Dini sudah duduk di kursi jok depan samping pengemudi. Tatapannya lurus ke depan dengan detak jantung yang tak karuan. Entah kenapa malam ini rasanya menjadi sangat berbeda sekali dengan malam-malam kemarin. seperti ada sesuatu yang janggal disini.
"Dini? Tidak perlu menampilkan wajah yang tegang seperti itu," ucap Tuan Herman pelan yang sempat melirik ke arah Dini dan melihat ada kepanikan dan kecemasan di raut wajahnya yang begitu cantik itu.
Tangan kiri Tuan Herman melepas setir mobilnya dan dibiarkan satu tangan kanannya yang mengendalikan setir mobil itu. Tangan kiri itu menarik tangan kanan Dini dan di kecup punggung tangan gadis malam itu dengan penuh kelembutan.
Sontak Dini hanya bisa melirik ke arah Tuan Herman yang terlihat tulus, namun seperti terlihat ada yang berbeda di balik ketulusannya itu.
"Kenapa diam? Kamu tidak mau ikut denganku?" tanya Tuan Herman pelan sambil menggenggam erat tangan Dini.
Dini menggelengkan kepalanya pelan.
"Tidak apa-apa, Tuan," ucap Dini pelan sambil mencoba tersenyum dengan sangat manis untuk menghilangkan rasa kegundahannya.
"Aku ingin menikahimu Dini," ucap Tuan Herman dnegan sangat jujur. Genggaman tangan Tuan Herman itu malah semakin erat dan tidak mau melepaskan.
Mendengar ucapan Tuan Herman yang begitu mengejutkan Dini, Dini hanya bisa menelan air liurnya dengan cepat. Tidak tahu harus mengungkapkan perasaan senang apa sedih. Jujur senang, namun sedih juga tidak bisa dihindarkan.
"Tuan Herman tidak salah bicara? Tuan Herman sudah memiliki istri dan anak. Jangan lakukan itu, jika semua itu akan menyakiti banyak orang," ucap Dini pelan menolak secara halus permintaan Tuan Herman.
"Kamu tidak mau ku nikahi? Atau memang kamu ingin kita terus-menerus terbelenggu dosa besar?" tanya Tuan Herman dengan pelan sambil meremas telapak tangan Dini dengan penuh kelembutan..
"Bukan itu Tuan. Aku hanya wanita malam yang sudah terlanjur hidup dengan liar. Tubuhku pun sudah hina, berpindah dari pelukan lelaki yang satu ke yang lain terus saja seperti itu secara bergantian," ucap Dini lirih.
Berat sekali mengungkapkan itu semua, karena semuanya hanya kesalahan yang berakibat dosa besar. Takdir seseorang tidak akan berubah selama orang tersebut tidak mau merubah dirinya dengan niat yang besar untuk berubah.
"Aku hanya ingin bisa memilikimu secara utuh dan tidak ada lagi yang bisa menyentuhmu apalagi memilikimu selain aku. aku tidak ingin kamu bekerja lagi sebagai wanita malam. Aku akan membiayaimu untuk melanjutkan kuliahmu yang sempat tertunda.Menikahlah denganku Dini. Aku telah jatuh cinta kepadamu sejak awal bertemu. Lupakan apa yang telah mejadi masa lalumu dan hiduplah bersamaku menjadi yang kedua," pinta Tuan Herman dengan pelan.
Tuan Herman tetap bersikeras untuk tetap bisa menikahi Dini. Bukan hanya itu saja, Tuan Herman juga ingin mengabulkan cita-cita Dini dengan menyekolahkan Dini di universitas ternama di kota besar itu.
Dini akan di fasilitasi sesuai dengan kebutuhannya.
"Kamu mau sekolah, bukan?" tanya Tuan Herman pelan lalu menatap ke arah Dini.
Dini pun membalas tatapan Tuan Herman. Dini tidak bisa menjawab, bukan karena pilihannya sulit, tapi Tuan Herman terlalu baik terhadapnya. baru saja Tuan Hermn kehilangan uangnya sebanyak satu milyar, mana mungkin Dini tega untuk membuat Tuan Herman berkorban lagi demi Dini.
"Aku mau melanjutkan sekolah dan bekerja seperti wanita pada umumnya menjadi wanita karir. Tapi ...." ucapan Dini terhenti dan tidak di lanjutkan.
Banyak hal yang menjadi perhatian Dini. Statusnya yang bukan wanita suci, mantan wanita malam dan segalanya yang buruk tentang dirinya. Dunia ini sangat sempit. Bagaimana jika, ada seseorang yang mengenalnya dan membuka aibnya.
"Lalu? Tapi apa? Jangan pernah berpikir jelek tentang itu semua. Masa lalu tetap akan membayangimu, tapi paling tidak kamu bisa merubah masa lalu kamu mejadi masa depan yang lebih baik dari masa lalu kamu," ucap Tuan Herman dengan tegas menasihati.
Dini mengangguk paham. Memang semuanya itu butuh niat yang besar dan ikhlas menjalani. Masa lalu tetap akan menjadi masa lalu, dan tidak akan menjadi masa kini ataupun masa depan jika bukan kita yang merubahnya.
"Menikahlah denganku Dini. Aku akan membahagiakanmu. Ingat pernikahan ini hanya aku dan kamu serta Benny yang mengetahuinya. Jika suatu hari istri dan anak-anakku mengetahui pernikahan ini, aku mohon kamu menuruti saja apa perintahku," ucap Tuan Herman tegas.
Dini menatap Tuan Herman dengan penuh kebingungan. Tiba-tiba saja, rasa penasaran itu muncul.
"Apa maksud Tuan Herman?" tanya Dini dengan dahi berkerut karena bingung.
"Pernikahan kita tertutup dan hanya sebatas pernikahan siri. Aku akan setiap hari datang mengunjungi kamu, aku harap kamu bisa menjaga diri kamu dan jangan sampai mengulangi lagi masa lalumu, Dini. Semua fasilitas akan aku berikan, rumah, mobil, uang dan semua barang-barang yang bermerk untuk kamu pakai. Tapi, jika suatu hari istriku atau anak-anakkumengetahui hal ini, aku akan berpura-pura tegas kepadamu dan mengusirmu dari rumahku. Itu hanya sebuah pembelaan aku saja. Semoga kamu bisa mengerti maksudku Dini," ucap Tuan Herman menjelaskan dengan sangat pelan.
Dini cukup cerdas memahami sesuatu hal yang berhubungan dengan dirinya. Perlahan Dini pun mengangguk dengan pasrah.
Satu tarikan napas paling dalam dilakukan oleh Dini untuk lebih menenangkan hatinya saat ini. Bayangkan saja harus menikah dengan seorang laki-laki yang memiliki usia dengan jarak yang begitu jauh.
"Baiklah Tuan. Aku mau. Aku cukup paham dan mengerti maksud Tuan. Justru aku yang seharusnya banyak berterima kasih atas semua pengorbanan materi yang Tuan beikan untuk mendapatkan aku," ucap Dini lirih dan melemah. Rasanya sangat lesu sekali.
"Terima kasih Dini. Aku janji akan terus menjaga kamu dan membuat kamu bahagia, dengan satu catatan jangan pernah kembali kepada kehidupan malam kamu. Jika aku memergoki kamu sempat dan tidak sengaja melakukan hubungan panas itu dengan yang lain selain aku, maka tidak akan ada maaf bagi kamu, dan aku tidak segan-segan menjual kamu seperti yang Paman dan Bibi kamu lakukan. Camkan dengan seksama kata-kata ku ini," ucap Tuan Herman dengan tegas dan lantang.
Sebisa mungkin memang Tuan Herman bersikap tegas terhadap Dini. Kelakuan Dini sebagai primadona wnaita malam di kota besar itu sudah diketahui sejagat raya.
"Aku akan berusaha menjaga kepercayaan ini. Bantu aku jika aku masih labil dan belum dewasa. Sebisa mungkin aku akan mengimbangi sikap Tuan Herman," ucap Dini dengan sendu dan lembut.
Entah bagaimana acara Dini harus mengucapkan rasa syukur dan terima kasihnya kepada Tuhannya yang telah begitu baik memberikan kehidpan yang lebih baik lagi setelah terlepas dari orang-orang yang tidak baik.
Dua pasang mata, masih menatap dan mengikuti mobil yang ada di depannya. Sesekali memukul setir mobilnya dengan keras. Ia tahu, mobil ini milik siapa, hal ini yang membuatnya kesal dan sakit hati setiap malam.