Ona masih fokus dengan handphonenya, ada bagusnya juga saat ini Oreo ada di luar dan tidak menyusul dirinya karena sekarang ini jika ada Oreo maka ia tak akan bisa saling membalas pesan dari Kala. Maka dari itu sekarang ia merasa lega, ia masih saling berbalas pesan dengan Kala. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk saling menelfon lewat i********: itu.
"Hallo Kala, gimana? Kamu udah baikan atau belum?" tanya Ona ke Kala.
"Udah baikan kok Ona. Kamu sendiri gimana? Cie yang udah boleh pulang pasti udah mendingan kan sekarang?" jawab Kala dengan tawa.
"Iya dong, Ona udah mendingan banget. Oh ya, Kala besok berangkat ke sekolah atau ga?" tanya Ona yang mana tidak ada gunanya juga sebenarnya Ona bertanya hal itu karena toh juga mereka sekolah di tempat yang berbeda.
"Ga berangkat sih Na, emang kenapa?" tanya Kala kepada Ona.
"Oh ya ga papa. Ona kan cuma tanya aja, kalo ga berangkat sama dong kayak Ona juga ga berangkat hehehe." ujar Ona kepada Kala dan kini mereka berdua masih mengobrol sampai malam. Karena memang hari sudah malam Oreo kini berjalan menuju ke kamar Ona karena ia khawatir dengan Ona.
Pasalnya ini sudah lama sekali semenjak tadi Ona masuk ke dalam kamarnya. Biasanya Ona mudah sekali bosan jadi iya akan dengan cepat keluar dari kamarnya tapi tidak untuk hari ini entah apa yang membuat Ona sekarang ini mampu bertahan di kamarnya selama ini. Maka dari itu ia akan melihat apa yang dilakukan oleh Ona. Oreo pun kini semakin mendekati kamar.
Dapat ia dengar bahwa saat ini terdapat suara Ona. Ia pun kini semakin mendengarnya dan ia cukup terkejut karena yang ia dengar Ona berbicara tapi ia berbicara dengan siapa? Pasalnya ia yakin bahwa di dalam hanya ada Ona saja. Ona tidak mungkin memasukkan orang ke dalam kamarnya apalagi tanpa sepengetahuan dirinya. Ia tidak seberani itu untuk melakukannya.
"Ngomong sama siapa sih Ona sekarang." ujar Oreo dengan kesal.
Ia selalu tidak suka jika Ona sedang melakukan hal yang tidak ia ketahui. Meskipun terkadang ia tak memperdulikan dirinya tapi tetap saja ia harus tahu tentang apa yang Ona sedang lakukan pada saat ini dan kini ia akan mencari tahu hal itu.
Ia pun kini berusaha untuk membuka pintu kamar Ona tapi ternyata dikunci dari dalam. Ia semakin takut jika pikirannya benar bahwa saat ini Ona memasukkan seseorang ke dalam kamarnya. Sementara Ona yang masih telepOnan dengan Kala itu melihat pintu kamarnya sedang dibuka oleh seseorang yang ia yakini adalah Oreo. Namun pintu itu tidak terbuka karena memang menguncinya dari dalam. Terdengar suara Oreo yang mengetuk pintu dan memanggil namanya dengan sangat keras. Padahal dipanggil biasa pun suaranya juga akan terdengar jelas oleh Ona karena Ona tidak budeg.
“s**l, kenapa harus dikunci sih. Ona ga pernah kunci pintu kamarnya kayak gini kecuali dia lagi bener-bener ngambek. Tapi sekarang ga ada alasan buat dia benar-benar ngambek. Gua harus cari tahu tentang hal ini.” ujar Oreo yang kini memcoba untuk membuka handle pintu itu berkali-kali membuat Ona yang ada di dalam kamar tentu saja mengetahui karena handle pintu itu terlihat bergoyang.
"Ona buka pintunya cepat, lo lagi ngobrol sama siapa? Nyembunyiin siapa lu di dalam?" ujar Oreo yang jujur saja membuat Ona sekarang ini menjadi kaget dan ketakutan jika saja nanti ia akan tertangkap basah oleh Oreo ketika sedang asyik menelfon Kala. Maka dari itu sekarang ini ia dengan cepat akan memutuskan panggilan instagramnya dengan Kala ini. Jika ia ketahuan bisa gawat.
