Mengungkap Latar Belakang

1146 Kata
“Nona! Tolonglah bicara denganku!” Ye Xuan mencoba mengejar agar bisa berkomunikasi dengan si gadis.   “Tuan, kenapa kau melakukan hal seperti tadi?” Suara lemah itu kembali mengalun tak lama kemudian.   Ye Xuan malu, menggosok tengkuknya dengan sikap canggung, merasa bersalah. “Aku... aku minta maaf untuk itu, Nona. Sungguh, aku tidak bermaksud jahat, hanya... hanya penasaran.”   “Penasaran?” tanya si gadis.   “Karena... karena baru kali ini aku menyentuh tubuh wanita. Ah! Aku bukan orang c***l! Hanya... sekedar ingin tau saja.” Ye Xuan terus berusaha menjelaskan agar gadis itu tidak salah paham, meski sebenarnya sang gadis takkan bisa berbuat apapun jikalau Ye Xuan memang seorang m***m.   “Hghh...” Gadis itu menghela napas berat. Dari suaranya, Ye Xuan tau ada beban berat di helaan napas tadi.   Maka, berhati-hati, Ye Xuan menanya secara pelan-pelan. “Nona, apakah... ada risau di hatimu? Bolehkah kau bagi padaku karena tubuhmu juga kini sudah menjadi tubuhku.”   Tak ada suara selama beberapa saat. Ye Xuan diam menunggu, tak ingin memaksa atau membujuk. Memanglah kebebasan dari sang gadis untuk mau bicara tentang masalahnya atau tidak. Hanya, jika gadis itu bersedia membuka diri, tentunya akan menjadi sebuah petunjuk yang memudahkan Ye Xuan untuk bersikap nantinya.   Kejadian seperti ini sungguh menentang langit! Dalam satu tubuh ada dua jiwa! Atau apakah langit sedang ingin bermain-main dengan Ye Xuan?   Wajarnya, jika roh seseorang masuk ke tubuh lain, maka bisa dipastikan pemilik tubuh itu sudah kehilangan rohnya. Namun, ini... ah, langit benar-benar sedang bercanda berlebihan.   Saking berlebihannya, sampai roh lelaki dimasukkan ke tubuh wanita. Kurang berlebihan apalagi jika demikian? Raja Langit, silahkan terbahak keras!   Dosa apa yang dimiliki Ye Xuan hingga dia harus menjalani reinkarnasi di tubuh dengan gender berbeda? Namun, setidaknya dia harus bersyukur tidak dimasukkan ke tubuh binatang.   Astaga, dia tak bisa membayangkan jika tiba-tiba dia terbangun dan menyadari dirinya ada di kandang babi. Tidak!   Baiklah, langit sedang bermurah hati padanya, meski bercandanya sedikit keterlaluan.   Dan kini, Ye Xuan sedang menunggu gadis itu bersedia berkomunikasi secara roh dengannya.   “Aku...” Suara gadis itu terputus menandakan dia ragu-ragu.   “Semuanya kuserahkan padamu, Nona, apakah kau bersedia berbicara atau tidak, tapi tentu aku mengharapkan kau bicara agar aku bisa menentukan bagaimana tubuh ini harus bersikap setelah ini.” Kali ini Ye Xuan hanya memberikan pemikiran saja tanpa ada paksaan. Bujukan persuasif boleh tentunya, kan?   Hening.   Ye Xuan sabar menunggu. Seorang gadis tentunya malu mengungkapkan masalah yang mendera meski sepelik apapun, karena Ye Xuan paham. Gadis muda memang biasanya begitu.   “Aku ingin mati,” sahut gadis itu lirih. “Tapi kenapa malah Tuan datang?”   “Oh, aku pun tak tau kenapa tiba-tiba aku ada di tubuhmu. Mungkin ini takdir yang mengaturnya, Nona.” Ye Xuan yakin sebentar lagi gadis ini akan bicara lebih banyak.   “Apakah Tuan... dari kota lain?” tanya si gadis.   Mengira gadis itu ingin berkenalan dengan Ye Xuan, ia tersenyum maklum. Siapapun pasti ingin mengetahui latar belakang seseorang yang mengambil alih tubuhnya.   “Sebentar, Nona, bolehkah aku mengajukan pertanyaan terlebih dahulu padamu? Agar aku bisa menjelaskan yang kau tanyakan tadi.” Ye Xuan memang ingin tau sesuatu terlebih dulu.   “Silahkan, Tuan.”   Ye Xuan menarik napas dulu sebelum menanya, “Tahun apa ini?”   Gadis itu tidak langsung menjawab pada awalnya, meski akhirnya mau bicara. “Ini tahun 2020.”   Rupanya beda tahun, batin Ye Xuan, meski dia juga tidak begitu yakin apakah tahun yang mereka pikirkan adalah yang sama. Pantas saja.   “Apakah ini dunia manusia?” tanya Ye Xuan lagi. Ia masih belum bisa enyahkan pikiran mengenai penculikan Iblis sebelumnya, meski sekarang tak begitu yakin seperti tadi.   “Ya, ini memang dunia manusia, Tuan. Ini masih di bumi, bukan di planet antah-berantah,” lirih si gadis, entah bermaksud sarkas halus atau berseloroh.   “Oh, baiklah. Jadi ini masih di bumi. Aku datang dari tahun ketiga-puluh kekaisaran Yuan, aku dari Kota Jiang Nan.” Ye Xuan memaparkan sekelumit latar belakangnya.   “Hm?” Suara si gadis tampak bingung. “Tak ada nama kota itu di sini. Sepertinya tak ada. Entah jika desa. Tapi... Tuan sebut apa tadi? Tahun ketiga-puluh kekaisaran Yuan?”   “Ya, aku dari tahun itu. Apakah kita berbeda tahun?”   “Ermm... Tuan... sepertinya... jarak tahun kita jauh. Mungkin... malah sangat jauh.” Gadis itu terdengar ragu-ragu. “Jangan-jangan Tuan datang dari ribuan tahun lalu karena menyebutkan kekaisaran.”   “Aku...” Ye Xuan menjeda sejenak ucapannya. “Sepertinya aku memang bukan dari dunia ini setelah mencerna ucapanmu, Nona. Maksudku, bukan dari jaman ini jika aku menilik dari semua benda dan penampilanmu.”   “Un.” Gadis itu seolah mengiyakan omongan Ye Xuan. “Aku tebak... pakaian Tuan berbeda dengan pakaian jamanku ini. Apakah Tuan seorang ksatria? Atau mungkin... Pangeran?”   Ye Xuan menggeleng sambil tersenyum malu. Andai tebakan gadis itu benar, alangkah bagusnya. “Tidak, Nona. Aku bukan seperti yang kau tebak tadi. Aku hanya pekerja yang bertugas di Rumah Obat Kerajaan.”   “Lalu kenapa kau bisa ada di sini, Tuan? Apakah kau sudah mati? Ini roh gentayanganmu?” tanya si gadis mulai terdengar tidak selemah tadinya.   Ye Xuan menggeleng, meski tak yakin apakah gadis itu bisa melihatnya. Saat ini mereka berkomunikasi tanpa bisa melihat penampilan masing-masing. “Aku sendiri tak tau apa yang terjadi. Aku terakhir ingat ketika aku didesak jatuh ke jurang dan tiba-tiba terbangun di sini.”   “Oh.” Hanya itu sahutan dari si gadis.   “Nona, nama keluargaku Ye dan panggilanku Xuan. Bolehkah aku mengetahui nama Nona?”   “Tuan Ye Xuan, namaku Feira Ramayani Sanjaya, biasa dipanggil Fei,” sahut gadis itu pada akhirnya. “Aku berumur tujuhbelas tahun, aku siswa sekolah menengah atas.”   "Siapa? Feira? Namamu terdengar aneh." Kening Ye Xuan berkerut menandakan ia bingung dengan nama yang disebutkan oleh Fei. Panjang dan tidak seperti nama yang biasa ada di negerinya.   "Sepertinya Tuan Ye Xuan berasal dari jaman Tiongkok kuno." Fei mengetahui kebingungan Ye Xuan.   "Memangnya ini bukan di Tiongkok?"   "Bukan, Tuan."   "Lalu, ini di mana? Negara apa?"   "Ini bernama negara Indonesia, Tuan Ye Xuan."   "Indonesia? Apakah itu jauh dari Tiongkok?" Kening Ye Xuan makin dalam berkerut.   "Tuan Ye Xuan bisa melihat sendiri nanti di peta. Itu ada di dalam lemari belajarku."   Ye Xuan pun manggut-manggut paham. Jadi, dia dilempar oleh Raja langit ke negara yang berbeda sekaligus tubuh berjenis kelamin berbeda pula! Luar biasa kelakuan Raja Langit kali ini!   Ye Xuan miringkan kepala. “Tunggu dulu. Tadi kau mengatakan bahwa kau adalah seorang siswa?” Ia membayangkan para sarjana di negerinya, mereka adalah golongan istimewa di bawah golongan bangsawan. Ataukah Fei seperti murid sebuah sekte?   “Ya, Tuan Ye Xuan. Siswa sekolah biasa. Mungkin di jaman Tuan belum ada. Nanti juga Tuan tau sendiri.” Fei mulai bicara banyak. “Dan minggu depan, Tuan harus hadir ke sekolahku.”   “Baiklah. Kuharap kau bisa membimbingku, Nona Fei.” Yexuan mulai nyaman berbincang dengan Fei. Kemudian ia angkat tangan kiri yang berbalut kain sobekan daster Fei.   “Tsk!” decak Fei pelan. Tapi Ye Xuan bisa mendengarnya.   “Ingin menjelaskan padaku mengapa tangan Nona Fei bisa begini keadaannya?” pancing Ye Xuan penuh harap.   Suasana kembali hening seperti awal tadi. Yexuan berdebar menanti jawaban Fei. Bersediakah gadis itu mengungkapnya?   “Sudah kubilang aku ingin mati.”   “Kenapa... Nona Fei ingin mati?”   “Karena... aku tak kuat lagi menjalani hidup.” Suara Fei terdengar bergetar.   Ye Xuan bimbang, haruskah dia terus mendesak dan membujuk Fei agar membuka semua masalahnya?   “Aku...” Fei kembali bicara. “Banyak orang yang berbuat jahat padaku.”   “Nona Fei bisa ceritakan padaku, karena aku tak mau salah bertindak dengan tubuhmu nantinya, Nona,” bujuk Ye Xuan pada akhirnya. Ia mencoba mendesak secara halus.   “Aku... aku di... dilecehkan.”   Ye Xuan sipitkan matanya sambil miringkan kepala. “Dilecehkan? Oleh siapa, Nona?”   “Oleh... oleh Paman dan... dan anaknya di sini,” lirih Fei. Suaranya terasa jauh dan pahit.   “Apa?!” Ye Xuan tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN