Nama Seseorang dari Masa Lalu

1195 Kata
"Eh eh ada pengantin baru nih." Seru teman-teman Arum ketika ia memasuki butik mama mertuanya. Arum hanya membalasnya dengan senyuman sederhana. "Kamu keterlaluan banget deh Rum, nikah kok nggak ngundang-ngundang kami." Protes Santi mewakili teman-temannya yang lain. "Maaf bukannya aku tidak mau mengundang kalian. Hanya saja situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan. Pernikahan ku dilakukan secara sederhana di rumah sakit Tanpa ada tamu dari luar selain keluarga terdekat yang menjadi saksi pernikahan kami." Tutur Arum memberi alasan dengan sedikit kebohongan. Ia berusaha menyembunyikan perasaan bersalahnya. Pernikahannya dengan Endaru di laksanakan di mansion utama keluarga Asegaf yang dihadiri oleh ibu sebagai saksi dan pamannya yang bertindak sebagai wali nikah Arum. Tak ada tamu undangan dari luar selain kedua orang tua Endaru, Anara dan juga para pekerja di sana yang mengetahui pernikahan rahasia itu. Dan tentunya seorang penghulu dan dari keluarga Arum sendiri hanya ada ibu dan pamannya. Tak ada pesta pernikahan mewah atau semacamnya, hal yang selama ini Arum impikan jika suatu saat nanti sudah bertemu dengan kekasih hatinya, yang akan meminangnya. "Sudah jangan dengarkan dia Rum. Melihat wajah mu yang sekarang lebih bersinar setelah jadi manten saja sudah membuat kami ini bahagia." Seloroh Bunga menimpali diiringi iringan tawa renyah yang lainnya. Arum pun hanya tersenyum, akhirnya dia merasa terselamatkan sehingga tak perlu membuat banyak alasan pada teman-temanya itu. "Tapi ngomong. ngomong pengantin baru kok dateng ke tempat kerja malah dianter ojek online." Saut Lala kryawati lama yang bekerja di butik itu. Dari awal Lala sangat tak menyukai Arum, ditambah lagi sikap nyonya Sofia yang sangat baik pada Arum bahkan ia yang karyawan lama pun tak pernah mendapatkan perlakuan sebaik itu, membuat Lala semakin membenci gadis itu. Deg. Arum dan teman-teman yang Iainnya langsung menoleh ke arah Lala dengan tatapan tak suka Sementara Arum wajahnya sedikit terlihat kekatutan. Namun sekali lagi Arum terselamatkan kali ini, teman-teman di tempat kerjanya juga tidak menyukai Lala langsung membubarkan diri untuk kembali ke posisi masing-masing untuk melakukan persiapan sebelum butik di buka. "Ayo Rum kita bersiap, tidak usah kamu dengarkan belalang sawah itu bercicit." Seloroh Sinta seraya menarik lengan Arum untuk meninggalkan Lala. "Dasar kaum udik, awas saja kamu Rum. Aku pasti akan membalasmu nanti." Geram Lala seraya menghentakkan kedua tangannya yang telah terkepal. "Kamu kenapa La? Masih pagi sudah emosi begitu." Sapa suara seorang wanita, Lala yang sangat mengenal pemilik suara itu langsung menoleh dan memutar tubuhnya. Dengan cepat ia menundukkan kepalanya memberi hormat. "Selamat pagi bu Sofia. Em itu tadi saya hampir di tabrak sama tukang parkir di depan sana, dan yang membuat saya kesal dia bukannya minta maaf eh malah pergi gitu aja." Bohong Lala dengan cepat. "Oh. Lain kali kamu juga lebih berhati-hati. " Pesan nyonya Sofia seraya berlalu pergi ke dalam ruangannya, meninggalkan Lala yang bertambah kesal karena tertangkap basah. Beruntungnya nyonya Sofia tidak mendengar ucapannya tadi. "Sial. Apes banget sih gue pagi ini. Semuanya gara-gara si Arum udik itu. Lihat saja nanti, aku buat kamu nangis sejadi-jadinya di sini." Gerutu Lala yang masih saja menyalahkan orang lain. ***** "Selamat pagi sayang. " Sapa nyonya Sofia ketika melewati Arum yang tengah merapikan berkas di atas meja kerjanya. Suata wanita yang usianya sudah menginjak kepala enam namun masih tetap terlihat awet muda itu begitu lembut dan halus menyapa gadis cantik itu. Membuat Arum sedikit terkejut dengan kehadirannya. Ruangan mereka memang berdekatan sejak nyonya Sofia mengincar Arum untuk dijadikan menantu keduanya. Dengan cepat Arum menguasai diri dan berbalik ke arah sumber suara dengan kepala tertunduk. "Selamat pagi juga bu." Jawab Arum membalas sapaan itu, ia berusaha terlihat setenang mungkin di hadapan ibu mertuanya. "Kenapa kamu kembali bekerja sayang? Tugas mu sekarang hanya menghadirkan