Pembahasan ketiganya kini sudah berubah. Sedikit mengendurkan urat syaraf yang tegang, Ardan meminta Vita untuk membahas hal lain yang lebih santai. Yani yang izin ke toilet, jadi ajang kesempatan bagi dua sejoli itu membahasa hal pribadi. "Aku sudah bilang sama ayah dan ibu, mereka setuju untuk datang melamar kamu akhir pekan ini." "Benarkah?" tanya Vita tak percaya. "Ya. Bahkan, mereka tampak lebih semangat dibandingkan aku." Vita terlihat malu. Betapa rasa bahagia itu akhirnya ia dapatkan dari sosok orang lain yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengannya. Ardan yang tidak pernah ia sangka akan ada di hidupnya, bak pangeran berkuda putih mendadak datang dan mengubah kehidupannya yang kacau menjadi sesuatu yang baik. "Jujur aja aku enggak enak. Aku berpikir, apakah keputu