebat. Beberapa benda melayang dan terjatuh. Seakan dalam kamar terkena badai atau angin ribut, tubuh Jane menggelepar dan tiba-tiba terhempas kembali di ranjang dengan mata dan mulutnya yang tertutup kembali. Aku sengaja membiarkan Bapa Michael yang mengusir iblis itu dari tubuh Jane karena menyimpan aku kekuatan untuk berjaga-jaga, jika ada hal yang tak terduga nanti. Ada tiga iblis di dalam tubuh Jane, jika Belial yang menjadi pertama sudah diusir dari tubuh Jane. Berarti masih ada dua iblis lagi dalam tubuh Jane. “Lauren, hari ini sudah cukup. Mari kita bantu Jane dan bereskan ruangan ini sebelum turun,” kata Bapa Michael mengajakku membereskan semuanya sebelum pergi. Aku mengiyakan dan perlahan membantu sebisaku. Keterbatasan buta membuatku sulit merapikan kamar meski aku bisa melihat lewat mata batin. Setelah membereskan kamar Jane, aku dan Bapa Michael pun keluar dari kamar. Seperti kemarin, aku mengusap jendela dan pintu dengan minyak suci terlebih dahulu membentuk tanda salib. Kemudian kami turun menuju ke ruang tamu, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Aku tak menyangka kalau waktu berlalu begitu cepat saat pengusiran iblis berlangsung. Terlebih saat aku dalam penglihatan atau penerawangan tadi. Saat kami berjalan turun tangga, Daniel, Paman Lou, dan Nyonya Cloude langsung berdiri dan menghampiri kami. Mereka sudah mengakhiri doa dan segera mempersilakan kami duduk di sofa berwarna cokelat tua di ruang tamu. “Lauren, kamu tidak apa?” tanya Daniel padaku dengan wajah khawatir. “Tak apa, Daniel. Bapa Michael sudah mengusir satu iblis di dalam tubuh Jane. Kami perlu istirahat,” jawabku yang merasa tubuh mulai lemas. Hampir saja aku pingsan, harus aku tahan dan tidak boleh lemah. “Benarkah itu? Terima kasih banyak, Bapa Michael dan Lauren. Kami sungguh bersyukur dan berterima kasih,” kata Paman Lou dengan senang sambil mempersilahkan aku dan Bapa Michael duduk di sofa. “Terima kasih banyak Lauren dan Bapa Michael. Aku harap putriku segera sembuh seperti semua,” imbuh Nyonya Cloude dengan penuh harap menatapku dan Bapa Michael bergantian. “Bagaimana dengan Tuan Cloude? Apakah beliau sudah kembali dari kampus?” tanya Bapa Michael yang terlihat justru khawatir dengan ayah Jane. Aku memahami hal itu karena iblis sedang mengacau kehidupan keluarga Cloude. “Belum. Perjalanan ke sana butuh waktu lama. Mungkin besok baru kembali,” jawab Paman Lou dengan singkat. Aku mengangguk paham. “Kalau begitu, kita istirahat terlebih dahulu. Pukul sembilan malam, kita berdoa bersama agar Tuan Cloude selamat sampai di rumah,” perintah Bapa Michael kepada kami semua. Aku pun menyetujuinya. Bagaimana pun, kami butuh istirahat agar tubuh tak lemah dan kalah saat pengusiran iblis. Daniel pun mengajakku untuk ke kamar, sekedar mandi dan istirahat. Aku pun mengiyakan, sebelum itu aku menatap kepada Bapa Michael. Paman Lou menemani Bapa Michael dan memintanya segera beristirahat, sedangkan Nyonya Cloude menuju ke dapur sepertinya hendak membuat hidangan makan malam untuk kami. Seperti biasa, jika melakukan EXORCISM, jangankan istirahat ... makan pun aku dan Daniel tidak berselera. Karena memang selain menguras energi, pengusiran iblis membuat kami tak lapar dan tak bisa memikirkan hal lain kecuali segera menyelesaikan hal ini. Namun tetap saja menjaga kesehatan tubuh adalah hal penting. Aku mengikuti Daniel masuk ke kamar. Sesampainya di dalam, kami duduk di kursi kayu yang ada di dekat meja. “Lauren, kamu tak apa? Masih sanggup menjalani EXORCISM hari esok?” tanya Daniel yang terlihat khawatir denganku. “Tenang, Daniel. A-aku tidak apa-apa. Aku justru khawatir dengan Bapa Michael. Dia terlihat kurang baik. Belial adalah iblis yang tadi diusir dari tubuh Jane,” ucapku sambil tertunduk karena takut Bapa Michael tidak akan sanggup mengatasi hal selanjutnya. Aku tahu semua ini rencana iblis dalam tubuh Jane yang sudah sejak lama mengikuti Bapa Michael dan keluarga Cloude. “Belial? Dia salah satu pengikut Asmodeus penguasa neraka lapis keenam?” Daniel menatapku dengan wajah serius. “Iya. Jika ada Belial, kita tak tahu dua iblis apa lagi yang tersisa berada di dalam tubuh Jane. Bisa jadi iblis yang lebih kuat dari Belial dan itu tidak terdengar baik,” jawabku sambil menerawang ke langit-langit atap. Aku tahu hal ini tak mudah tetapi aku percaya ada rencana indah di balik ini semua. Daniel menyeduh teh dan memberikan secangkir teh hangat kepadaku. Aku meminumnya perlahan dan bersyukur Tuhan selalu menyertai kami. Dalam hal tersulit pun, penyertaan Tuhan tidak berhenti. Tuhan, bantulah kami menolong Jane. Karena aku yakin, kuasa-Mu lebih besar dari para iblis itu. Aku yakin apa pun yang iblis itu rencanakan, rencana-Mu lebih besar dan hebat. Mampukan kami melampaui semuanya itu. Amin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN