9

1575 Kata
Suasana dalam mobil seakan mencekam, Ona memikirkan tentang kemungkinan Oreo akan melaporkan hal ini pada Nathan. Ditambah dengan Oreo yang marah-marah terus malam ini membuat Ona ketakutan padanya. "Oreo, Oreo masih marah?" tanya Ona kepada lelaki disampingnya itu. "Menurut Lo gimana Na? Gua ngelihat Lo di dalam bar sama cowok. Jelas gua marah Na." ujar Oreo kepada Ona, Ona malah tersenyum senang. "Berarti kalo Oreo marah, Oreo cemburu dong sama Kala tadi?" tanya Ona dan hal itu dibenarkan oleh Zaki dan Putra, mereka baru sadar akan hal itu. Karena semua alasan Oreo itu memang bagus tapi sepertinya jika alasannya hanya itu tidak cukup untuk mengakibatkan kemarahan Oreo ini. Mereka baru berpikiran bahwa ada kemungkinan besar bahwa Oreo cemburu. "Iya ya, Lo cemburu ya Re?" tanya Zaki karena Oreo tadi belum menjawab. "Gua cemburu? Ngapain juga gua cemburu? Ona, dengerin gua ya. Gua lagi nyiapin kata-kata buat bilang ke Bang Nathan tentang Lo tadi. Gua ga akan biarin Lo kayak tadi lagi kelayapan sendiri." ujar Oreo kepada Ona. "Astaga Oreo, jangan bilang ke A Nathan please. Jangan bilang, Ona ga mau kalo nanti A Nathan marah sama Ona. Pelase Oreo." ujar Ona tersebut. "Zaki, Putra tolong bantuin Ona buat bilang sama Oreo biar Ona ga dilaporin ke A Nathan. Please, lagi pula sumpah Ona tadi ga ada nyentuh alkohol. Nih Ona masih punya struknya tadi beli apa aja kalo ga percaya. Ona cuma makan aja disana." ujar Ona sampai menjelaskan semuanya ke mereka. "Re, udah lah jangan bilang ke Bang Nathan dulu. Lagi pula Lo juga bakalan kena kan kalo Bang Nathan tahu tentang ini. So mending ga usah bilang. Lagi pula Ona janji kan ga akan ke tempat itu lagi?" tanya Zaki. "Iya, Ona janji ga akan kesana lagi." ujar Ona kepada mereka dengan bersungguh-sungguh. Oreo melihat Ona dan teman-temannya saat ini. "Udah lah lihat nanti." ujar Oreo, kini Oreo menutup kedua matanya. Ia tak ingin berbicara kepada siapa-siapa lagi sekarang. Ia ingin istirahat sebentar. Sementara itu, Acha masih menunggu di rumah Ona. Ia benar-benar khawatir karena chatnya pun juta belum dibalas sama sekali oleh Ona. Ia tadi bertanya kepada Bibi bahwa Ona pamit untuk mencari makan tadi. Ia juga tidak tahu Ona pergi kemana jadinya Acha menghubungi Ona tapi tak ada jawaban. Padahal tadi Ona sempat online, Acha mengeceknya sendiri tadi. "Aduh Ona, kamu kemana sih Na. Gua jadi khawatir." ujar Acha tersebut. Namun tak lama kemudian terdapat sebuah mobil yang masuk ke rumah Ona. Acha mengenal mobil itu karena mobil itu adalah mobil milik Oreo. Ia pun keluar dari itu dan ia kaget ketika ada Acha. Bisa gawat jika Oreo memberi tahu Acha tentang ini. Ia tak mau jika Acha nanti marah kepada dirinya. "Oreo, please jangan bilang sama Acha ya Oreo. Ona mohon." ujar Ona yang membuat Oreo langsung menatap ke arah rumah Ona, ternyata benar Acha disana. Melihat Acha membuat emosi Oreo seakan mulai memudar. "Ok, tapi jangan bilang ke dia juga kalo gua habis dari bar. Karena kalo kayak gitu nanti otomatis Lo juga bakalan ketahuan." ujar Oreo dan Ona setuju. Padahal Oreo hanya memanfaatkan Ona saja, Oreo hanya tidak mau jika Acha nanti memandangnya dengan pandangan tidak suka karena ia sering ke bar. Ia tidak mau dianggap