"Ken-sama... sangat baik, Bu. Dia sangat menyenangkan... dan ramah." Rika berbohong telak demi menentramkan hati Ibunya. Jika bercerita yang sebenarnya, bagaimana jika wanita paruh baya itu seketika syok hebat dan sakitnya kambuh lebih parah? Rika mendongak menatap wajah Ibunya yang sudah berumur. "Ken-sama selalu membuatku tersenyum kala sedih merindukan Ibu," imbuhnya makin kental akan kebohongan. Semua palsu. Tangisannya bukan karena betapa merindukannya Rika pada Ibu. Tapi tangisan akan nasib buruk yang menimpanya. Tak ada kebaikan sama sekali sampai sekarang. "Matamu bengkak, Rika sayang?" Ibunya membelai pipi sang putri. "Itu... karena aku terus menangis karena rindu Ibu." Rika beralasan. Berkilah. Berbohong. Rika merasa jika ia jadi anak durhaka sekarang. Apa boleh buat, meman