cucu untuk ku dan juga anak untuk putra ku." Tanya nyonya Sofia lagi yang kini memegang sebelah lengan Arum. Mendengar penuturan sang mertua Arum pun mengangkat kepalanya, memberanikan melihat wajah yang setiap ia mengeluarkan kata-kata rasanya semakin bertambah lah rasa benci di hati Arum ketika melihat wajahnya. "Bisakah ibu tidak membicarakan hal semcam ini di tempat kerja. Saya tidak ingin teman-teman saya mengetahui yang sebenarnya dan pastinya saya sebagai perempuan lah yang akan di sakahkan jika ketahuan menikah dengan suami orang." Tegas Arum, "jadi saya mohon bersikap profesional di sini. Saya menjaga kehormatan ibu, dan ibu tolong juga menjaga kehormatan saya." Lanjut Arum lagi seraya kembali menundukkan kepalanya tanpa memperdulikan tatapan terkejut mertuanya yang sangat tak percaya dengan apa yang tadi ia ucapkan. Suasana kembali hening, Nyonya Sofia tak mengatakan apa-apa lagi dan memilih kembali melangkah menuju ruangannya. Sementara Arum pergi menuju pantry untuk membuat teh hangat yang akan ia sajikan untuk Nyonya Sofia seperti hari-hari biasanya. "Bisa-bisanya dia berkata seperti itu di sini." Batin Arum di tengah kesibukannya meracik teh sampai suara-suara berisik dari teman-temannya terdengar ke telinga. "Kalian kenapa sih pada ribut-ribut?" Tanya Arum yang mulai penasaran seraya membawa cangkir tehnya mendekat ke arah tiga orang temannya yang saling berbisik. "Usstt. Yang sudah nikah di larang kepo. Silahkan menyikit dulu, ini ranah para jomblo." Usir Santi. "Dih segitunya, tapi suara kalian itu sungguh sangat berisik." Protes Arum seraya berlalu pergi meninggalkan tiga temannya itu. Namun sayup-sayup ia mendengar ucapan dari Santi kepada dua teman lainnya. "Kalian juga lihat tadi gimana tampannya putra bungsu Nyonya Sofia itu. Waduuuh hati ku sudah ketar ketir hanya melihat senyumnya saja saat menyapa kita dengan hangat." Ucap Sinta. "Putra Bungsu Nyonya Sofia. Aku pikir nenek lampir itu hanya memiliki seorang anak." Gumam Arum seraya membawakan teh ke ruangan bosnya itu. Setelah mengetuk pintu, seperti hari yang sudah-sudah Arum akan masuk ke dalam ruangan itu tanpa menunggu jawaban dari si empunya ruangan. "Permisi bu, ini teh hangat anda." Ucap Arum seperti biasanya saat memasuki ruangan yang selalu wangi dengan aroma bunga Lavender itu. "Mommy, siapa dia? Kenapa dia main masuk saja tanpa menunggu persetujuan dari Mommy." Suara bariton seseorang yang melayangkan protesnya. Arum merasa sedikit tak enak hati, ternyata di ruangan itu tidak hanya Nyonya Sofia saja. Dan untuk kali ini ia sampai mendapatkan sebuah teguran seperti itu. "Memalukan." Batin Arum menghentikan langkahnya, namun wajahnya sedikit tertunduk jadi ia tidak bisa melihat siapa di sana yang telah menegurnya. "Tidak apa-apa sayang, dia asistennya Mommy. Dan dia sudah terbiasa dengan jadwalnya." Nyonya Sofia angkat bicara. "Em. Seperti biasa, Mommy selalu mengajarkan kebiasaan yang salah." Protesnya lagi yang kini di tunjukkan kepada sang mama. Dengan gemas Nyonya Sofia mencubit pipi putra bungsunya yang baru saja datang dari negeri paman Sam itu. "Aw sakit Mommy." Ringisnya dengan manja. "Letakkan saja tehnya di meja Rum." Titah Sofia memerintahkan Arum untuk meletakkan tehnya di meja tamu, kali ini tidak di meja kerjanya. "Baik bu." Jawab Arum singkat tanpa berani mengangkat wajahnya, entah kenapa perasaannya merasa tak enak setelah mendengar suara pria di depan sana. Suara orang asing yang sangat terdengar familiar di telinga membuat Arum sangat ragu untuk mengangkat wajahnya. "Dan tolong bawakan segelas kopi hitam lagi untuk Putra ku, Endrasuta ya. Ingat gulanya berikan seujung sendok saja." Pinta nyonya Sofia. Deg. Seketika Arum terasa seperti tengah tersambar petir di siang bolong, mendengar nama yang di sebutkan Nyonya Sofia tadi. Namun secepat kilat Arum bersikap profesional. "Ba-baik bu." Jawabnya sedikit terbata, lalu berbalik setelah meletakkan cangkir teh yang hampir saja terjatuh dari tangannya. "Endra-suta." Gumam Arum dengan jantung berdebar keluar dari ruangan itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN