Sudah, luka dan duka beberapa waktu lalu menjadi penutup buku. Hampir seribu wisudawan – wisudawati duduk di bangku masing – masing, cantik juga tampan dengan pakaian kebanggaan dan toga di kepala. Senyum Sahira tidak berhenti mengembang, sesekali tersenyum kearah Ibunya. Entah sudah berapa jam berada di dalam gedung, mendengar sambutan – sambutan dari rektor dan segala macamnya. Bangga, namanya disebut sebagai lulusan terbaik, cumlaude. Sebagian usahanya adalah kerja keras Agam sebagai pembimbing, hanya sebatas itu. Tidak mampu sebagai pendamping, Agam sudah melepaskan segalanya, statusnya sudah tidak lagi menjadi seorang istri. Tampak Raini mengusap air mata berulangkali, antara senyum bangga dan pilu yang membaur. Sahira tak sanggup menyaksikan itu, betapa menyedihkan nasib hidup anak