“Dalam lima menit, kamu putuskan semuanya, Da. Lepas cincinnya lalu kembalikan ke kotak beludru kalau kamu menolak, tapi tetap pakai kalau kamu menerima. Silakan pilih!” Aku menatap Mas Hanif sesaat, lalu menatap cincin yang kini tersemat di jari manis tangan kiriku. Cincin itu benar-benar cantik meski sedikit kebesaran. Wajar kalau tidak pas, dia jelas belum tahu ukuran jariku. Namun, tetap saja. Aku tidak menyangka kalau Mas Hanif bahkan sudah menyiapkan cincin secantik ini untukku. Aku bahkan kenal merk-nya, dan itu sangat terkenal. Brand ambassador-nya saja artis ternama. “Lima menit mulai dari sekarang, Da—” “Tunggu!” Aku menyela. “Ini terlalu mendadak! Mana bisa kaya gini?” “Mas udah bilang, memang sengaja. Bukanya tadi kamu yang minta?” “Sepuluh menit?” aku mencoba bernegosias