"Bisa Lo percepat ga Zaki?" tanya Oreo dengan kesal kepada Zaki.
"Gua juga udah cepat, tapi kita juga harus peduli sama keselamatan kita Re. Gua udah usahain paling cepet." ujar Zaki kepada Oreo, Oreo pun kesal karena sedari tadi mereka tak kunjung sampai. Ia terus menerus khawatir.
Saat ini, Oreo memilih untuk menelfon Nathan. Ia harus mengatakannya kepada Nathan karena jika ada apa-apa dengan Ona, ia harus mengatakan.
"Lo ngapain?" tanya Zaki ketika melihat Oreo mencari nomor Nathan.
"Gua mau nelfon Bang Nathan." ujar Oreo yang sudah mendial nomornya.
Panggilan pertama dan kedua tak diangkat, wajar saja mungkin Nathan sedang kuliah. Namun Oreo tidak bisa berhenti memanggil Neathan karena ia harus mengatakannya kepada Nathan hari ini juga, detik ini juga. Hingga pad panggilan ke lima akhirnya Nathan menjawab panggilannya juga sekarang.
"Hallo Oreo, ada apa sih? Gua lagi kuliah." ujar Nathan pada Oreo.
"Ona di rumah sakit Bang, tadi dia jatuh dari tangga." ujar Oreo.
"Apa? Kok bisa? Dia di rumah sakit mana? Terus kamar apa? Keadaan Ona gimana sekarang?" tanya Nathan dan dari emat pertanyaan itu hanya satu pertanyaan saja yang bisa Oreo jawab yaitu rumah sakit mana. Sementara pertanyaan yang lainnya masih belum bisa Oreo jawab karena ia pun juga tidak tahu bagaimana detil kejadiannya dan kabar dari Ona.
"Jujur, gua juga ga tahu Bang. Tapi Ona di bawa ke RS Medika. Gua juga lagi otw kesana sekarang. Nanti kalo gua udah sampai gua bakalan kasih tahu Lo dimana ruangannya." ujar Oreo kepada Nathan, sebenarnya hal itu menimbulkan banyak pertanyaan dan spekulasi dari Nathan, tapi ia tak mengatakannya karena ia harus bergegas ijin kuliah untuk pergi ke rumah sakit. Nathan pun menutup telfon itu dan kini ia masuk ke dalam kelasnya lagi.
Kini Nathan membereskan barang-barangnya, teman-temannya pun bertanya Nathan ingin pergi kemana. Ia menjawab dengan jujur bahwa adiknya jatuh dari tangga sekolah. Kini Nathan juga sudah menggunakan tasnya dan ia maju ke depan untuk menemui dosennya yang sedang menjelaskan. Ia mengatakan dengan jujur apa yang terjadi dan setelahnya pada akhirnya Nathan di perbolehkan untuk ijin oleh dosennya tersebut.
Nathan sudah berlari menuju ke parkiran, ia mengambil mobil dan pergi ke rumah sakit yang tadi dibicarakan oleh Oreo di dalam telfonnya itu.
Nathan hanya berharap bahwa Ona akan baik-baik saja dan tidak ada yang parah. Ia benar-benar khawatir karena Ona sampai di bawa ke rumah sakit. Karena yang ia tahu, dokter di SMA Garuda tidak akan menganjurkan untuk dibawa ke rumah sakit jika itu tidak parah, makanya ia sangat khawatir.
Oreo sudah sampai di rumah sakit, ia pun langsung berlari dan bertanya dimana ruangan untuk Ona. Sementara Zaki masih memarkirkan mobilnya. Setelah sudah memarkirkan ia tentu langsung berlari karena tidak mau jika Oreo bertemu dengan Orion dan mereka nantinya malah akan berkelahi.
Untung saja Zaki berhasil menyusul Oreo, mereka sedang mencari ruangan untuk Rontgen dan saat sudah sampai, di depan ruangan itu sudah ada Orion. Orion tampak menunggu dengan melihat jam di tangannya juga.
"Anjing ya Lo, kenapa Lo ga bilang sama gua kalo Ona jatuh! Ona itu tanggung jawab gua, jadi kalo ada apa-apa sama Ona. Seharusnya gua yang dihubungi. Seharusnya gua juga yang bawa Ona kesini bukan Lo." ujar Oreo sembari memegang kerah baju seragam milik Orion. Orion tampak tenang, ia tidak seperti Oreo yang sekarang ini dengan emosinya yang menggebu-gebu.
"Oreo, calm. Lo ga boleh gini. Ini rumah sakit." ujar Zaki mengingatkan.
"Kenapa? Emangnya kenapa kalo bukan Lo yang bawa Ona kesini? Toh Lo juga bukan cowoknya kan? Atau Lo cuma ngerasa kalah aja sama gua? Karena gua lebih cepat tahu kabar tentang Ona daripada Lo." ujar Orion malah menantang dan itu membuat Oreo semakin kesal kepada Orion. Zaki mencoba untuk melerai mereka, tapi salahnya dia, dirinya hanya sendirian.
Sampai akhirnya ada seorang perawat yang menghubungi satpam, satpam itu pun langsung mendatangi mereka dan memberikan peringatan.
"Mas, tolong jika ingin bertengkar jangan disini karena ini rumah sakit. Harap tenang, jika tidak bisa tenang silakan tinggalkan rumah sakit ini." ujar satpam itu yang akhirnya membuat mereka berdua menjadi terdiam. Kini mereka berdua sudah duduk saling berjauhan dengan Zaki di tengah-tengah.
Hadeh, untung aja ada pak satpam deh tadi. Coba kalo ga, bisa pusing tujuh keliling deh tadi itu gua. Kena gaplok sana-sini. Batin Zaki tersebut.
Tak beberapa lama kemudian dokter yang merontgen Ona sudah keluar, ia mengatakan bahwa hasilnya akan keluar sekitar satu jam lagi. Sembari menunggu hasilnya, Ona akan di bawa ke ruang rawat terlebih dahulu. Mereka pun sekarang sudah ada di ruangan rawat dengan Ona yang masih tidur karena tadi Ona diberi obat tidur supaya Ona bisa istirahat dan tertidur.
Oreo kesal karena Orion tak kunjung keluar dari disini, padahal Orion juga sudah tidak ada apa-apanya disini mengingat sekarang Oreo sudah disini bersama dengan Zaki. Jadinya keberadaan dari Orion tak dibutuhkan lagi.
"Lo ngapain masih disini? Lo udah ga dibutuhkan lagi disini. So, mending Lo pergi dari sini aja. Ona jelas lebih safe kalo sama gua, karena gua yang selalu jagain dia." ujar Oreo kepada Orion. Orion pun tersenyum mengejek.
"Suka-suka gua dong gua mau kemana, mau dimana. Lagi pula kalo ini Ona safe karena gua. Gua yang bawa Ona kesini, dan juga kalo Lo selalu jaga Ona, kenapa tadi Lo biarin dia jatuh ditangga?" tanya Orion kepada Oreo itu.
"Lo bener-bener b******k ya, mau berantem Lo sama gua?" tanya Oreo tak lagi bisa menahan diri. Mereka berdua sebenarnya sama-sama tidak bisa menahan diri mereka hingga sekarang mereka berdua pun saling tatap-tatapn seperti itu. Namun semuanya usai ketika akhirnya Nathan datang kesana.
"Apa-apaan Lo berdua, kalo Lo berdua mau berantem bukan disini tempatnya. Pada gila ya Lo berdua, ga punya otak? Lo ga lihat Ona masih sakit kayak gitu tapi Lo malah mau berantem." ujar Nathan pada mereka.
Mereka berdua terkejut dengan kedatangan Nathan, terlebih dengan Oreo karena Oreo sama sekali belum memberikan Nathan nomor kamar. Sepertinya Nathan mencarinya sendiri. Kini mereka berdua sudah saling menjauh dan meminta maaf kepada Nathan. Nathan mengabaikan mereka dan sekarang ini Nathan sudah berada di dekat Ona, ia sangat khawatir.
"Jadi sebenarnya ada apa?" tanya Nathan kepada mereka semua.
"Gua juga ga tahu Bang, gua tahunya waktu Ona masuk kesini. Sorry gua tahu gua salah karena ga jaga Ona dengan baik." ujar Oreo kepada Nathan.
"It's okay, gua tahu kalo hidup Lo juga ga melulu tentang Ona." jawab Nathan. Ia sebenarnya tahu bahwa selama ini Oreo tidak menyukai Ona, tapi ia tetap meminta Oreo untuk selalu menjaga Ona, agar Ona bahagia.
"Ona tadi jatuh dari tangga, dia beberapa kali kepalanya kepentok sama tembok. Waktu gua lihat tadi, ternyata tapi sepatunya copot. Mungkin Ona ga sadar dan tapi sepatu itu buat Ona jadi jatuh. Gua udah bawa ke UKS tapi setelah diobati, dokter nyaranin buat Rontgen karena takutnya ada apa-apa soalnya ini menyangkut kepala. Jadinya gua bawa Ona kesini." jelas Orion kepada Nathan dan Nathan mengangguk, ia berterima kasih ke Orion.
"Thanks Yon. Sorry kalo gua ngerepotin lo." ujar Nathan kepada Orion.
"Lo santai aja Nath, sama sekali ga ngerepotin kok." jawab Orion itu.
Mereka semua pun masih disana sembari menunggu hasil Rontgen datang. Orion melihat jam menunjukkan pukul sembilan lewat, masih ada waktu bagi Orion, Oreo dan Zaki untuk kembali ke sekolah dan mengikuti pembelajaran lagi. Ia bisa menunggu Ona sendiri disini, ia pun berbicara lagi.
"Masih jam segini, gua rasa Lo bisa balik ke sekolah." ujar Nathan itu.
"Gua bilang juga apa, Lo ga dibutuhkan disini. Lo bisa balik sekarang ke sekolah." ujar Oreo kepada Orion. Nathan pun menatap ke arah mereka.
"Maksud gua Lo bertiga. Termasuk Lo juga Oreo, gua bukannya ga ngebolehin Lo pada buat nungu Ona. Tapi gua udah ada disini dan ini masih jam sekolah, gua rasa lebih baik Lo pada balik ke sekolah." ujar Nathan jelas.
"Nath, lo boleh minta Zaki sama dia buat balik, tapi tolong jangan gua. Gua mau nungui Ona, gua mau nebus kesalahan gua." ujar Oreo lagi.
"Lo ga salah apa-apa, intinya Lo bertiga balik ke sekolah sekarang. Zak, bawa Oreo balik ke sekolah ya." ujar Nathan dan Zaki mengangguk. Mereka pun pergi dari sana meskipun sebenarnya Nathan juga tak ingin pergi dari sana. Ia pun merasa kesal lagi, sepertinya Nathan marah kepada dirinya.
"Kenapa sih Lo Ona, kenapa Lo harus jatuh dari tangga. Kenapa Lo ga minta gua buat temenin Lo tadi. Kenapa?" tanya Oreo saat mereka di mobil.
"Pertanyaan gua satu Re, emangnya kalo Ona minta ditemenin sama Lo, Lo tentu mau? Bukannya beberapa kali Lo nolak dia?" tanya Zaki membuat Oreo terdiam, Zaki benar karena beberapa kali ia memang menolak Ona.
Sementara itu, sekarang ini Orion sudah berada di dalam mobilnya, ia akan kembali ke sekolah tapi ia tidak akan ke kelas. Mungkin ia akan pergi ke basecampnya, tapi ya ia masih memikirkannya. Sebenarnya ia tadi masih ingin berada disana dan mengetahui apa hasil Rontgen dari kepala Ona. Namun ia tidak bisa, lagi pula Ona sudah bersama dengan Nathan juga. Ona pasti akan aman ketika ia bersama dengan Nathan yang merupakan kakaknya.
"Aneh, kenapa gua terus menerus mikirin Lo ya Ona? Lo padahal seharusnya ga ada menarik-menariknya buat gua tapi lucunya gua mulai tertarik sama Lo dengan kelucuan dan kepolosan Lo. Sebenarnya Lo punya apa sampai bisa memikat gua kayak gini Ona?" tanya Orion dengan memikirkan beberapa kemungkinan yang ada hingga ia sampai di sekolah.