“Aduh Oreo kenapa sih pakek mau masuk ke kamar Ona segala. Bikin Ona kesel aja.” ujar Ona yang membuat Kala bertanya ada apa dengan Ona sekarang. Akhirnya Ona mengatakan semuanya sekaligus mengakhiri telfonan mereka malam ini.
"Kala udah dulu ya kita sambung kapan-kapan soalnya Oreo udah nyariin nih. Nanti kalau ketahuan sama Oreo bisa berabe, dia kan ribet anaknya. Ih Ona jadi sebel deh sama Oreo padahal kan kita lagi ngobrol ya. Tadi waktu Ona ajak nonton film Oreonya malah sibuk mainan handphone jadinya karena Ona kesel ya Ona tinggal ke kamar aja tapi sekarang malah Oreo yang nyariin Ona. Emang dasar Oreo yang plin-plan sih kalau ini." ujar Ona kepada Kala.
"Ona cepetan buka atau gue dobrak pintu kamar lo!" teriak Oreo lagi.
"Ya udah sekarang matiin dulu aja Ona, temuin dulu aja Oreo kali aja ada yang penting kan sampai dia mau dobrak pintu kamar kamu nih. Kita sambung kapan-kapan lagi ya." ujar Kala dan kini panggilan instagramnya itu sudah selesai. Ona pun kini langsung sesegera mungkin berjalan menuju ke pintu dan membukanya karena jika tidak Oreo pasti akan benar-benar membukanya dengan paksa alias mendobraknya. Oreo tak pernah main-main.
"Apa sih Oreo dari tadi kok Oreo cerewet terus sih. Pakai mau ndobrak pintu kamar warna juga lagi. Emang kalau pintu kamar Ona rusak Oreo mau gantiin gitu?" ujar Ona yang kini berusaha untuk membuat Oreo lupa akan tujuannya ke sini tadi. Karena tadi Ona sempat mendengar bahwa sepertinya Oreo mengetahui jika dirinya sedang berbicara dengan seseorang.
"Gak usah ngalihin pembicaraan deh lo Ona. Siapa yang bicara sama lo tadi? Coba gue cek ke kamar Lo." ujar Oreo kepada Ona sembari saat ini Oreo berjalan masuk ke kamar Ona. Saat berada di dalam kamar tidak ia temukan apapun, kamar ini hanya berisi Ona dan dirinya saja sekarang. Ia juga sudah mengecek di balkon dan kamar mandi tapi tetap saja tidak ia temukan siapapun di sini selain mereka berdua. Ia pun kini menatap ke arah Ona.
"Lo tadi ngobrol sama siapa? Gue yakin banget kalau tadi gue dengar lo di sini ngobrol sama seseorang tapi gue nggak tahu itu siapa. Atau lo lagi telepOnan sama orang? TelepOnan sama siapa lo?" tanya Oreo yang mana saat ini ia terlihat sangat posesif kepada Ona. Hal seperti ini sebenarnya sangat disenangi oleh Ona tapi Ona juga tidak suka jika Oreo terlalu mencampuri urusannya karena toh mereka berdua hanya sebatas sahabat saja. Ya meskipun Ona sangat menyukai Oreo tapi Oreo masih belum membalas perasaan Ona jadi Ona beranggapan bahwa saat ini mereka masih berteman. Entah pertemanan apa yang ada di antara mereka karena Oreo yang sangat posesif kepada dirinya. Apalagi jika Ona terlihat sedang bersama dengan lelaki lain dan Oreo mengetahui itu semua pasti orang akan langsung marah-marah. Maka dari itu banyak sekali yang sering bertanya kepada Ona sebenarnya Oreo dan Ona itu ada hubungan apa karena mereka tidak ada yang berani bertanya dengan Oreo. Terlalu beresiko jika bertanya pada Oreo.
Tentu saja mereka semua tidak ada yang ingin berurusan dengan Oreo karena akan panjang nantinya. Oreo masih menatap lekat ke arah Ona. Ia sedang mencari jawaban atas apa yang sejak tadi ia pertanyaan ke Ona.
"Ga ngobrol sama siapa-siapa kok Oreo. Lagi pula Oreo tuh aneh, tapi aja pas kita nonton film Oreo malah fokus ke handphone terus. Ona ga tanya tuh Oreo chatting sama siapa. Tapi kenapa pas Ona ada di kamar sekarang Oreo tanya-tanya Ona. Mau Ona chat atau telfon sama siapa juga bukan urusan dari Oreo. Ona juga ga ngurusin handphonenya Oreo kok." ujar Ona karena kesal. Sementara Oreo yang tadinya sudah kesal kini semakin memuncak saja rasa kesalnya itu. Karenanya, sekarang ini Ona malah mengajak berdebat.
"Oh jadi gitu? Fine! Gua ga akan perduli sama Lo lagi! Lagi pula gua juga masih disini karena gua udah janji sama Nathan buat jagain Lo. Tapi apa? Lo nya aja ga mau di jagain. Urus aja hidup Lo sendiri. Gua balik! Muak gua sama Lo Ona." ujar Oreo yang hanya mengatakan itu saja tapi ia mengatakan denga tajam hingga saat ini membuat Ona hampir saja menangis karena Oreo mengatakan hal itu seperti sedang membentak dirinya saja. Ia sangat kaget.
"Oke, terserah Oreo aja!" ujar Ona yang kini masuk ke dalam kamarnya dan mengunci kamarnya sendiri supaya Oreo tak bisa masuk ke dalam.
Lagi pula juga Oreo akan pulang ke rumahnya. Meskipun Ona tidak yakin bahwa Oreo akan benar-benar pulang ke rumahnya sendiri. Namun ketidakyakinan itu buyar ketika ia mendengar suara mobil dari depan rumahnya. Kini Ona pergi ke balkon dan melihat bahwa sepertinya Oreo sedang tidak main-main. Oreo benar-benar pulang meninggalkannya saat ini.
"Dia benar-benar pulang. Oreo benar-benar marah sama Ona. Tapi Ona juga ga salah kan? Ona cuma bilang fakta kok, Oreo emang suka kayak gitu. Kalo dia yang salah dia ga mau ngaku kalau ujung-ujungnya marah sendiri kayak gini. Dikira selama ini Lola ga kesel apa." ujar Ona tersebut. Tampak sekarang Ona duduk di tempat tidurnya, ia tidak tahu apakah hari ini ia bisa tidur atau tidak. Kepalanya pusing memikirkan sikap dari Oreo hari ini. Padahal mereka here baru saja baikan, tapi sudah bertengkar lagi.
Sementara itu, Oreo masih berada di perjalanan menuju ke rumahnya dengan menggunakan mobilnya. Ia tak berhenti uring-uringan sendiri di dalam mobilnya, ia hanya kesal dan rasanya ia seperti orang yang tidak dianggap oleh Ona. Pasalnya ia disana untuk menjaga Ona tapi Ona kalau memperlihatkan bahwa ia tidak perlu di jaga. Sudah begitu Ona juga menolak mengatakan kepada dirinya bahwa ia baru saja telfonaj dengan orang.
"s**l, siapa yang po telfon Ona! Jangan bikin gua kesal! Cuma gua satu-satunya cowok yang bakalan ngertiin Lo dan gua juga yang bakalan pertama kali ada buat Lo karena Lo tanggung jawab gua selama Nathan ga ada. Tapi kenapa akhir-akhir ini Lo selalu aja bikin gua kesal? Dimulai dari Orion, terus juga sama Kala! Gua ga akan kalah dari mereka berdua Ona! Gua bakalan selalu jadi pemenangnya! Gua pastiin kalo ga bakalan ada cowok yang bisa gantiin gua disisi Lo, terutama Orion sama Kala." ujad Oreo sembari saat ini ia memukul stir mobilnya karena saking kesalnya pada seorang Ona.
Oreo memang selucu itu, ia menyukai Acha dan sama sekali tak ada perasaan untuk Ona. Namun disisi lain, ia ingin menjadi lelaki satu-satunya di hidup Ona. Yang pasti itu tidak bisa, apalagi jika Oreo tidak akan pernah bisa dimiliki oleh Ona. Jika terus menerus begini, Oreo tentu sangat egois. Ia tak memikirkan Ona dan hanya memikirkan dirinya saja yang ambisius.
"Kenapa sih Ona? Lo tinggal ngomong aja ke gua. Tinggal jawab gua kalo tadi Lo lagi telfonan sama siapa gitu and case clear. Tapi lo ga mau jawab sama sekali, siapa yang sebenarnya Lo telfon? Kenapa Lo sembunyiin orang itu dari gua? Gua harus tahu semuanya tentang Lo Ona. Lo ga boleh nyembunyiin apa pun dari gua." ujae Oreo yang lagi-lagi dengan keegoisannya. Oreo harus berhati-hati dengan rasa egoisnya yang bisa saja membunuhnya.