sebagai pemabuk oleh Acha. Perkataan Ona dan Oreo itu membuat Putra dan Zaki menggelengkan kepala mereka. Oreo keterlaluan. Ia sudah sangat keterlaluan karena jika Ona pintar dan peka sedikit saja, hal yang dilakukan oleh Oreo itu akan membuat Ona sakit hati bahkan mengetahui tentang perasaan Oreo kepada Acha. Itu sangat menyakitkan. "Ya udah kalo gitu gua tetap disini." ujar Oreo, dan Oreo berada di mobil bersama dengan Putra. Sementara Ona diantar oleh Oreo sampai depan rumah. Acha terlihat lega karena akhirnya Ona datang juga, ia sempat kawatir. "Ona kamu ga papa kan? Aku khawatir banget karena kamu aku chat ga balas, aku telfon juga ga diangkat." ujar Acha kepada Ona dan Ona mengangguk. Ia mengatakan bahwa ia baik-baik saja, ia juga meminta maaf. Sementara Oreo tampak menatap Acha yang membuat dirinya tenang. Jujur saja, Acha seperti penenangnya saat dirinya sedang merasa kesal. Acha seperti peredam di dalam segala hal yang membuat Oreo merasa emosi. "Re, Lo yakin sama perasaan Lo ke Ona? Lo ga main-main?" tanya Putra. "Gua ga pernah semain-main ini kalo Lo mau tahu. Lo tahu, rasanya gua pingin nyingkirin Ona biar gua bisa leluasa deketin Acha dan nembak dia terus gua sama Acha pacaran. Cuma dia penghalang dari semua ini." ujar Oreo. "Re, Lo udah keterlaluan. Gua harap Lo ga pernah nyingkirin Ona karena gimana pun juga Ona itu berarti buat Lo. Kalo dia ga berarti Lo ga bakalan semarah tadi waktu ngelihat dia sama cowok lain." ujar Putra menjawab. "Hahaha, Lo ga tahu alasannya? Gua ngelakuin itu karena gua ga mau nanti dia kenapa-kenapa. Lo tahu kan janji gua sama Bang Nathan. Sampai sekarang janji yang paling gua sesali pernah keluar dari mulut gua itu ya janji ngejagain dia. Karena Ona itu ribet." ujar Oreo dan Putra hanya diam saja. Zaki akhirnya berpamitan kepada mereka, sekarang Ona dan Acha pun masuk ke dalam. Oreo merasa kehilangan saat ia tak lagi bisa menatap Acha. Andai dirinya tadi tidak meminum alkohol pasti ia sudah menawari Acha untuk ikut pulang bersama dengan dirinya. Namun ini sangat berbeda. Ia sudah dalam keadaan mabuk meskipun ia masih sadar tapi tetap saja bau alkohol ada di badannya. Jadinya ia tidak berani menawari Acha pulang. Sekarang ini Ona dan Acha masuk ke dalam, ternyata Acha hanya ingin mengingatkan Ona bahwa besok ada PR yang harus dikumpulkan. Dan Acha sangat tepat mengingatkan Ona karena memang Ona sama sekali belum mengerjakan apa pun. Jadinya sekarang ia mengerjakan dibantu oleh Acha. Sebenarnya beberapa kali Acha sudah menawarkan pada Ona untuk Ona menconteknya saja. Namun Ona tidak mau dan memilih untuk diajari Acha. Mereka pun sudah selesai mengerjakan PR, Acha akhirnya di jemput oleh sopirnya dan kini Ona sendirian lagi. Ona pun sekarang masuk ke dalam kamarnya. Ia ingin tidur tapi tidak bisa tidur karena ia memikirkan tentang Oreo. Ia merasa ada yang berbeda ketika Oreo berada di tempat yang sama dengan Acha. Entah perasaannya ini benar atau tidak, ia juga tidak tahu. "Semoga apa yang Ona pikirkan buka apa yang terjadi." ujar Ona. Karena Ona tidak bisa tidur, akhirnya Ona pun membaca cerita di platform membaca buku online. Ia membaca cerita tersebut sampai akhirnya ia pun tidur juga. Sementara itu, Kala masih dengan teman-temannya. Ia tak menyangka, mendekati satu cewek kali ini membuat dirinya terkena tonjokan di pipinya. "Gila gua tadi beneran kaget woy, bisa-bisanya itu cowok datang-datang langsung kayak gitu. Tapi serius nih ya, gua ga yakin kalo itu cowok pacarnya Ona. Karena masa iya cewek polos kayak Ona pacaran sama cowok kasar kayak Oreo itu. Ga make sense, ga worth it juga buat Ona." ujar Zahra kesal. "Bener woy, btw itu mereka anak mana sih?" tanya Salim pada mereka. "Anak SMA Garuda, gua juga ga yakin cowok itu cowoknya Ona. Tapi gua yakin kalo Ona suka sama cowok tadi. Ona ketakutan banget pas ngelihat cowok tadi." ujar Kala dan mereka semua terus membahas tentang Ona dan Oreo yang membuat malam mereka di bar ini menjadi sangat berwarna. Pagi harinya Ona berangkat bersama dengan sopirnya, mobilnya masih ada di rumah Oreo. Tadi malam Zaki dan Putra mengambil mobilnya. Jadi sekarang Ona berangkat dengan mobilnya yang lain. Tampak sekarang ini Ona sudah sampai di sekolahnya. Saat sampai ia langsung pergi ke kelasnya. Ona tersenyum ketika melihat Oreo sudah ada di dalam sekolah, ia sedang mengerjakan PR bersama dengan teman-temannya. Ona pun mendekatinya dan memberikan Milo serta Biskuit Oreo kesukaan Oreo itu. "Pagi Oreo, jangan lupa dimakan ya." ujar Ona kepada Oreo tapi tidak ada jawaban sama sekali oleh Oreo. Bahkan sekarang Oreo malah diam saja. "Sama-sama Ona, pagi juga. Anggap aja gua mewakili Oreo gitu ya Na. Udah sekarang Ona duduk ya." ujar Putra membuat Ona tersenyum. Ona ingin duduk tapi ia ingin duduk di luar saja karena lagi pula bel masuk masih lama. Ona sudah ada di luar, ia teringat bahwa dirinya tidak membawa minum. Karena hal itu, Ona pun sekarang berjalan menuju ke tangga, ia akan ke kantin untuk membeli minuman. Kini Ona sudah sampai ditangga, ia pun sudah turun dan saat ditengah-tengah tangga, tiba-tiba ia tersrimpet dengan ikat sepatunya yang ternyata lepas. Karena hal itu, Ona tak bisa menjaga dirinya dan itu berakhir dengan Ona jatuh menggelinding dari tangga tersebut sampai ke bawah. Semua orang yang melihatnya pun berteriak karena mereka kaget. "Ona astaga." teriak mereka semua dan kini mereka mendekati Ona. Orion d a teman-temannya baru saja mendengar nama Ona, dan ternyata orang yang menggelinding dari tangga tadi adalah Ona. Mereka pun langsung kesana dan kini Orion tampak meminta mereka semua untuk menjauh. "Biar gua bilang ke Oreo." ujar salah satu siswa yang ada disana itu. "Jangan, jangan bilang ke Oreo. Ona ga papa. Jangan bilang." ujar Ona karena ia tahu bahwa Oreo masih mengerjakan tugas tadi, ia tak mau ganggu. Ck, udah berdarah kepalanya tangannya juga best, kakinya juga sakit masih bilang ga papa. Heran gua sama ini anak. Batin Orion melihat Ona. "Biar gua bawa ke UKS." ujar Orion pada mereka membuat mereka kaget. Pasalnya pentolan sekolah mereka kini perduli pada cewek, ini pertama kali. "Lo merem aja kali kepalanya sakit banget." ujar Orion pada Ona yang kini berada di gendongannya. Ona yang awalnya menatap ke arah Orion itu pun perlahan mulai menutup matanya. Ia benar-benar lelah dan juga semua badannya berasa remuk sekarang. Ia harap semoga tak ada yang luka berat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN