Sesosok laki-laki tinggi dengan badan kurus, berkacamata bening sedang berdiri lama di depan mesin ATM di sebuah mall mewah di Jakarta. Laki-laki itu tampak mengeryitkan dahinya tanda dia sedang berpikir dengan keras. Sepertinya laki-laki ini melupakan PIN ATM yang harus dipencetnya, karena mesin ATM nya sudah berbunyi dan dilayarnya sudah tertulis . Apakah anda butuh tambahan waktu? Lelaki itu masih tampak berdiri terpaku di depan mesin ATM dan akhirnya dia menyerah , menekan tombol cancel dan mencabut kartunya keluar dari mesin ATM tersebut. Saat keluar dari ruangan ATM, dia melihat dua wanita yang sangat dicintainya. Istri dan anaknya yang menunggunya dengan sabar.
“ Uda ambil uang tunainya, Pa?” Tanya perempuan berwajah lembut dengan senyuman yang manis.
“ ATM nya nggak bisa tarik tunai , Ma. ” Jawab lelaki itu berkelit. Dia tidak mau mengungkapkan kalau dia lupa PIN ATM nya karena pasti akan ditertawakan oleh istrinya. Masak seorang Valdi Amarta. Professor science dan kepala labaratorium penelitian Sigma yang sudah terkenal pintar dari zaman dulu, bisa lupa hal sepele itu.
“ Papa juga ngapain sampai harus ambil tunai ke ATM? Kita kan bisa bayar pakai kartu kredit kalau papa mau mau beli sesuatu, atau pakai kartu debit juga bisa .” Kata istrinya lagi sambil menggandeng tangan Valdi untuk berjalan menuju restoran tempat mereka akan makan siang, setelah berbelanja kebutuhan bulanan di supermarket di bawah mall ini.
Valdi terpaku, ada yang dia lupakan lagi setelah mendengar perkataan istrinya. Memang kenapa ya , aku harus ambil tunai ke ATM? Sepertinya ada sesuatu yang harus aku bayarkan. Aku perlu ambil tunai? Atau perlu melakukan transfer? Kalau tunai kenapa juga harus ku ambil, uang tunai tersebut? Sekarang semua p********n bisa dilakukan dengan kartu kredit atau debit. Kenapa dia harus ke ATM untuk mengambil uang tunai? Pasti ada yang penting kalau sampai dia harus mengambil uang tunai. Mengapa dia tidak bisa ingat alasannya sedikitpun, sekarang ini.
Valdi tidak biasa pelupa seperti ini. Dia selalu ingat hal-hal rinci karena sudah terbiasa menjadi peneliti di Laboratorium penelitan terbesar di Indonesia Laboratorium ini menjadi acuan dari banyak pabrik-pabrik obat dan makanan untuk meneliti produk mereka sebelum di jual di pasaran bebas. Laboratorium tempat Valdi bekerja juga menjadi acuan pemerintah untuk meneliti berbagai macam virus ataupun parasite baik untuk pengobatan ataupun untuk pencegahan penyakit menular.
Valdi benar-benar binggung dengan kejadian hari ini, sampai dia benar-benar ngeblank di depan mesin ATM tanpa bisa menginggat satu angkapun, pin ATM nya. Biasa susunan kimia yang super rumit aja bisa Valdi ingat luar kepala hanya dengan sekilas pandang. Ada apa dengan diriku? Bathin Valdi sambil duduk di meja restoran dan memandang Nanette istrinya dan Viona putrinya yang lucu dengan tatapan penuh kasih sayang. Mereka berdua ini adalah belahan jiwanya, tempat dia mencurahkan seluruh kasih sayang dan cintanya. Tempat Valdi melepaskan semua gelisah dan lelah setelah bekerja di Laboratorium seharian dengan otaknya yang di pakai untuk berpikir keras dalam meneliti setiap benda dan virus agar bisa mendapatkan hasil terbaik yang bisa dia berikan sebagai kepala laboratorium penelitian .
Setiap pulang ke rumah, bila memandang wajah kedua wanita ini. Hilang semua lelah dan beban pikiran Valdi. Tapi hari ini entah apa yang terjadi dengan otaknya, hanya untuk mengingat 6 angka PIN ATM nya saja, otaknya tidak sanggup. Serasa ada rongga yang kosong melompong ketika dia paksa untuk menginggat ke enam digit PIN ATM nya tersebut.
Valdi juga tidak tahu mengapa,dia bisa seperti ini. Ini uda kedua kalinya dalam sebulan ini, Valdi bisa melupakan hal-hal yang biasanya rutin dia lakukan. Dua minggu lalu, saat Valdi di tempat kerjanya. Valdi lupa Numeric PIN untuk masuk ke kantornya. Dia terpaku juga seperti tadi , sangat lama, berdiri diam di depan pintu kantornya untuk menginggat empat angka yang setiap hari, paling sedikit puluhan kali harus dia tekan saat dia hendak masuk ke kantornya. Tapi tetap tak berhasil. Waktu itu Valdi sampai harus pura-pura ke pantry untuk mengambil kopi dan duduk tenang untuk menikmati secangkir kopi. Setelah selesai menyeruput kopinya di pantry, Valdi kembali lagi ke kantornya dan memencet tombol-tombol itu dengan lancar, seperti tidak pernah dia lupakan sebelumnya. Valdi binggung, ada apa sebenarnya dengan otaknya ini? Seperti kontak-kontak bagai kabel yang korslet, kadang ingat, kadang lupa dengan sesuatu yang rutin dia lakukan. Valdi menghela nafasnya.putus asa dan merasa binggung, kenapa dia bisa selupa ini?
“ Aduh.. Papa ku sayang, sampai menghela nafas karena tidak bisa ambil tunai. Pakai kartu kredit aja bisa Pa, di restoran ini. Atau pakai kartu debit atau nanti mama deh yang bayar dulu.” Kata Nanette sambil memotong-motong daging ayam untuk Viona yang duduk tenang di baby chairnya nya.sambil memandang , papa dan mamanya dengan mata bulatnya yang lucu
“ Bukan karena tidak bisa ambil tunai, papa menghela nafas.” Jawab Valdi singkat sambil menyuap spaghetti bolognais nya kedalam mulutnya.
“ Jadi kenapa?” Tanya Nanette tanpa mengangkat kepalanya dan tangannya yang tetap sibuk memotong-motong ayam goreng itu menjadi potongan kecil, agar lebih mudah di makan sendiri oleh Viona dengan mulutnya yang imut menggemaskan itu.
“ Papa kepikiran kerjaan di kantor yang masih menumpuk untuk Senin besok. Ada sample Virus yang harus papa teliti genomnya, papa belum berhasil meneliti genom itu sudah dua minggu. Padahal papa sudah diberikan dateline, harus selesai paling lambat minggu depan. ” Bohong Valdi.
“ Suamiku tersayang, kita dulu itu sudah pernah berjanji. Kalau Sabtu, Minggu itu adalah full waktu keluarga untuk kita. Kita harus menyampingkan segala pikiran tentang kerjaan kita dan menghabiskan waktu bersama-sama. Papa yang dulu, minta mama untuk melakukan yang papa minta ini dan membuat mama berjanji untuk tidak menerima mahasiswa di hari Sabtu dan Minggu untuk konsultasi skripsi. Ini Papa, kok malah lupa dan berpikir tentang pekerjaan di saat kita lagi menikmati makan siang. ” Kata Nanette sambil memandang Valdi dengan mata beningnya.
Valdi menatap istrinya dengan binggung. Kok aku tidak ingat ya tentang peraturan yang aku buat sendiri. Otakku kembali terasa berongga dan aku tidak ingat sama sekali tentang hal yang dikatakan Nanette ini. Kapan aku pernah membuat janji untuk tidak boleh membicarakan pekerjaan di hari Sabtu dan Minggu? Kalau aku benar mengatakan hal itu, tidak mungkin aku memakai alasan pekerjaan untuk berbohong tentang rasa gelisahku karena terlalu sering melupakan sesuatu sebulan ini.Seharusnya aku mencari alasan yang lebih baik, agar tidak dijadikan boomerang untuk diriku. Kenapa aku jadi begitu bodoh?
Valdi tersenyum dengan senyumannya yang maut untuk menenangkan istrinya supaya tidak ada pertanyaan lebih lanjut lagi.
“ Iya. Papa terlalu sibuk sebulan ini . Papa sepertinya harus merilekskan diri dan pikiran deh. Gimana kalau kita refreshing jalan-jalan ke puncak minggu depan?”
“ Boleh Pa ! Kita Sabtu pagi-pagi berangkat dan pulang minggu sore. Viona juga pasti akan senang sekali . Sudah lama kita tidak ke Puncak. Nanti aku ambil kunci villa sama mamaku . Kita tinggal di villa keluarga Astyna aja. Di sana Viona bisa berenang. Perlu kita ajak mama dan papa mu kah? ” Kata Nanette .
“ Kita di hotel aja, Ma. Ada hotel baru di Puncak yang papa baca di internet. Suasananya seperti di pulau Bali. Kita tinggal di hotel itu aja. Papa ingin menikmati suasana yang baru. Boleh juga kalau kita mau ajak mama dan papaku, udah lama kita tidak mengajak mereka berjalan-jalan, biar papa juga bisa refreshing dari pekerjaannya. ” Kata Valdi.
Padahal , jauh di lubuk hatinya, sebenarnya Valdi tidak ingin meminjam villa milik keluarga Nanette, karena dia tidak mau istrinya itu dipandang rendah oleh keluarga nya yang kaya raya. Dua orang kakak Nanette, suaminya adalah pengusaha kaya hanya Nanette yang bersuamikan seorang ilmuwan peneliti yan bukan menjadi pengusaha dan bukan merupakan pewaris kekayaan seperti menantu-menantu lainnya. Ayah Valdi memang pengusaha, tapi hanya pengusaha kecil bidang konveksi yang mempunyai hanya puluhan pekerja. Tidak bisa dibandingkan dengan usaha orang tua Nanette dan para menantu lainnya yang merupakan pengusaha multi nasional yang memiliki omzet bermilyar rupiah. Meskipun dia tahu ayah Nanette menyetujui pernikahan mereka dan tetap menganggapnya menantu yang baik, hanya saja terhadap Valdi, mertuanya itu tidak pernah bisa seakrab dengan dua orang menantu laki-laki lainnya. Di hadapan Valdi , mertuanya itu jarang ngobrol secara akrab. Ntah karena tidak tahu harus ngobrol tentang apa bersama dirinya. Atau mungkin dia mengganggap Valdi tidak akan nyambung dengan pembicaraan bisnis seperti yang dia lakukan terhadap kedua menantu lainnya. Valdi selalu merasa tidak nyaman bila ada acara kumpul keluarga bareng bersama mereka. Tapi Valdi tidak pernah bisa mengungkapkannya kepada Nanette karena Nanette pasti akan mengatakan, orang tuanya tidak seperti itu. Orang tuanya malah sangat bangga mempunyai menantu seperti Valdi yang merupakan ilmuwan terkemuka dan terkenal di seluruh Indonesia.Dan Nanette pasti akan bilang , nggak baik berprasangka seperti itu, Jadi akhirnya Valdi hanya memendamnya di hati, dan berusaha sebisa mungkin tidak memakai fasilitas yang disediakan mertuanya yang kaya raya itu.
Nanette tersenyum memandang suaminya dan berkata mesra.
" Baik papaku tersayang, kita nginap di hotel yg bernuansa Bali itu. Nanti mama yg telepon Papa Anton dan Mama Dyna aja untuk mengajak mereka. Papa atau mama nih yang pesan hotelnya?
" Papa aja nanti yang pesan hotelnya. Mama yang telepon papa dan mamaku." Kata Valdi untuk menutupi hatinya yang gelisah tak menentu.
Mengapa dia sekarang begitu pelupa? Terasa ada rongga besar di otaknya? Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi, apabila untuk ilmuwan seperti dirnya yang memerlukan kemampuan otak untuk berpikir di setiap pekerjaannya.
Ada apa dengan otakku ini?